“Oke, oke!” jawab Logan sambil mengangguk.Setelah itu, Edward baru meninggalkan kantor Logan dengan puas. Begitu Edward keluar, senyum di wajah Logan berangsur-angsur sirna. Ekspresinya juga terlihat menjadi sangat misterius.Edward masih lumayan waspada dan belum sepenuhnya percaya pada Logan. Namun, Logan sama sekali tidak peduli pada kewaspadaannya itu. Cepat atau lambat, Keluarga Kusumo akan jatuh ke tangannya!...“Ibu, buat apa kamu berdiam di rumah setiap hari? Sudah seharusnya kamu keluar jalan-jalan! Bukannya bakal ada acara pelelangan beberapa hari lagi? Nanti, kubawa kamu pergi ke sana dan membeli beberapa barang yang kamu suka supaya kamu bisa bergembira,” ujar Cecilia. Hari ini, dia membawa ibunya keluar jalan-jalan ke toko barang mewah.Ekspresi Tania terlihat sangat suram. Dulu, dia bisa begitu yakin karena merasa semuanya berada dalam kendalinya. Akhir-akhir ini, dia makin merasa dirinya sudah makin tidak mampu untuk memenangkan hati suaminya.Tidak peduli apa pun yang
Cecilia sedikit terkejut, lalu buru-buru membantah, “Mana ada! Jelas-jelas itu memang penggemar Ibu, kok jadi aku yang atur? Lagian ....”“Nggak usah sandiwara lagi!” Tania memelototi Cecilia, lalu berkata sambil menggeleng, “Kamu kira aku begitu nggak peka? Dari kita masuk, gadis itu sudah mengawasi kita. Sampai kamu memberinya isyarat, dia baru datang kemari.”“Lagian, biarpun dia memang penggemarku, mana mungkin dia berani melakukan hal yang nggak berhubungan sama kerjaannya di sini, apalagi mengganggu tamu. Mereka pasti tahu apa konsekuensinya. Kalau bukan dapat perintahmu, berarti dia itu pegawai baru yang nggak tahu aturan!”Setelah berhenti sejenak, Tania melanjutkan, “Tapi tag namanya menunjukkan kalau dia bukan pegawai baru. Cecilia, aku tahu kamu berniat baik, tapi benar-benar nggak perlu begitu kok. Sudah tua, ya harus terima!”“Aku benar-benar kalah darimu!” Setelah berdesah, Cecilia menggeleng dan berkata, “Aku nggak bisa sembunyikan apa pun dari Ibu! Tapi, kalau Ibu begit
“Ibu, kamu sudah linglung ya! Kalau mau pakai kartu Ayah, dia juga harus dapat izinmu dulu!” Cecilia tersenyum, lalu mengulurkan tangan pada Tania dan bertanya, “Ibu, mana ponselmu?”“Buat apa?” Tania menatap Cecilia dengan curiga. Meskipun bertanya begitu, dia tetap mengeluarkan ponselnya.Setelah mengambil ponsel ibunya, Cecilia menelepon sebuah nomor. “Halo? Aku istri Daniel Kusumo. Benar, Tania. Begini, ada beberapa kartu kreditku yang hilang. Aku takut dibobol orang jahat. Jadi, aku mau minta tolong buat bekukan semua kartu tambahan atas nama suamiku. Bisa nggak, ya?”Tania menatap putrinya dengan terkejut. Dia benar-benar sudah pikun dan tidak terpikir cara ini. Sia-sia saja dulu dia sudah membintangi begitu banyak film. Kenapa dia melupakan cara-cara untuk menghadapi pelakor?Tania langsung bergembira dan tidak marah lagi. Dia menatap ke arah kaca jendela dengan tenang. Wanita yang ada di dalam masih memilih barang dengan gembira tanpa tahu apa yang terjadi di luar.Cecilia masi
Tidak lama kemudian, ponsel Tania pun berdering. Tanpa perlu dilihat, dia sudah tahu siapa yang meneleponnya.Wanita di seberang sudah sangat panik dan malu, tetapi Tania hanya menatapnya dengan ekspresi dingin. Setelah beberapa saat, dia baru menekan tombol jawab.Begitu panggilan itu tersambung, Tania seolah-olah sudah berubah menjadi orang lain. Dia berkata dengan sangat panik, “Sayang! Kartuku hilang! Gimana ini?”Begitu mendengar kepanikan Tania, Daniel pun terdiam.Saat melihat ibunya yang bisa langsung berakting dengan begitu luar biasa dalam sekejap, Cecilia yang sudah tahu mengenai seluruh masalahnya mau tak mau harus memuji ibunya. Ibunya memang pantas mendapatkan gelar aktris terbaik. Jangankan ekspresinya, bahkan suaranya saat ini juga terdengar sangat panik. Siapa pun tidak akan menyangka masalah kartu kredit ini ditimbulkan oleh Tania.“Kenapa bisa hilang? Tenang dulu, memangnya kartu apa yang hilang?”“Aku nggak tahu. Pokoknya, kartu dan dompetku sudah hilang! Tapi nggak
Konferensi pers akan dimulai pada jam tujuh malam. Sementara pesawat Brandon dan Yuna sampai di Johar pada pukul tiga sore. Jadi, mereka bahkan tidak pulang ke rumah, melainkan langsung pergi ke perusahaan untuk mempersiapkan semua data dan berkomunikasi dengan baik.Edith dan Stella tentu saja mengetahui tentang masalah ini. Hanya saja, masalah kali ini lumayan besar. Jadi, mereka juga tidak bisa membantu apa-apa selain diam-diam khawatir dan menyelesaikan masalah di kantor pusat Uniasia.Saat melihat Yuna, mereka pun menjadi sedikit lega. Stella langsung memeluknya dan berkata, “Akhirnya kamu pulang juga! Padahal kamu baru pergi beberapa hari, tapi malah ada begitu banyak masalah yang sudah terjadi. Ada apa ini sebenarnya? Aku khawatir banget!”“Bukannya kamu bilang kalau rekaman itu ....” Ucapan Stella terputus karena Edith menepuk-nepuk bahunya dan mengisyaratkannya untuk masuk ke kantor.Setelah masuk ke kantor, Edith menutup pintu dan tirai jendela, lalu baru bertanya, “Ada apa s
Pukul setengah tujuh malam.Tempat duduk di aula perjamuan hotel bintang lima Johar sudah hampir penuh. Selain reporter dari media, ada juga beberapa peracik aroma terkenal dan orang-orang yang baru masuk ke industri meracik aroma. Intinya, semua orang yang bisa mendapatkan undangan ke konferensi pers dengan mengandalkan koneksi mereka sudah sampai.Bagaimanapun juga, hal ini sudah menyebabkan kehebohan besar dan menggemparkan seluruh dunia meracik aroma. Jadi, semua orang ingin datang untuk melihat bagaimana Yuna akan menjelaskannya. Mereka mau tahu apa Yuna akan meminta maaf pada publik, membantah dirinya yang mengatakannya, atau yang lainnya.Mobil Brandon tidak masuk dari gerbang utama, melainkan gerbang belakang yang sudah diatur pihak hotel. Kemudian, dia dikawal orang untuk melalui jalur privat hingga sampai ke ruang istirahat.Sekretarisnya sudah sampai terlebih dahulu untuk mempersiapkan semuanya. Setelah mendengar kedatangan Brandon, dia buru-buru menghampiri Brandon sambil m
Alicia sangat panik. Namun, setelah menunggu beberapa menit lagi, Brandon masih terlihat tenang. Dia akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, “Pak Brandon, gimana kalau aku yang menelepon Nona Yuna untuk bertanya dia sudah sampai mana?”Tidak sulit untuk menyelidiki nomor telepon karyawan perusahaan. Berhubung Brandon tidak mau mendesak, Alicia bersedia melakukannya.“Nggak usah.” Brandon berkata dengan tenang, “Kamu keluar saja dulu. Dia akan segera sampai.”Berhubung Brandon sudah berkata begitu, tidak ada gunanya juga Alicia merasa cemas. Akhirnya, dia pun keluar dengan tidak berdaya.Setelah itu, Brandon baru mengeluarkan ponselnya sambil merenung. Sebelum mereka berdua berpisah, Yuna sudah mengatakan bahwa dia perlu mempersiapkan beberapa “bukti” yang mungkin akan memakan sedikit waktu. Jadi, dia mungkin akan agak terlambat. Namun, dia pasti datang untuk memberikan penjelasan yang bisa diterima oleh media dan perusahaan.Brandon memercayai Yuna. Dia juga tahu apabila Yuna masih
“Apa kamu bilang? Nggak kayak siapa?” tanya Yuna dengan penasaran.“Maksudku nggak kayak pria-pria tertentu yang bodoh dan membosankan. Macam bisa mati saja kalau perhatian dikit!” jawab Stella dengan samar. Dia jelas-jelas sedang memilah kata-katanya.Yuna tidak mungkin melepaskan Stella begitu saja. Dia pun bertanya, “Benarkah? Pria yang mana? Apa aku kenal? Ganteng nggak? Gagah? Apa marganya Susanto?”Stella langsung tersipu. Dia memelototi Yuna dan berkata, “Sebal! Aku nggak mau peduliin kamu lagi! Huh!”“Lihat saja. Kamu boleh berkomentar, tapi begitu aku ngomong, kamu langsung larang. Kamu benar-benar berstandar ganda!” ujar Yuna sambil menggeleng tidak berdaya.“Memang! Pokoknya, kamu nggak boleh godain aku maupun ungkit soal dia!”“Dia? Siapa?” tanya Yuna pura-pura bodoh. Tampangnya benar-benar membuat Stella kesal, tetapi Stella juga tidak bisa melakukan apa-apa.“Sudahlah, aku nggak bakal perhitungan sama kamu!” Stella langsung cemberut dan hanya menatap kotak yang ada di dal