Seketika itu juga suasana jadi terasa sangat canggung. Yuna dibuat tak berkutik oleh pertanyaan Yansen yang dari tadi hanya membahas itu saja. Nadanya memang terdengar sangat sungkan dan terkesan seperti bertanya, tapi dia tidak mau menerima jawaban tidak dari Yuna. Dengan kata lain, di situasi itu Yuna hanya bisa menerima tawarannya.Ternyata pria tua ini jauh lebih sulit untuk dihadapi daripada Louis. Louis tak lebih dari sekadar permulaan saja. Segala kesulitan yang Louis lakukan setelah memancing Yuna datang kemari masih cukup mudah untuk diatasi, tapi itu tidak sama bagi Yansen. Usia Yansen sudah cukup senior, dan wewenang yang dia miliki pun jauh lebih besar.Yuna sudah menolak tawarannya sebanyak dua kali. Kalau dia masih menolak sampai yang ketiga kalinya, bisa-bisa esok harinya Yuna akan dianggap sebagai orang yang paling tidak tahu diuntung. Awalnya Yuna kira semua ini hanya ulah Louis seorang. Yuna pikir Louis diam-diam menggunakan cap resmi asosiasi dan mengirimkan undangan
“Aku pribadi memang berniat untuk itu,” kata Yansen mengangguk, “Tapi … kamu sebagai tunangannya sepertinya nggak setuju dengan itu!”Satu per satu orang-orang yang berada di sekitar jadi sangat menantikan drama apa yang sebentar lagi akan terjadi. Kalaupun si Yuna ini tidak tahu diri dan menolak kesempatan yang sudah Yansen berikan, tapi setidaknya Brandon seharusnya bisa mengambil keputusan yang lebih baik berdasarkan situasi sekarang ini. Sebesar apa pun kekayaan dan kekuasaan yang Uniasia miliki, Brandon pasti akan tetap hormat kepada Yansen.Akan tetapi ….“Oh, itu sudah pasti!” seru Brandon, yang mana sontak membuat semua orang terkejut mendengarnya. Suaranya yang lantang dan besar itu juga masih terus menggema di telinga. Dan yang membuat mereka semua syok bukan hanya suaranya saja, tapi terlebih kepada sikapnya.Apa yang Brandon katakan barusan? Sudah pasti? Apanya yang sudah pasti? Apakah maksud dia, sudah pasti istrinya itu akan menolak tawaran Yansen?Terlepas dari apa yang
Mereka berdua dengan bebasnya menebar kemesraan seakan sudah lupa kalau di sekitar mereka masih ada orang lain.“Brandon, aku tahu kamu suka sewenang-wenang. Tapi kalau sudah menyangkut urusan asosiasi, aku sarankan lebih baik kamu pikir dulu baik-baik. Kamu pikir Uniasia bisa melakukan segalanya? Selama Yuna masih bekerja jadi peracik parfum, berarti dia masih jadi bagian dari komunitas seprofesi. Dia nggak akan bisa lari dari peraturan yang berlaku.”Perkataan Louis benar-benar berhasil memancing Yuna, tapi Brandon dengan sigap menahannya dan membalas Louis, “Dia jadi peracik parfum karena dia suka. Kalau suatu hari nanti dia sudah nggak suka, ya, nggak usah dipaksa. Aku bisa membiayai istriku sendiri. Yang pasti, apa pun yang mau Yuna lakukan, dia bisa melakukannya dengan tenang karena ada Uniasia yang mendukung!”Ketika menggandeng Rachel pergi dan berjalan melewati Louis, tak lupa Brandon melayangkan tatapan sinis kepadanya sambil meninggalkan satu ucapan terakhir, “Uniasia memang
“Kamu naik ke mobil dulu,” kata Brandon kepada Yuna.Yuna menyadari pasti ada hal penting yang perlu dibahas oleh mereka berdua, dan gelagat Frans juga mengatakan masalah ini pasti sangat serius. Yuna bukanlah orang yang manja. Di saat seperti ini dia tidak mempermasalahkan mereka yang ingin berbicara berdua saja tanpa Yuna, tapi Yuna merasa apa yang mereka berdua bicarakan pasti ada kaitan dengan dirinya. Namun karena Brandon tidak bilang apa-apa, dia pasti punya alasannya sendiri.“Oke,” sahut Yuna mengangguk.Yuna langsung masuk ke dalam mobil, menutup pintunya dan mengamati dari balik jendela. Dia masih bisa melihat apa yang Frans ucapkan dari mulutnya, dan Brandon terlihat sangat terkejut. Kemudian, suasana menjadi cukup tegang, dan yang lebih gawatnya lagi … Brandon langsung melirik ke arah Yuna berada. Orang yang berada di luar mobil tidak akan bisa melihat ke dalam, tapi secara naluriah Yuna berusaha menghindari tatapan Brandon.Brandon masih tidak bergerak dari posisinya semul
Jarak antara Kanita ke Johar bisa dibilang cukup jauh, tapi untungnya waktu perjalanan bisa dipangkas jauh menggunakan pesawat. Pertama-tama mereka bergegas ke bandara, setelah itu barulah mereka menuju ke kediaman keluarga Tanoto.Sebelum naik pesawat, Yuna menyempatkan dirinya untuk menghubungi Clinton. Namun, Clinton sudah tahu Yuna pasti akan pulang dan malah mencegahnya, “Kamu nggak usah pulang. Fokus saja sama kerjaanmu sendiri.”“Clinton?! Di saat begini mana mungkin aku nggak pulang! Kemarin Kakek masih sehat-sehat saja, kenapa tiba-tiba bisa meninggal? Apa yang terjadi sama Kakek?”Kalau Yuna tidak menemui kakeknya waktu itu, mungkin dia masih bisa mengerti mengapa Clinton berkata seperti itu. Namun sekarang situasinya berbeda. Yuna sudah akur kembali dengan kakeknya, dan setelah mengetahui apa yang terjadi, mana mungkin Yuna tidak ingin menemui kakeknya untuk yang terakhir kali. Apalagi, Yuna mengira penyakit jantung yang kakeknya derita semestinya sudah sembuh.Setelah beber
Sejak saat itu, posisi kepala keluarga Tanoto diambil alih oleh Clinton. Pertanyaan Brandon ini … apakah berarti terjadi sebuah perubahan besar dalam keluarga Tanoto?!Perjalanan menggunakan pesawat membutuhkan waktu sekitar dua jam lebih. Brandon mengambil selimut dan memakaikannya untuk Yuna. Dia merasa begitu sedih melihat Yuna sedih sampai matanya memerah.“Sekarang nggak usah mikir yang macam-macam dulu. Toh, semuanya sudah terjadi. Sesedih apa pun, kamu tetap harus jaga diri. Ke depannya pasti masih banyak urusan yang harus kamu hadapi.”Yuna mengerti soal itu, tapi tetap saja … kesedihan yang begitu mendalam di hati tidak semudah itu dibendung. Sejak kedua orang tuanya meninggal, Yuna dirawat oleh kakeknya. Dulu Yuna merasa kalau kakeknya jahat. Kakeknya orang lain begitu ramah dan sering membelikan makanan untuk cucunya, bahkan ada juga yang membeli pakaian. Namun, Yuna tidak pernah merasakan pengalaman indah itu. Selain bersekolah, satu-satunya kegiatan yang Yuna lakukan hanya
“Kita sudah terlanjur di perjalanan juga. Anggap saja kita ke sini untuk melepas penat sesaat,” kata Cecilia dengan manja, “Lagian kita sebentar lagi kita sudah sampai.”Berhubung memang sudah tak jauh dari tempat tujuan, Tania pun tidak terlalu mempermasalahkannya lagi. Tak lama kemudian, mobil yang mereka naiki tiba di sebuah bangunan yang lokasinya sedikit terpisah dari gedung-gedung lain. Tania pun mengamati sekelilingnya dengan rasa penasaran dan bertanya, “Bukannya kita mau jalan-jalan? Ini tempat apa?”“Ini rumahku,” jawab Cecilia tersenyum, sembari menarik Tania keluar dari mobil.“Rumah kamu? Kapan kamu beli rumah ini? Kok, Mama nggak tahu? Papa kamu sudah tahu?”“Ma, apa pun yang aku lakukan, Papa pasti tahu semuanya. Papa juga kasih tahu, ‘kan, kalau dia punya istri dan anak lain di luar?”Ucapan itu sontak membuat Tania jadi marah, perasaan itu terlukis jelas melalui raut wajahnya.“Iya, aku salah ngomong. Mama jangan marah lagi. Mama percaya, deh, sama aku. Mama pasti baka
Merasa sulit untuk menerima semua fakta ini, Tania pun menenangkan dirinya dan bertanya kepada Cecilia.“Sebenarnya gampang saja, sih. Kebetulan waktu itu situasi Kak Logan juga lagi kurang bagus, makanya aku bisa ketemu sama dia. Mungkin karena kondisi Mama juga yang agak susah. Kalau nggak, mungkin Mama sudah dari dulu bisa ketemu Kak Logan. Waktu itu Kak Logan juga lagi susah, makanya itu aku nggak ngasih tahu Mama. Mama tahu sendiri, ‘kan, orang yang nyari Kak Logan waktu itu banyak banget. Sebisa mungkin aku nggak mau ambil risiko, jadi aku diam saja. Mama nggak marah, ‘kan?”Tania tentu saja tidak tega menyalahkan Cecilia setelah apa yang dia katakan itu. Bisa melihat anak laki-lakinya dalam keadaan selamat sudah merupakan sesuatu yang sangat melegakan. Dan lagi, apa yang Cecilia katakan ada benarnya. Saat itu, Logan memang sedang berada di situasi yang canggung, dan tidak ada salahnya mengurangi komunikasi yang tidak penting.“Mama nggak marah, kok. Kamu sendiri nggak marah sam