“Apa kamu bilang? Nggak kayak siapa?” tanya Yuna dengan penasaran.“Maksudku nggak kayak pria-pria tertentu yang bodoh dan membosankan. Macam bisa mati saja kalau perhatian dikit!” jawab Stella dengan samar. Dia jelas-jelas sedang memilah kata-katanya.Yuna tidak mungkin melepaskan Stella begitu saja. Dia pun bertanya, “Benarkah? Pria yang mana? Apa aku kenal? Ganteng nggak? Gagah? Apa marganya Susanto?”Stella langsung tersipu. Dia memelototi Yuna dan berkata, “Sebal! Aku nggak mau peduliin kamu lagi! Huh!”“Lihat saja. Kamu boleh berkomentar, tapi begitu aku ngomong, kamu langsung larang. Kamu benar-benar berstandar ganda!” ujar Yuna sambil menggeleng tidak berdaya.“Memang! Pokoknya, kamu nggak boleh godain aku maupun ungkit soal dia!”“Dia? Siapa?” tanya Yuna pura-pura bodoh. Tampangnya benar-benar membuat Stella kesal, tetapi Stella juga tidak bisa melakukan apa-apa.“Sudahlah, aku nggak bakal perhitungan sama kamu!” Stella langsung cemberut dan hanya menatap kotak yang ada di dal
“Dampak masalah ini terlalu besar dan sudah bukan cuma masalah Uniasia. Bahkan industri meracik aroma juga sudah terpengaruh. Hal ini bisa memengaruhi reputasi kami! Kelak, siapa lagi yang berani beli parfum atau wewangian? Siapa yang nggak takut kalau ada racun di dalam? Yuna sudah menciptakan rumor dan mengkhawatirkan publik!”Orang yang lebih radikal sudah melontarkan kecaman keras.Ekspresi orang dari departemen humas itu pun berubah. Dia langsung menjawab, “Harap semuanya tenang. Hari ini, perusahaan kami mengadakan konferensi pers memang untuk memberikan penjelasan bagi kalian, dan kalian semua pasti mendapatkan jawabannya. Hanya saja, ada sedikit masalah yang menyebabkan Nona Yuna belum sampai. Jadi, harap kalian semua bersabar sebentar. Oke?”Uniasia mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dunia kecantikan, apalagi sikap departemen humas juga termasuk tulus. Semua orang pun saling bertatapan dan menjadi agak tenang.Namun, selalu ada beberapa pengacau dalam situasi seperti in
Sepanjang jalan sudah macet total. Ditambah dengan kecelakaan kecil yang terjadi di depan, mobil-mobil hanya bisa bergerak pelan meskipun sudah diatur polisi lalu lintas.Saat melihat mobil mereka yang merayap begitu pelan, Yuna yang tadinya masih tenang pun menjadi sedikit cemas. Setelah melihat barisan mobil yang panjang dan melirik ke arah jam, dia pun berkata, “Pak, aku turun di sini saja deh.”Kemudian, Yuna berbalik menghadap Stella dan berkata, “Kamu datang saja pelan-pelan. Aku turun dulu. Habis lewat jalan ini, aku baru cari cara lain ke sana.”“Ada begitu banyak mobil di sini, bahaya lho!” ujar Stella dengan khawatir sambil menarik Yuna.“Nggak apa-apa. Aku bakal hati-hati. Soalnya ini sudah telat banget.” Setelah melirik sekilas, Yuna ingat ada sebuah jalan kecil di sekitar sini yang bisa dilalui untuk langsung sampai ke hotel. Jika dia berjalan melalui jalan itu, mungkin dia bisa sampai lebih cepat sedikit.“Kalau gitu ... hati-hati, ya.” Stella sangat khawatir. Namun, berh
Setelah berhenti sejenak, Brandon bertanya sambil melihat ke bawah panggung, “Dari tamu yang datang hari ini, aku lihat ada lumayan banyak peracik aroma juga. Aku mau tanya, menurut kalian, apa penambahan racun ke dalam parfum atau wewangian itu memang memungkinkan?”Tidak ada yang menyangka bahwa mereka yang datang untuk bertanya malah akan balik ditanya.Ada orang yang ingin menjawab, “Kami datang untuk bertanya padamu, bukan untuk ditanya.” Namun, berhubung yang bertanya adalah Brandon, tidak ada yang berani bersuara dan hanya saling memandang.“Apa ada yang bisa menjawab pertanyaanku?” tanya Brandon lagi.Sikap Brandon terlihat tulus, bukan seperti hendak mengerjai atau mempersulit orang. Oleh karena itu, ada peracik aroma yang mau mencoba menjawab pertanyaan itu.Kedudukan Uniasia dalam industri ini sudah tidak perlu diragukan. Bahkan setelah keluar berita negatif seperti ini, mereka juga bisa dengan cepat menangani opini publik dan dampak negatifnya. Dari hal ini, dapat dilihat b
“Sebenarnya Nona Yuna ....” Saat melihat Brandon hanya menatap orang yang berbicara itu tanpa memberi jawaban, Alicia pun panik. Dia mau tak mau harus berbicara.Namun, sebelum dia sempat menyelesaikan kata-katanya, terdengar suara seseorang yang nyaring. “Maaf, aku terlambat!” teriak Yuna dengan terengah-engah. Dia terlihat sangat menyedihkan. Rambutnya yang dibasahi keringat menempel di wajahnya, pakaian yang dikenakannya juga sangat kasual dan santai. Para reporter yang awalnya mengira dia akan muncul dengan mengenakan pakaian mewah pun terkejut. Setelah tersadar, mereka buru-buru memotret Yuna. Bagaimanapun juga, tokoh utama sudah muncul. Jadi, perjalanan mereka hari ini sudah tidak sia-sia.Kenapa penampilan Yuna begitu menyedihkan? Apa mungkin dia awalnya tidak berniat untuk muncul, tetapi akhirnya terpaksa muncul? Beberapa reporter sudah mulai mengarang cerita dalam benak mereka.Brandon berbalik untuk melihat Yuna. Saat ini, Yuna sedang memegang sebuah kotak, napasnya masih b
Lebih bagus apabila Yuna berkata bahwa dirinya sudah membual seperti yang dikatakan peracik aroma sebelumnya. Namun, dia malah mengakui semuanya. Apa dia merasa dirinya sangat berwibawa dan terhormat dengan melakukan hal ini? Benar-benar tidak punya otak!Alicia melirik ke arah Brandon. Namun, Brandon juga sepertinya tidak berniat untuk mencegah Yuna. Perhatiannya hanya tertuju pada Yuna, seolah-olah Yuna adalah seluruh dunianya.‘Sudah gila! Dunia ini sudah gila! Pak Brandon juga sudah gila!’ batin Alicia sambil melihat ke langit. Dia tidak tahu bagaimana konferensi pers hari ini akan berakhir. Lagi pula, semuanya sudah mencapai titik ini, mereka hanya bisa melanjutkannya.“Nona Yuna, maksudmu rekaman suara itu sudah diedit? Dengan kata lain, isi sebenarnya bukan seperti yang kami dengar?” Para reporter sangat cerdas, mereka bisa langsung menyimpulkan intinya.“Rekaman suara itu memang menunjukkan tanda-tanda diedit, tapi kata-kata Nona Yuna di dalam rekaman itu berlanjut dan bukan ha
Dalam sekejap, semua orang tidak berhenti menggumamkan “menaruh racun”. Mereka menggumamkannya berulang kali dengan nada yang berbeda untuk mengamati apakah artinya benar-benar akan menjadi berbeda. Bahkan karyawan-karyawan Uniasia juga menggumamkannya dengan penasaran.Hanya Yuna yang berdiri dengan tenang. Meskipun tidak berpakaian mewah ataupun berdandan untuk konferensi pers ini, kecantikannya masih membuat orang tidak bisa berpaling darinya.“Tapi biarpun begitu, apa maksud menaruh racun yang kamu bilang? Kalau bukan racun, apa mungkin suplemen?”Yuna sepertinya sudah bisa menduga akan mendapatkan pertanyaan seperti ini. Dia pun tersenyum dan menjawab, “Bukan suplemen, tapi kurang lebih sama. Suplemen bermanfaat bagi tubuh, sedangkan yang kutambah juga punya kegunaan seperti itu.”“Nggak perlu sok misterius lagi. Jadi, kamu tetap mau ngaku kalau kamu sudah nambah zat aditif lain dalam proses meracik wewangian? Apa yang kamu tambah?”Orang bereaksi paling cepat jika disuruh untuk m
Candaan Yuna membuat orang lainnya juga tertawa. Suasananya pun berubah menjadi jauh lebih santai.Bahkan karyawan Uniasia juga ikut tertawa. Mereka tidak menyangka situasinya akan berubah menjadi seperti ini. Bukan hanya krisisnya yang sudah berangsur-angsur terpecahkan, hasilnya juga jauh lebih bagus dari yang mereka duga.Perlu diketahui bahwa cara penyelesaian awal yang mereka rencanakan adalah membantah keaslian rekaman itu atau mengaku bahwa Yuna hanya berbicara omong kosong. Namun, kedua cara ini hanya bisa menyelesaikan masalah untuk sementara.Bagaimanapun juga, ini adalah zaman di mana internet sangat berkembang. Sangat mudah bagi seseorang yang berniat jahat untuk membuat penjelasan yang lebih rinci mengenai rekaman suara itu, lalu membuktikan bahwa memang Yuna yang mengatakannya. Dengan begitu, situasinya akan menjadi makin buruk.Pihak Uniasia juga tidak bisa terlalu menekan masalah ini. Bagaimanapun juga, hal ini sudah menimbulkan sensasi besar. Jika mereka langsung menek
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S