“Harus hari ini juga? Kalau kamu memang buru-buru, kenapa harus tunggu siang. Sekarang saja … gimana?”“Sekarang?!” seru Yuna terkejut.Seketika itu pula pintu gerbang rumahnya terbuka, dan yang masuk ke dalam tidak lain dan tidak bukan adalah Louis. Dia melambaikan tangannya yang memegang ponsel ke arah Yuna sambil memperlihatkan raut wajah angkuhnya. Pantas saja suara itu terdengar sangat familier bagi Yuna, tak disangka-sangka ternyata orang itu adalah Louis!Namun setelah dipikirkan kembali, kejadian ini tidaklah aneh. Kemarin malam Louis juga berada di tempat itu, dan sepertinya Rosa memanggil Louis dengan sebutan … Om? Jika memang demikian, apakah itu berarti kemarin malam Louis sudah selangkah lebih maju daripada Yuna degan membeli semua tanaman rue dari Erika? Pantas saja Louis berani mengklaim asosiasi memiliki semua bahan langka yang ada.“Sudah kuduga kamu pasti bakal menghubungiku duluan,” ujar Louis sambil tersenyum puas, “Gimana, sudah kamu pikirin baik-baik? Apa kamu ber
Yuna melihat-lihat beberapa bahan yang tersedia di halaman dan langsung memetik beberapa. Kemudian, dia menoleh ke arah Louis dan langsung masuk ke dalam. Di dalam rumah tersedia sebuah alat yang bisa digunakan untuk mengekstrak tanaman, tapi alatnya tidak lengkap. Sepertinya Louis memang sengaja dengan maksud mempersulit Yuna, tapi Yuna tidak terlalu peduli dengan itu dan langsung saja bekerja.Selama dua hari di rumah ini, masih ada banyak hal yang bisa Yuna lakukan. Dengan berbagai macam bahan dasar yang tersedia di halaman, rasanya sayang jika Yuna tidak memanfaatkannya dengan baik. Dengan minyak esensial yang sudah diekstrak dan ramuan lainnya, tak butuh waktu lama aroma harum yang cukup ringan pun mulai tercium.Ke mana pun Yuna pergi, Louis selalu mengikutinya di belakang. Apa pun yang Yuna lakukan, selalu ada Louis yang mengawasi, tapi dia hanya diam saja berdiri di tempat tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Louis hanya bisa mendesah kecewa menyaksikan Yuna langsung melakukan
Sebagai seorang peracik parfum profesional, Louis mau tidak mau harus mengakui bahwa parfum yang dibuat oleh Yuna ini adalah parfum berkualitas tinggi. Dari luar Louis terlihat kalem, tapi sebenarnya hatinya sedang bergejolak. Semenjak Louis terjun ke industri parfum, dia tidak hanya membuat begitu banyak parfum dan minyak esensial, tapi juga sudah bertemu dengan banyak pakar yang masih satu bidang dengannya. Meski begitu, baru kali ini dia melihat seseorang yang dengan santainya membuat sebuah parfum bagus dengan bahan dasar yang sangat sederhana. Hal ini tentu saja membuat keyakinan yang selama ini Louis pegang goyah.Baik Louis maupun guru yang di mana dia berguru, mereka sepakat bahwa membuat parfum dengan kualitas terbaik ditubuhkan bahan dasar yang terbaik pula. Analogi ini sama halnya dengan DNA manusia. DNA yang unggul tentu akan menghasilkan bibit yang unggul pula, tapi keyakinan itu dibantah oleh Yuna tepat di depan mata Louis sendiri.“Sudah, ya. Ayo sekarang kita bahas soal
Sorot mata Yuna seakan memancarkan cahaya yang sangat silau sembari melirik tangan Louis yang sedang menggenggam dirinya. Yuna sedikit pun tidak marah saat Louis berusaha mengurungnya di rumah ini, tapi apa yang Louis katakan barusan benar-benar membuat sumbu Yuna menyulut.“Semua tanaman itu kamu sendiri yang beli pakai uang kamu, bakar saja kalau mau. Apa urusannya sama aku! Dan juga ….”“Aaakh … sakit!”Seketika itu juga, tangan Louis sudah dipelintir oleh Yuna. Tidak hanya tangannya saja, tapi seluruh badan bagian atasnya pun berhasil dikunci oleh Yuna sehingga Louis menjerit kesakitan.“Pak Louis ….”Pengawal yang berjaga di dekat Louis berniat untuk menolong majikan mereka, tapi sayangnya mereka dibuat gentar oleh tatapan yang Yuna layangkan kepada mereka. Seorang wanita yang terlihat lemah lembut ternyata memiliki tatapan yang begitu tajam bagaikan belati. Para pengawalnya Louis hanya bisa menatap satu sama lain dengan wajah cemas, sembari menunggu kesempatan yang datang untuk m
Keraguan di hati apakah Louis benar-benar akan membiarkannya pergi jelas ada, tapi yang pasti Yuna tidak ingin berada di sini lebih lama lagi. Lantas, dia pun segera angkat kaki dan pergi dari rumah tersebut. Di saat itu pula mendadak datang dua mobil yang berhenti tepat di depan mereka.Hal pertama yang Yuna lakukan tentu saja berpikir kalau ini adalah ulahnya Louis, maka dia pun menoleh ke arah Louis. Namun, Yuna mendapati Louis tidak sedang menatap balik ke arahnya, melainkan ke arah dua mobil itu dengan raut wajah terkejut. Louis bergegas mendatangi mobil, dan di saat yang sama, pintu mobil tersebut terbuka.Dari dalam mobil itu turun seorang pria tua dengan rambut yang sudah memutih. Tangannya membawa sebuah tongkat, tapi rona wajahnya masih terlihat sangat sehat. Pria tua itu langsung menoleh ke sekelilingnya dan kemudian mendaratkan tatapan matanya ke Yuna.Pak Yansen?!Yuna mungkin tidak kenal dengan semua teman seprofesi, tapi sebagai peracik parfum, mustahil Yuna tidak tahu s
Setelah terdiam sejenak, Yuna pun akhirnya menjawab, “Pak Yansen, tolong jangan bercanda. Sejauh yang aku pahami, pengalamanku sekarang masih belum layak untuk bergabung ke asosiasi.”“Haish, kita nggak bisa memakai cara pandang lama untuk menghadapi masalah di era modern. Perkembangan zaman sekarang cepat banget. Yang namanya pengalaman itu jelas butuh waktu untuk diperoleh. Selama kamu punya kemampuan, kenapa harus pusing soal pengalaman. Apa kamu harus tunggu sampai setua aku baru layak untuk bergabung ke asosiasi? Kalau sudah setua aku, apa lagi yang bisa kamu kerjain?”“Pak Yansen, omongan Bapak bikin kami jadi nggak enak hati. Pak Yansen kan sosok yang paling dihormati di antara sesama peracik parfum. Bapak adalah panutan bagi kami semua. Karya-karya Bapak mana mungkin bisa dibandingkan sama kami yang masih muda,” ujar salah satu pemuda yang datang bersama Yansen.“Betul!” ujar temannya menimpali, “Talente yang Pak Yansen punya nggak bisa disaingi sama orang lain. Aku yakin mau 1
Tiba-tiba, Yuna berbalik dan langsung berjalan ke depan Louis.Louis masih tidak begitu mengerti situasi apa yang sedang terjadi saat ini, tapi bagaimanapun juga, yang jelas Yansen ingin Yuna bergabung ke dalam asosiasi dan membuat Yuna tetap berada di Kanita. Setidaknya dalam hal ini, mereka memiliki kepentingan yang sama, jadi Louis tidak perlu banyak bicara dan hanya menunggu saja harus bagaimana dia berhadapan dengan Yuna nanti.Dikelilingi oleh begitu banyak orang, Louis pasti akan merasa malu kalau dia malah mundur. Maka itu, dia berusaha sebisa mungkin untuk meredam suaranya yang gemetar dan menatap balik Yuna dengan percaya diri.“Mau ngapain kamu?”Louis masih belum lupa bahwa beberapa saat yang lalu, wanita iblis ini baru saja memiting lengan Louis dan nyaris saja membuat sendinya terlepas. Sensasi itu masih terasa sangat jelas karena Louis-lah yang merasakannya sendiri. Karena itu, raut wajahnya kini jadi terlihat sedikit lebih waspada seakan Yuna hendak menyakitinya lagi.T
Seketika itu juga suasana jadi terasa sangat canggung. Yuna dibuat tak berkutik oleh pertanyaan Yansen yang dari tadi hanya membahas itu saja. Nadanya memang terdengar sangat sungkan dan terkesan seperti bertanya, tapi dia tidak mau menerima jawaban tidak dari Yuna. Dengan kata lain, di situasi itu Yuna hanya bisa menerima tawarannya.Ternyata pria tua ini jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada Louis. Louis tak lebih dari sekadar permulaan saja. Segala kesulitan yang Louis lakukan setelah memancing Yuna datang kemari masih cukup mudah untuk diatasi, tapi itu tidak sama bagi Yansen. Usia Yansen sudah cukup senior, dan wewenang yang dia miliki pun jauh lebih besar.Yuna sudah menolak tawarannya sebanyak dua kali. Kalau dia masih menolak sampai yang ketiga kalinya, bisa-bisa esok harinya Yuna akan dianggap sebagai orang yang paling tidak tahu diuntung. Awalnya Yuna kira semua ini hanya ulah Louis seorang. Yuna pikir Louis diam-diam menggunakan cap resmi asosiasi dan mengirimkan undangan
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us
“Hus! Amit-amit! Siapa yang ajarin kamu ngomong begitu! Yuna yang aku kenal nggak begini, sejak kapan kamu jadi sentimental!”“Kamu sendiri juga biasanya nggak pernah percaya sama yang begituan. Jadi, kenapa kamu mau datang ke sini?”“Aku … cuma mau lihat saja apa yang terjadi di sini!”Yuna tidak membalas sanggahan Juan dan hanya tersenyum, sampai-sampai membuat Juan panik dan menyangkal, “Oke, oke. Aku datang untuk lihat keadaan kamu, puas?! Kamu nggak tahunya pasti punya tenaga untuk bikin aku marah. Kayaknya kamu sudah sehat, ya.”“Iya, aku sudah mendingan!” kata Yuna, dia lalu hendak mencabut jarum-jarum yang masih tertancap di badannya.”“Eh, jangan bergerak!” seru Juan, emudian dia mencabut jarumnya satu per satu sesuai dengan urutan dia menusuk sambil menggerutu, “Aku dengar kamu tiba-tiba koma. Bikin aku takut saja. Aku juga dengar dia bilang detak jantung kamu hampir berhenti. Biar kutebak, kamu …. Ah, biarlah. Kamu ini, nggak pernah peduli sama badan sendiri. Bisa-bisanya ka
“Tahan dia, dia masih bisa berguna,” kata Fred.“Aku nggak akan pergi dari kamar ini!” Tiba-tiba Juan memberontak dan akhirnya melawan perintah Fred. “Kalau kamu mau aku angkat kaki dari kamar ini, lebih baik bunuh aku saja sekalian!”“Kamu pikir aku nggak berani?”“Terserah kamu saja!”Juan langsung duduk bersila di lantai dan tangannya memeluk ujung kasur dengan erat. Mau diapa-apakan oleh mereka pun Juan tidak akan mau berpindah tempat. Jangan remehkan tubuhnya yang sudah menciut akibat usia, walau begitu pun tenaganya masih lumayan besar sampai ditarik oleh banyak orang pun dia tetap tak berpindah. Namun keributan itu membuat Yuna merasa terganggu.“Pak Tua … hentikan!”Fred melompat kegirangan akhirnya mendengar Yuna sudah bisa bicara. Dia segera meminta mereka untuk berhenti dan berjalan menghampiri Yuna.“Akhirnya kamu bangun juga. Mau ngomong juga kamu sekarang? Yuna, kamu sudah keterlaluan! Kamu pikir dengan bunuh diri, kamu berhasil merusak rencana besarku?”“Aku nggak ngerti