Cecilia sedikit terkejut, lalu buru-buru membantah, “Mana ada! Jelas-jelas itu memang penggemar Ibu, kok jadi aku yang atur? Lagian ....”“Nggak usah sandiwara lagi!” Tania memelototi Cecilia, lalu berkata sambil menggeleng, “Kamu kira aku begitu nggak peka? Dari kita masuk, gadis itu sudah mengawasi kita. Sampai kamu memberinya isyarat, dia baru datang kemari.”“Lagian, biarpun dia memang penggemarku, mana mungkin dia berani melakukan hal yang nggak berhubungan sama kerjaannya di sini, apalagi mengganggu tamu. Mereka pasti tahu apa konsekuensinya. Kalau bukan dapat perintahmu, berarti dia itu pegawai baru yang nggak tahu aturan!”Setelah berhenti sejenak, Tania melanjutkan, “Tapi tag namanya menunjukkan kalau dia bukan pegawai baru. Cecilia, aku tahu kamu berniat baik, tapi benar-benar nggak perlu begitu kok. Sudah tua, ya harus terima!”“Aku benar-benar kalah darimu!” Setelah berdesah, Cecilia menggeleng dan berkata, “Aku nggak bisa sembunyikan apa pun dari Ibu! Tapi, kalau Ibu begit
“Ibu, kamu sudah linglung ya! Kalau mau pakai kartu Ayah, dia juga harus dapat izinmu dulu!” Cecilia tersenyum, lalu mengulurkan tangan pada Tania dan bertanya, “Ibu, mana ponselmu?”“Buat apa?” Tania menatap Cecilia dengan curiga. Meskipun bertanya begitu, dia tetap mengeluarkan ponselnya.Setelah mengambil ponsel ibunya, Cecilia menelepon sebuah nomor. “Halo? Aku istri Daniel Kusumo. Benar, Tania. Begini, ada beberapa kartu kreditku yang hilang. Aku takut dibobol orang jahat. Jadi, aku mau minta tolong buat bekukan semua kartu tambahan atas nama suamiku. Bisa nggak, ya?”Tania menatap putrinya dengan terkejut. Dia benar-benar sudah pikun dan tidak terpikir cara ini. Sia-sia saja dulu dia sudah membintangi begitu banyak film. Kenapa dia melupakan cara-cara untuk menghadapi pelakor?Tania langsung bergembira dan tidak marah lagi. Dia menatap ke arah kaca jendela dengan tenang. Wanita yang ada di dalam masih memilih barang dengan gembira tanpa tahu apa yang terjadi di luar.Cecilia masi
Tidak lama kemudian, ponsel Tania pun berdering. Tanpa perlu dilihat, dia sudah tahu siapa yang meneleponnya.Wanita di seberang sudah sangat panik dan malu, tetapi Tania hanya menatapnya dengan ekspresi dingin. Setelah beberapa saat, dia baru menekan tombol jawab.Begitu panggilan itu tersambung, Tania seolah-olah sudah berubah menjadi orang lain. Dia berkata dengan sangat panik, “Sayang! Kartuku hilang! Gimana ini?”Begitu mendengar kepanikan Tania, Daniel pun terdiam.Saat melihat ibunya yang bisa langsung berakting dengan begitu luar biasa dalam sekejap, Cecilia yang sudah tahu mengenai seluruh masalahnya mau tak mau harus memuji ibunya. Ibunya memang pantas mendapatkan gelar aktris terbaik. Jangankan ekspresinya, bahkan suaranya saat ini juga terdengar sangat panik. Siapa pun tidak akan menyangka masalah kartu kredit ini ditimbulkan oleh Tania.“Kenapa bisa hilang? Tenang dulu, memangnya kartu apa yang hilang?”“Aku nggak tahu. Pokoknya, kartu dan dompetku sudah hilang! Tapi nggak
Konferensi pers akan dimulai pada jam tujuh malam. Sementara pesawat Brandon dan Yuna sampai di Johar pada pukul tiga sore. Jadi, mereka bahkan tidak pulang ke rumah, melainkan langsung pergi ke perusahaan untuk mempersiapkan semua data dan berkomunikasi dengan baik.Edith dan Stella tentu saja mengetahui tentang masalah ini. Hanya saja, masalah kali ini lumayan besar. Jadi, mereka juga tidak bisa membantu apa-apa selain diam-diam khawatir dan menyelesaikan masalah di kantor pusat Uniasia.Saat melihat Yuna, mereka pun menjadi sedikit lega. Stella langsung memeluknya dan berkata, “Akhirnya kamu pulang juga! Padahal kamu baru pergi beberapa hari, tapi malah ada begitu banyak masalah yang sudah terjadi. Ada apa ini sebenarnya? Aku khawatir banget!”“Bukannya kamu bilang kalau rekaman itu ....” Ucapan Stella terputus karena Edith menepuk-nepuk bahunya dan mengisyaratkannya untuk masuk ke kantor.Setelah masuk ke kantor, Edith menutup pintu dan tirai jendela, lalu baru bertanya, “Ada apa s
Pukul setengah tujuh malam.Tempat duduk di aula perjamuan hotel bintang lima Johar sudah hampir penuh. Selain reporter dari media, ada juga beberapa peracik aroma terkenal dan orang-orang yang baru masuk ke industri meracik aroma. Intinya, semua orang yang bisa mendapatkan undangan ke konferensi pers dengan mengandalkan koneksi mereka sudah sampai.Bagaimanapun juga, hal ini sudah menyebabkan kehebohan besar dan menggemparkan seluruh dunia meracik aroma. Jadi, semua orang ingin datang untuk melihat bagaimana Yuna akan menjelaskannya. Mereka mau tahu apa Yuna akan meminta maaf pada publik, membantah dirinya yang mengatakannya, atau yang lainnya.Mobil Brandon tidak masuk dari gerbang utama, melainkan gerbang belakang yang sudah diatur pihak hotel. Kemudian, dia dikawal orang untuk melalui jalur privat hingga sampai ke ruang istirahat.Sekretarisnya sudah sampai terlebih dahulu untuk mempersiapkan semuanya. Setelah mendengar kedatangan Brandon, dia buru-buru menghampiri Brandon sambil m
Alicia sangat panik. Namun, setelah menunggu beberapa menit lagi, Brandon masih terlihat tenang. Dia akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, “Pak Brandon, gimana kalau aku yang menelepon Nona Yuna untuk bertanya dia sudah sampai mana?”Tidak sulit untuk menyelidiki nomor telepon karyawan perusahaan. Berhubung Brandon tidak mau mendesak, Alicia bersedia melakukannya.“Nggak usah.” Brandon berkata dengan tenang, “Kamu keluar saja dulu. Dia akan segera sampai.”Berhubung Brandon sudah berkata begitu, tidak ada gunanya juga Alicia merasa cemas. Akhirnya, dia pun keluar dengan tidak berdaya.Setelah itu, Brandon baru mengeluarkan ponselnya sambil merenung. Sebelum mereka berdua berpisah, Yuna sudah mengatakan bahwa dia perlu mempersiapkan beberapa “bukti” yang mungkin akan memakan sedikit waktu. Jadi, dia mungkin akan agak terlambat. Namun, dia pasti datang untuk memberikan penjelasan yang bisa diterima oleh media dan perusahaan.Brandon memercayai Yuna. Dia juga tahu apabila Yuna masih
“Apa kamu bilang? Nggak kayak siapa?” tanya Yuna dengan penasaran.“Maksudku nggak kayak pria-pria tertentu yang bodoh dan membosankan. Macam bisa mati saja kalau perhatian dikit!” jawab Stella dengan samar. Dia jelas-jelas sedang memilah kata-katanya.Yuna tidak mungkin melepaskan Stella begitu saja. Dia pun bertanya, “Benarkah? Pria yang mana? Apa aku kenal? Ganteng nggak? Gagah? Apa marganya Susanto?”Stella langsung tersipu. Dia memelototi Yuna dan berkata, “Sebal! Aku nggak mau peduliin kamu lagi! Huh!”“Lihat saja. Kamu boleh berkomentar, tapi begitu aku ngomong, kamu langsung larang. Kamu benar-benar berstandar ganda!” ujar Yuna sambil menggeleng tidak berdaya.“Memang! Pokoknya, kamu nggak boleh godain aku maupun ungkit soal dia!”“Dia? Siapa?” tanya Yuna pura-pura bodoh. Tampangnya benar-benar membuat Stella kesal, tetapi Stella juga tidak bisa melakukan apa-apa.“Sudahlah, aku nggak bakal perhitungan sama kamu!” Stella langsung cemberut dan hanya menatap kotak yang ada di dal
“Dampak masalah ini terlalu besar dan sudah bukan cuma masalah Uniasia. Bahkan industri meracik aroma juga sudah terpengaruh. Hal ini bisa memengaruhi reputasi kami! Kelak, siapa lagi yang berani beli parfum atau wewangian? Siapa yang nggak takut kalau ada racun di dalam? Yuna sudah menciptakan rumor dan mengkhawatirkan publik!”Orang yang lebih radikal sudah melontarkan kecaman keras.Ekspresi orang dari departemen humas itu pun berubah. Dia langsung menjawab, “Harap semuanya tenang. Hari ini, perusahaan kami mengadakan konferensi pers memang untuk memberikan penjelasan bagi kalian, dan kalian semua pasti mendapatkan jawabannya. Hanya saja, ada sedikit masalah yang menyebabkan Nona Yuna belum sampai. Jadi, harap kalian semua bersabar sebentar. Oke?”Uniasia mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dunia kecantikan, apalagi sikap departemen humas juga termasuk tulus. Semua orang pun saling bertatapan dan menjadi agak tenang.Namun, selalu ada beberapa pengacau dalam situasi seperti in
Taka lama setelah Rainie menutup telepon, orang yang diutus oleh Fred datang memanggilnya, meminta dia untuk pergi ke lab. Panggilan yang terkesan terburu-buru membuat Rainie sedikit cemas apa mungkin terjadi sesuatu di sana.Apakah Rainie tidak memiliki ambisinya sendiri? Tentu ada. Jika dia berhasil membuat obat menghilang itu dan bisa menggunakan hipnotisnya dengan lebih baik, dia tidak perlu bergantung kepada Fred lagi. Selama Rainie memiliki dua hal itu, dia bisa melindungi dirinya sendiri dan tidak perlu takut untuk mengelilingi dunia lagi.Rainie tidak pernah tertarik dengan iming-iming kehidupan abadi. Di matanya, kehidupan abadi hanyalah impian kosong. Kalaupun menemukan satu orang lagi yang cocok, intinya mereka tetaplah dua orang yang berbeda, bagaimana mungkin bisa berpindah menjadi satu tubuh yang sama? Dengan teknologi yang maju seperti sekarang pun, donor organ saja masih bisa menunjukkan adanya gejala ketidakcocokkan, apalagi mentransfer jiwa yang abstrak.Namun tentu R
“Lho, bukannya dia ada di sana? Tunggu, kamu tahu dari mana anakmu ada di istana negara Yuraria? Siapa yang bilang begitu?”“.…”Sane jadi terbawa emosi karena tiba-tiba anaknya tidak diketahui keberadaannya, sampai-sampai dia kehilangan akal sehat dan baru sadar ketika ditanya balik oleh Rainie. Benar juga, Shane tahu dari mana kalau Nathan ada di sana? Dia tentu tidak bisa bilang kalau Ross yang memberi tahu.”“Aku … dari informasi yang Brandon dapat, dia bilang Nathan nggak ada di sana. Rainie, kan kamu sudah dipercaya sama Fred. Tolong bantu aku cari tahu keberadaan Nathan.”“Brandon?!”Benar Brandon memang selama ini terus mencari di mana Nathan berada, tetapi tidak pernah ada temuan yang berarti, jadi Shane menggunakan alasan itu untuk meyakinkan Rainie.“Kamu percaya sama omongan dia? Memangnya dia pernah pergi cari langsung ke istana negara sana? Apa dia ada ngajak kamu untuk nyari ke sana? Atau dia punya saudara di istana? Sekarang dia saja nggak bisa menolong istrinya sendiri
“Bukan begitu. Maksudku, istana negara kan besar, apa mungkin ….”“Nggak mungkin!” sela Ross, lalu tanpa ragu dia berkata, “Aku lahir dan tumbuh besar di sana. Seberapa besar tempat itu, bahkan sampai ada berapa ekor semut pun aku tahu. Kalau memang ada anak yang kamu maksud itu, aku pasti sudah lihat!”“.…”Mendengar itu, tatapan di kedua mata Shane langsung hampa dan dia tampak sedang berpikir dalam. Jelas sekali bantahan Ross memberikan pukulan yang sangat dalam baginya. Selama ini dia berasumsi Nathan ada di istana kerajaan Yuraria dan yakin kalau dia baik-baik saja meski tidak bisa melihatnya secara langsung. Selama Shane memiliki cara untuk menyelamatkannya, ayah dan anak bisa bersatu kembali, tetapi sayang Shane harus menelan fakta pahit bahwa Nathan tidak ada di sana.Lantas jika Nathan tidak ada di sana, ada di manakah dia?Ross jadi tidak enak hati melihat Shane begitu kecewa. “Jangan sedih dulu. Kalau nggak ada di istana, mungkin dia disembunyikan di tempat lain. Kalau Fred
Ross terlihat santai santai meyeruput kopinya di ruang tamu, tetapi Shane tidak demikian. Dia terus mengubah tayangan di TV karena tidak bisa diam untuk menikmati suatu tayangan dengan tenang dari awal sampai habis.“Hey, nggak usah panik begitulah, santai saja!” kata Ross.“Aku juga maunya begitu, bisa duduk santai sambil ngopi kayak kamu. Tapi masalahnya aku nggak bisa.”“Ah, kondisi kita sekarang memang agak rumit, tapi jangan sampai gara-gara ini suasana hati kamu adi rusak,” kata Ross sembari menawarkan kudapan ke Shane. “Paling nggak untuk sekarang kita nggak sepenuhnya pasif. Iya, ‘kan?”Dengan kondisi di saat itu, Shane tidak ada nafsu untuk menyantap kudapan yang Ross tawarkan padanya. Dia hanya menatap wajah Ross dan hendak mengatakan sesuatu, tetapi kemudian dia menariknya kembali.“Tadi kamu mau ngomong sesuatu?” tanya Ross.Terbukti, dari tadi Ross memang memperhatikan Shane. Meski TV menyala, Ross tidak fokus ke sana dan malah terus menatap Shane yang beberapa kali sudah
Pernyataan itu membuat Yuna terkesiap. Dia sangat tidak menyangka Fred malah melindungi Rainie. Dari yang Yuna pikirkan selama ini , semestinya Fred tidak peduli dengan Rainie karena pada awalnya pun Fred sudah membuang Rainie di lab yang lama. Jika tidak begitu, untuk apa Rainie harus bersusah payah datang ke sini dan membuktikan dirinya kepada Fred.“Kamu pasti berpikir aku bakal membuang dia tanpa berat hati, ‘kan? Sayangnya kamu salah. Dia itu cukup pintar dan setia. Bagiku dia masih sangat berguna, jadi untuk apa kubuang? Masalah kamu mau menurut atau nggak, itu bukan kamu yang menentukan. Jangan terlalu lugu jadi orang! Bawa si tua bangka ini pergi, taruh dia di tempat terpisah!”Dari ucapannya itu, sudah jelas Fred tidak ada niat untuk membebaskan Juan.“Kamu sama saja dengan mencari masalah kalau nggak membebaskan guruku,” kata Yuna bermaksud mengingatkan bahwa akibatnya akan serius jika Fred masih tidak mau membebaskan Juan.“Masa iya? Tapi aku paling nggak takut sama yang nam
“Apa maksudmu?” tanya Fred.“Ingat, sebesar apa pun otoritas yang kedutaan punya, pada akhirnya mereka tetap harus tunduk sama hukum negara setempat. Hilangnya aku mungkin nggak begitu dipedulikan sama negara, tapi beda cerita dengan guruku. Guruku ini sangat dihormati banyak orang dan sudah banyak pejabat tinggi negara yang pernah dia tolong. Cuma menghilang satu atau dua hari saja mungkin belum ada yang sadar, tapi lama-lama pasti ada orang yang melapor ke polisi. Tinggal kita lihat saja bakal sebesar apa kehebohannya. Apa nanti kamu masih bisa menjalankan eksperimen kamu dengan tenang?”Kalimat terakhir memberikan dampak yang sangat serius terhadap Fred. Eksperimen itulah yang sangat dia pedulikan di antara banyak hal lainnya.“Kamu pikir aku takut sama pemerintah kalian yang nggak bisa kerja itu?”“Ha, kalau nggak takut, kenapa kamu harus sembunyi-sembunyi begini? Lagi pula mereka bukan pejabat yang nggak bisa kerja. Kalau kamu masih nggak mau membebaskan guruku, tunggu saja. Nanti
“Oh, jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar intinya cuma itu,” ujar Yuna sembari bersandar ke belakang dan kedua tangan bersila di depan adanya. “Bukannya kamu selalu bilang kamu yang paling hebat? Kenapa cuma catatan eksperimen saja kamu nggak bisa?”“Nggak usah congkak, itu juga bukan hasil jerih payahmu sendiri saja, tapi seluruh ilmuwan yang ada di lab kita dulu,” ucap Rainie menepis. “Waktu itu kamu yang bawa pergi catatannya dan database lab juga sudah rusak. Daripada kamu mati tanpa mewariskan apa-apa, mending kasih aku saja, biar aku yang memanfaatkannya!”Rainie sangat menginginkan catatan itu, tetapi di tahu catatan itu masih dipegang oleh Yuna, dan Yuna jelas tidak akan semudah itu memberikannya kepada orang lain, apalagi Rainie. Catatan eksperimen itu akan sangat berguna sebagai fondasi bagi eksperimen lain di masa depan. Rainie mana rela membiarkan Yuna menyimpan itu untuk dirinya sendiri saja. Sekarang mau tidak mau Rainie mengancamnya dengan membawa-bawa nama Brandon
Yuna tidak peduli ataupun memberikan tanggapan balik karena dia tidak percaya dengan satu pun dari kata-kata yang Rainie ucapkan. Kedatangan Rainie ke sini semata-mata hanya untuk membuat Yuna terpancing. Yuna tidak akan terjatuh semudah itu.Raine tentu saja merasa tersinggung dengan sikap Yuna yang cuek, dia pun berkata, “Kamu pasti berpikir aku cuma ngelantur, ‘kan? Sekarang mereka juga pasti lagi kesulitan, makanya selama ini mereka nggak bergerak. Selain itu aku juga sudah meneliti obat yang bisa mengendalikan pikiran orang lain. Sekarang Shane sudah ada di bawah genggamanku, tapi mereka masih belum menyadarinya. Coba kamu tebak, kalau aku suruh Shane untuk membunuh mereka semua sewaktu mereka lagi tidur, siapa yang akan jadi pemenang di antara kita?”“Sudah selesai bacotnya? Kalau sudah, boleh keluar sekarang?” balas Yuna. “Apa Fred segitu meremehkan amu sampai dia nggak kasih kamu kerjaan yang lebih penting?”“Hahaha, kamu salah. Sekarang semua lab sudah dipercayakan padaku. Aku
Yuna menarik tangan Juan dan berkata padanya dengan raut wajah serius. “Aku nggak demam, apalagi gila. Pokoknya kamu harus dengar apa kataku!”“Kamu bisa mati!”“Aku mungkin akal mati, tapi bisa juga nggak. Tapi yang jelas kalau eksperimen ini nggak dilakukan, semuanya nggak akan berakhir. Supaya kekacauan ini bisa segera selesai, eksperimen ini harus dilakukan.”“Benar apa yang dia bilang!”Seketika mereka mendengar ada suara orang lain yang datang dari luar. Pintu kamar terbuka dan Rainie pun masuk dengan wajah tersenyum.“Kamu siapa?” tanya Juan dengan wajahnya yang mengerut kesal. Siapa pun yang bisa bebas keluar masuk kamar ini berarti adalah kawannya Fred, dan mereka jelas bukan orang baik-baik.“Dia sama saja kayak Fred,” jawab Yuna.“Oh, kelihatan, sih.”Rainie tidak marah atau tersinggung mendengar itu, dia justru malah bangga.“Terus kenapa? Di sini yang kuat memakan yang lemah. Aku pemenangnya, dan kalian pecundang. Oh, salah, kamu bahkan bukan pecundang, tapi onggokan dagin