“Benar apa yang kamu bilang. Om juga merasa begitu, makanya Om nggak menentang keputusan yang papa kamu ambil,” jawab Beny mengangguk.Cecilia, “….”Andaikan Cecilia tidak meyakinkan diri bahwa orang yang sedang berbicara dengannya ini adalah paman yang sudah menemaninya tumbuh besar dari kecil, mungkin Cecilia sudah meragukan apakah Beny ini adalah Om Beny yang selama ini dia kenal.“Tapi, Om, kita berdua nggak sama. Apa pun yang papaku lakukan, aku bakal selamanya mendukung karena aku anak perempuannya. Beda sama Om yang punya tanggung jawab sebagai kepala keluarga Kusumo. Aku kira Om bakal lebih menjaga kehormatan keluarga kita dan menentang keputusan papaku. Om pasti sudah dengar juga rumor-rumor nggak mengenakkan yang sudah tersebar di luar sana. Adikku ini masih muda, tapi papaku mau dia kerja di perusahaan keluarga. Nantinya para pemegang saham dan para karyawan pasti bakal ngomongin dan jadi omongan lagi. Aku cuma khawatir sama martabat keluarga kita,” ujar Cecilia seraya mengh
Hari sudah siang ketika Yuna terbangun dari tidurnya. Semangatnya kembali pulih seperti sedia kala setelah puas beristirahat. Dia pun bersiap-siap pergi setelah berberes. Kemarin malam, Yuna meminta gadis itu menuliskan alamatnya, tapi gadis itu hanya memberikan nomor telepon. Guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, Yuna memutuskan untuk segera mendatanginya sedini mungkin.Yuna melakukan panggilan sembari dia berjalan, dan tak lama kemudian, panggilan pun tersambung.“Halo, nanti kita ketemuan di mana? Oh ya, kamu bawa barangnya sekarang atau gimana? Aku mau lihat-lihat sebentar ke ladang kamu.”Sembari berbicara, Yuna sudah sampai di depan pintu rumahnya dan hendak keluar.Namun sayangnya, gadis itu malah mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan janjinya, “Maaf, tapi aku nggak jadi jual. Aku bohong, sebenarnya aku nggak punya ladang segede itu.”“Nggak punya?”Apa yang makin ditakuti, justru itulah yang akan terjadi. Yuna sempat khawatir barangnya tidak ada
“Harus hari ini juga? Kalau kamu memang buru-buru, kenapa harus tunggu siang. Sekarang saja … gimana?”“Sekarang?!” seru Yuna terkejut.Seketika itu pula pintu gerbang rumahnya terbuka, dan yang masuk ke dalam tidak lain dan tidak bukan adalah Louis. Dia melambaikan tangannya yang memegang ponsel ke arah Yuna sambil memperlihatkan raut wajah angkuhnya. Pantas saja suara itu terdengar sangat familier bagi Yuna, tak disangka-sangka ternyata orang itu adalah Louis!Namun setelah dipikirkan kembali, kejadian ini tidaklah aneh. Kemarin malam Louis juga berada di tempat itu, dan sepertinya Rosa memanggil Louis dengan sebutan … Om? Jika memang demikian, apakah itu berarti kemarin malam Louis sudah selangkah lebih maju daripada Yuna degan membeli semua tanaman rue dari Erika? Pantas saja Louis berani mengklaim asosiasi memiliki semua bahan langka yang ada.“Sudah kuduga kamu pasti bakal menghubungiku duluan,” ujar Louis sambil tersenyum puas, “Gimana, sudah kamu pikirin baik-baik? Apa kamu ber
Yuna melihat-lihat beberapa bahan yang tersedia di halaman dan langsung memetik beberapa. Kemudian, dia menoleh ke arah Louis dan langsung masuk ke dalam. Di dalam rumah tersedia sebuah alat yang bisa digunakan untuk mengekstrak tanaman, tapi alatnya tidak lengkap. Sepertinya Louis memang sengaja dengan maksud mempersulit Yuna, tapi Yuna tidak terlalu peduli dengan itu dan langsung saja bekerja.Selama dua hari di rumah ini, masih ada banyak hal yang bisa Yuna lakukan. Dengan berbagai macam bahan dasar yang tersedia di halaman, rasanya sayang jika Yuna tidak memanfaatkannya dengan baik. Dengan minyak esensial yang sudah diekstrak dan ramuan lainnya, tak butuh waktu lama aroma harum yang cukup ringan pun mulai tercium.Ke mana pun Yuna pergi, Louis selalu mengikutinya di belakang. Apa pun yang Yuna lakukan, selalu ada Louis yang mengawasi, tapi dia hanya diam saja berdiri di tempat tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Louis hanya bisa mendesah kecewa menyaksikan Yuna langsung melakukan
Sebagai seorang peracik parfum profesional, Louis mau tidak mau harus mengakui bahwa parfum yang dibuat oleh Yuna ini adalah parfum berkualitas tinggi. Dari luar Louis terlihat kalem, tapi sebenarnya hatinya sedang bergejolak. Semenjak Louis terjun ke industri parfum, dia tidak hanya membuat begitu banyak parfum dan minyak esensial, tapi juga sudah bertemu dengan banyak pakar yang masih satu bidang dengannya. Meski begitu, baru kali ini dia melihat seseorang yang dengan santainya membuat sebuah parfum bagus dengan bahan dasar yang sangat sederhana. Hal ini tentu saja membuat keyakinan yang selama ini Louis pegang goyah.Baik Louis maupun guru yang di mana dia berguru, mereka sepakat bahwa membuat parfum dengan kualitas terbaik ditubuhkan bahan dasar yang terbaik pula. Analogi ini sama halnya dengan DNA manusia. DNA yang unggul tentu akan menghasilkan bibit yang unggul pula, tapi keyakinan itu dibantah oleh Yuna tepat di depan mata Louis sendiri.“Sudah, ya. Ayo sekarang kita bahas soal
Sorot mata Yuna seakan memancarkan cahaya yang sangat silau sembari melirik tangan Louis yang sedang menggenggam dirinya. Yuna sedikit pun tidak marah saat Louis berusaha mengurungnya di rumah ini, tapi apa yang Louis katakan barusan benar-benar membuat sumbu Yuna menyulut.“Semua tanaman itu kamu sendiri yang beli pakai uang kamu, bakar saja kalau mau. Apa urusannya sama aku! Dan juga ….”“Aaakh … sakit!”Seketika itu juga, tangan Louis sudah dipelintir oleh Yuna. Tidak hanya tangannya saja, tapi seluruh badan bagian atasnya pun berhasil dikunci oleh Yuna sehingga Louis menjerit kesakitan.“Pak Louis ….”Pengawal yang berjaga di dekat Louis berniat untuk menolong majikan mereka, tapi sayangnya mereka dibuat gentar oleh tatapan yang Yuna layangkan kepada mereka. Seorang wanita yang terlihat lemah lembut ternyata memiliki tatapan yang begitu tajam bagaikan belati. Para pengawalnya Louis hanya bisa menatap satu sama lain dengan wajah cemas, sembari menunggu kesempatan yang datang untuk m
Keraguan di hati apakah Louis benar-benar akan membiarkannya pergi jelas ada, tapi yang pasti Yuna tidak ingin berada di sini lebih lama lagi. Lantas, dia pun segera angkat kaki dan pergi dari rumah tersebut. Di saat itu pula mendadak datang dua mobil yang berhenti tepat di depan mereka.Hal pertama yang Yuna lakukan tentu saja berpikir kalau ini adalah ulahnya Louis, maka dia pun menoleh ke arah Louis. Namun, Yuna mendapati Louis tidak sedang menatap balik ke arahnya, melainkan ke arah dua mobil itu dengan raut wajah terkejut. Louis bergegas mendatangi mobil, dan di saat yang sama, pintu mobil tersebut terbuka.Dari dalam mobil itu turun seorang pria tua dengan rambut yang sudah memutih. Tangannya membawa sebuah tongkat, tapi rona wajahnya masih terlihat sangat sehat. Pria tua itu langsung menoleh ke sekelilingnya dan kemudian mendaratkan tatapan matanya ke Yuna.Pak Yansen?!Yuna mungkin tidak kenal dengan semua teman seprofesi, tapi sebagai peracik parfum, mustahil Yuna tidak tahu s
Setelah terdiam sejenak, Yuna pun akhirnya menjawab, “Pak Yansen, tolong jangan bercanda. Sejauh yang aku pahami, pengalamanku sekarang masih belum layak untuk bergabung ke asosiasi.”“Haish, kita nggak bisa memakai cara pandang lama untuk menghadapi masalah di era modern. Perkembangan zaman sekarang cepat banget. Yang namanya pengalaman itu jelas butuh waktu untuk diperoleh. Selama kamu punya kemampuan, kenapa harus pusing soal pengalaman. Apa kamu harus tunggu sampai setua aku baru layak untuk bergabung ke asosiasi? Kalau sudah setua aku, apa lagi yang bisa kamu kerjain?”“Pak Yansen, omongan Bapak bikin kami jadi nggak enak hati. Pak Yansen kan sosok yang paling dihormati di antara sesama peracik parfum. Bapak adalah panutan bagi kami semua. Karya-karya Bapak mana mungkin bisa dibandingkan sama kami yang masih muda,” ujar salah satu pemuda yang datang bersama Yansen.“Betul!” ujar temannya menimpali, “Talente yang Pak Yansen punya nggak bisa disaingi sama orang lain. Aku yakin mau 1