Melihat perempuan yang sibuk membereskan koper membuat Brandon tidak tahan dan langsung memeluk pinggang perempuan itu dari belakang sambil berkata, “Bagaimana kalau aku ikut kamu pergi saja?”Meski bukan keluar negeri, tetapi Brandon menjadi ketakutan sejak kejadian terakhir kalinya. Secara otomatis dia langsung keberatan ketika tahu Yuna akan dinas. “Kalau nggak, aku nggak pergi saja, ya?” balas Yuna sambil menoleh.“Benarkah?!” seru Brandon dengan mata berkaca-kaca. Suaranya naik hingga beberapa oktaf.“Dasar bodoh!” bisik Yuna sambil mengecup wajah lelaki itu. Dia tertawa dan lanjut membereskan kopernya.“Aku hanya pergi dua hari saja. Nggak lama lagi sudah pulang. Lagian aku nggak keluar negeri. Tempatnya dekat saja, kamu masih takut terjadi sesuatu?” lanjut Yuna lagi.“Takut!” sahut Brandon tanpa menutupi kekhawatirannya pada perempuan itu.Memang benar apa yang dikatakan oleh Yuna. Akan tetapi Brandon akan rindu dengan perempuan itu. Dia tidak ingin berpisah meski hanya satu d
“Kamu nggak tanya aku apa permintaannya?” tanya Yuna sambil melebarkan matanya ketika melihat Brandon tidak penasaran dan tidak ragu.“Apa pun itu aku pasti setuju!”Bagi Brandon, apa pun yang diminta oleh Yuna pasti akan ia kabulkan. Kalimat lelaki itu membuat Yuna sedikit tidak enak untuk menyampaikannya. Akan tetapi karena Brandon sudah berkata seperti itu, maka Yuna tidak akan sungkan.“Kalau aku bilang aku mau seluruh Uniasia?” goda Yuna sambil menaik turunkan alisnya. Tatapan menggodanya menjadi bumerang bagi Brandon dan tidak bisa ditolak oleh lelaki itu.“Boleh!” sahut Brandon dengan penuh keyakinan. Lengan lelaki itu melingkari pinggul Yuna dan memeluknya erat sambil berkata lagi, “Selama kamu nggak protes lelah dan mau mengelolanya, besok sudah bisa urus persyaratannya.”Melihat keseriusan Brandon ketika mengatakan kalimat itu membuat Yuna menjawab, “Siapa yang mau kelola? Pasti capek sekali! Kalau aku menerimanya, yang pertama kali aku lakukan adalah menjualnya. Pasti akan m
Acara perayaan bisnis di Kota Suba terlihat semakin ramai setiap tahunnya. Berbagai bidang bisnis pasti akan datang karena ada banyak kesempatan. Mereka bisa menjalin hubungan baik dengan rekan bisnis serta menarik calon pelanggan dan investor baru.Brandon menjadi salah satu yang menarik perhatian dalam acara kali ini. Ada banyak sekali orang yang ingin bekerja sama dengan Uniasia. Atau mungkin berharap Brandon bersedia memberikan suntikan dana pada perusahaan kecil mereka.Sharon menggenggam gelas anggurnya dengan gugup. Sudah sejak tadi dia memperhatikan lelaki itu, tetapi masih belum mendapatkan kesempatan untuk berbaur dan menarik Brandon dari kerumunan orang-orang.“Sudah larut,” kata Cecilia yang sudah berkeliling satu putaran. Perempuan itu tampak sedang menahan tawa.“Aku tahu. Terlalu banyak orang, aku lagi tunggu kesempatan datang,” sahut Sharon.“Menunggu bukan sebuah cara, kalau lebih lama lagi kemungkinan dia sudah mau pergi,” kata Cecilia lagi sambil menyesap anggur mera
Brandon meneguk minumannya dan mengangkat gelas yang telah kosong sambil bertanya, “Sudah boleh kan?”“Bo-boleh,” jawab Sharon dengan suara sedikit bergetar. Mungkin dia sendiri tidak menyadari kalau jantungnya yang berdegup cepat itu tidak kembali normal meski Brandon sudah meminum minumannya. Akan tetapi jantungnya justru menjadi semakin cepat berdetak.Lelaki itu benar-benar meminumnya! Semuanya berjalan sesuai dengan rencananya. Sebentar lagi akan tiba pada tahap yang paling penting! Sharon hanya berharap tidak ada yang keliru dan mendapatkan hasil yang dia inginkan.Jarum jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Acara berakhir telah berakhir. Ada yang memutuskan untuk masih tetap di tempat untuk berbincang dan ada yang kembali ke kamarnya karena merasa lelah.Mata Sharon terus memperhatikan pergerakan Brandon. Sekitar 15 menit yang lalu, lelaki itu sudah pamit untuk beristirahat. Sebelumnya dia sudah berhasil mendapatkan kartu kamar 1808. Dihitung-hitung seharusnya obatnya sudah berea
Cahaya yang begitu silau membuat Sharon tidak bisa membuka matanya. Dia menyipit kemudian mencoba melihat dengan jelas. Wajahnya pucat pasi dan bertanya, “Kok bisa ada kamu?!”Sharon mundur dengan panik, tetapi karena tangannya masih ditahan sehingga perempuan itu tidak jatuh tersungkur. Posisi mereka menunjukkan sebuah bukti yang sangat nyata, tangan Sharon berada di dada lelaki yang merupakan kakaknya!Wajah Calvin terlihat luar biasa keruh. Dia duduk di kasur sambil memandangnya dalam dan tajam. Kepala Sharon mendadak kosong dan tampak melongo di tempat. Dia belum bisa mencerna apa yang sebenarnya telah terjadi.“Kalau bukan aku, memangnya seharusnya siapa?” tanya lelaki itu dengan pelan dan nada menusuk. Dia tidak terlihat seperti sedia kala yang selalu tertawa ramah.“Ka- lepaskan aku!” Wajah Sharon memerah karena dia tertangkap basah oleh sang kakak. Dia hanya bisa menarik tangannya agar terlepas dari cengkeraman Calvin seakan dengan cara itu dia bisa menghapus semua bukti rencan
Setelah merapikan bajunya, dia menoleh ke arah Calvin yang memasang ekspresi galak. Dia memanyunkan bibirnya dan berjalan membuka pintu kamar. Begitu pintu terbuka, ada ratusan hujan cahaya kamera yang mengarah padanya bersamaan dengan seruan, “Sharon! Itu Sharon!”Seorang artis terkenal ketahuan membuka kamar. Siapa lelaki yang ada di dalam sana? Benar-benar berita heboh!Tidak rugi mereka datang ke sini dengan buru-buru. Semua orang mengangkat kamera mereka tinggi-tinggi dan berusaha mendapatkan foto yang lebih jelas. Mereka tidak bisa melihat siapa lelaki yang ada di dalam kamar karena Calvin masih belum keluar.Sharon mengangkat lengannya menutupi matanya yang silau. Dia terkejut kenapa mereka datang begitu cepat. Jelas-jelas informasi ini tidak akan disebar dengan begitu cepat. Akan tetapi, Sharon cukup tenang menghadapi para wartawan itu karena sudah berpengalaman. Dia tersenyum tipis dan bertanya,“Ada apa? Kalau mau wawancara seharusnya janji waktunya dulu dengan manajer aku.”
Sharon menoleh ke arah Calvin karena sampai saat ini dia tidak tahu keberadaan Brandon ada di mana. Suara tadi membuatnya merasa curiga. Dia jalan mendekati kamar tersebut dan mengetuk pintunya.Sharon sendiri tidak yakin dengan sosok yang ada di dalam kamar tersebut. Namun perasaannya mengatakan sesuatu yang memintanya untuk mencari tahu.“Ada orang di dalam?” tanya Sharon.Tidak ada jawaban dari dalam sana. Dia mengetuk lagi dan tetap tidak ada sahutan. Suara yang begitu nyaring mendadak sunyi dan tidak ada sahutan sama sekali.“Panggil room service untuk periksa. Jangan sampai ada tamu yang terjadi sesuatu,” kata Calvin.Baru saja ada yang hendak memanggil bantuan, pintu kamar mendadak terbuka dari dalam. Cecilia berdiri di depan sana dengan rambut acak-acakan dan wajah setengah sadar.Perempuan itu menyipitkan matanya dan bertanya, “Siapa?”“Cecilia?” seru Sharon dengan terkejut. Dia tidak menyangka bahwa perempuan itu ada di dalam sana!“Sharon, kenapa … kenapa ada begitu banyak o
“Kamu masih berani mengungkitnya?!” seru Calvin sambil menunjuk Sharon.“Jangan salahkan Kakak nggak ingatkan kamu sebelumnya. Kalau masalah ini nggak selesai, kamu tanggung sendiri akibatnya!”Sharon diam dan mengangkat kedua bahunya tidak peduli. Kenapa Brandon tidak langsung mencarinya? Padahal jelas-jelas Sharon melihat lelaki itu minum minuman yang dia berikan.Saat pintu tertutup, Cecilia menepuk tangannya dengan pelan. Dia berbalik dan membuka pintu kamar mandi dan tirai mandi. Di dalam bathtub terdapat seorang lelaki yang setengah telanjang dan tengah berbaring di sana. Jelas sekali lelaki itu sedang pingsan.Dia melirik orang itu dengan dingin dan berbalik menghadap wastafel. Cecilia mencuci tangannya dan menatap dirinya yang ada di dalam cermin. Rambutnya yang lembut tampak berantakan dan wajahnya sedikit merah, semua itu karena dia tidak waspada sehingga lelaki itu bisa melukainya.Cecilia menyentuh bekas merah yang ada di wajahnya dan kemudian berjongkok di samping bathtub.
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta
Tidak peduli apa pun yang Ratu katakan, Fred selalu punya seribu satu alasan untuk berdalih.Fred menggeleng dan berkata, “Bukan pintar beralasan, tapi karena semuanya sudah aku pikirkan demi Yang Mulia. Sejak awal sudah kubilang, mereka itu licik dan banyak akal bulusnya. Jangan mudah percaya sama omongan mereka! Mereka pasti mencoba membujukmu untuk menghentikan eksperimennya. Jangan ikuti kemauan mereka. Yang Mulia coba pikirkan, kita sudah sejak lama melakukan penelitian, lalu untuk apa? Kalau sekarang kita menyerah, bukankah semua yang kita lakukan dulu jadi sia-sia? Semua kerja keras, waktu , dan uang yang kita bayar jadi nggak ada artinya! Ini cuma akal-akalan mereka, karena kalau eksperimennya berhasil, kita bisa menguasai dunia. Cuma penduduk Yuraria saja yang bisa kemampuan hidup abadi. Itu sudah cukup untuk menggemparkan dunia, termasuk mereka. Makanya mereka nggak mau eksperimen ini berhasil. Bisa jadi … mereka membujuk Yang Mulia untuk menyerah, tapi habis itu diam-diam me
“Karena kamu begitu setia padaku, aku kasih kamu satu kesempatan lagi,” kata sang Ratu mendesah ringan.“Mau aku jadi bahan percobaanmu? Nggak masalah!” kata Fred dengan alis terangkat. “Toh sekarang aku juga nggak bisa menolak, bukan?”“Apa kamu ada permintaan lain?”Bagaimanapun juga, mereka adalah tuan dan pelayan yang sudah bekerja bersama selama bertahun-tahun, yang sudah melewati suka dan duka bersama. Andaikan Fred memiliki niat untuk melakukan kudeta, dia sudah berkontribusi banyak dan layak untuk mendapatkan apa yang dia minta sebelum dieksekusi.“Yang Mulia tahu aku sudah nggak membutuhkan apa-apa lagi. Aku sudah lama bercerai dengan istriku dan anakku ikut dia ke luar negeri. Aku cuma sendiri mendedikasikan hidupku untukmu, Yang Mulia Ratu. Sekarang aku sudah nggak punya permintaan apa-apa lagi. Oh ya, kalau sampai ….”Fred berhenti sejenak, kemudian dia melanjutkan, “Kalau sampai eksperimen ini berhasil, aku bisa terus hidup lebih lama di dalam badan anak itu, aku berharap
Di sebuah ruang bawah tanah yang lembap dan tidak terkena cahaya matahari, begitu masuk langsung tercium bau busuk yang menyengat hidung. Saat pintu dibuka, dan mendengar ada suara kursi roda yang mendekat, orang yang berada di dalam langsung mendongak menatap ke depan.“Ah, Yang Mulia datang untuk menemui aku juga.”Orang itu menyunggingkan senyum yang kaku. Dia yang dulu adalah seorang duta besar terhormat kini menjadi tak lebih dari seperti tawanan perang. Kursi roda berhenti, lalu sang Ratu menatapnya, orang yang sudah meneaninya selama puluhan tahun lebih.“Fred, apa kamu menyesal?” tanyanya.“Menyesal? Apa yang perlu disesali? Aku menyesal kenapa eksperimennya nggak aku lakukan lebih awal? Atau menyesal karena terlalu banyak berpikir? Ataukah menyesal karena aku nggak menyadari lebih awal kalau kamu mencurigaiku? Yang menang memakan yang kalah, itu sudah hukumnya. Nggak ada yang perlu aku sesali.”Sang Ratu sempat terdiam sesaat mendengar kata-kata Fred.“Jadi kamu nggak pernah m
“Tapi sudah terlambat kalau terus menunggu sampai eksperimennya dimulai!” kata Shane seraya menggertakkan gigi.Dia tidak punya sisa waktu lagi untuk bertaruh. Kalau sampai ternyata eksperimennya keburu dimulai, betapa sakit hatinya Shane membayangkan tubuh Nathan yang masih kecil itu harus terbaring di atas meja operasi yang dingin dan dibedah seperti tikus percobaan. Dia tidak bisa menerima hal seperti itu terjadi. Dia tidak tega melihat anaknya yang masih kecil harus mengalami penderitaan yang sebegitu parahnya. Nathan tidak tahu apa-apa dan diculik begitu saja, terpisah dari ayahnya begitu lama. Dan sekarang, dia harus menghadapi semua ini. Bahkan … bahkan dia tidak tahu apa yang akan dia hadapi.“Tapi kalau kamu ke sana sekarang, memangnya kamu bisa menolong Nathan?” Brandon bertanya.“Aku nggak peduli. Kalaupun aku harus mati, aku bakal tetap berusaha!”“Ya sudah, terserah kamu. Pergi sana!” Brandon tak lagi membujuk Shane. Dia memukul meja yang ada di depannya dan berseru kepada
Mau dipikir seperti apa pun, itu rasanya agak mustahil.“Aku juga berharap informasiku salah, tapi ….”Brandon tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi itu sudah menyiratkan intensi yang sangat jelas. Berhubung ini sudah menyangkut nasib Nathan, jika informasi yang dia dapat tidak bisa dipercaya, dia pun tidak akan memberitahukannya kepada Shane.“Jadi selama ini dia nggak mau membebaskan Nathan karena itu? Itu alasan kenapa selama ini aku nggak pernah berhasil menemukan dia. Jadi … mereka dari awal memang nggak ada niat untuk melepaskan Nathan, dan mereka menyandera dia dengan alasan membutuhkan investasi dana dariku, itu semua bohong?!”Rona wajah Shane di saat itu sudah pucat pasi. Suaranya pasti terdengar cukup datar, tetapi bisa terdengar bibirnya sedikit gemetar. Siapa pun yang menghadapi hal semacam ini pasti akan memberikan reaksi yang sama.Chermiko tidak tahu seperti apa rasanya memiliki seorang anak, tetpai dia dapat memahami perasaan Shane. Dia sendiri juga tidak keberatan di
“Ratu mau Fred jadi bahan percobaannya?” Chermiko bertanya, tetapi dia langsung membantah pertanyaan itu. “Nggak, itu mustahil! Aku dulu pernah ada di sana dan banyak tahu tentang R10. eksperimen ini nggak pernah diuji coba karena syarat dari penerimanya terlalu ketat.”Syaratnya adalah mendapatkan dua tubuh yang cocok, dan itu jelas bukan hal yang mudah untuk dicari. Sama seperti melakukan donor organ, tubuh pendonor dan penerima donor harus cocok baru bisa dilaksanakan. Hanya dengan syarat itu terpenuhi barulah tidak terjadi reaksi penolakan. Makanya, kalaupun Ratu punya niat untuk itu, dia harus mencarikan tubuh yang cocok dengan Fred.“Kamu kira nggak ada?” Brandon bertanya balik dan seketika membuat Chermiko dan Shane kaget. Chermiko dan Shane sama-sama dibuat bertanya-tanya, siapa orang yang akan menjadi wadah baru bagi jiwa Fred.“Dan orang yang bakal menampung jiwa Fred itu bukan orang asing. Fred sendiri yang cari,” kata Brandon. “Kalau dia nggak ketemu orang yang cocok, mana
“Sudah nggak ada lagi, itu saja. Dia bilang yang kita butuhkan sekarang cuma waktu. Sebenarnya nggak ada yang penting, sih. Mungkin dia takut karena masih diawasi. Takutnya ada orang yang mendengar percakapan, makanya dia nggak berani bilang banyak.”“Bukan. Informasi pa yang mau diasampaikan sudah semuanya dia kasih tahu ke kamu,” ucap Brandon.Chermiko, “Eh?”Shane, “Hah? Jadi yang Pak Juan mau sampaikan itu apa?”“Pak Juan bilang kita nggak bisa tangani, tapi ada orang lain yang bisa. Orang yang bisa itu maksudnya siapa?” tanya Brandon kepada mereka berdua. Tetapi baik Shane dan Chermiko di saat itu hanya bertukar pandang dan menggelengkan kepala.“Dan juga kenapa kita nggak bisa? Sebelumnya kita sudah tahu mereka ada di dalam kedutaan, terus kenapa tiba-tiba Pak Juan bilang ini di luar batas kemampuan kita?” tanya Brandon lagi.Kali ini Shane dan Chermiko lebih kompak lagi. Mereka berdua sama-sama menggelengkan kepala serentak tanpa perlu menatap satu sama lain.“Karena Pak Juan me
Chermiko datang dengan penuh tanda tanya dan pergi dengan penuh tanda tanya pula. Dia merasa belum mengatakan atau melakukan apa-apa selama dia bertemu dengan kakeknya tadi, dan langsung disuruh pulang begitu saja. Selama perjalanan, Chermiko berulang kali memikirkan apa yang tadi Juan katakan kepadanya, tetapi dia tidak mendapatkan jawabannya. Jadi apa maksud Juan sebenarnya?Begitu Chermiko sampai ke rumah, benar saja Brandon dan Shane sudah menunggunya. Mereka langsung datang menyambut dan bertanya, “Gimana? Mereka ngundang kamu ke sana untuk apa?”Bahkan mobil yang mengikuti Chermiko dari belakang juga sudah melakukan persiapan jaga-jaga apabila terjadi sesuatu yang buruk padanya. Namun mereka bisa tenang setelah mendapat kabar kalau Chermiko sudah dalam perjalanan pulang. Namun di saaat yang sama mereka pun terheran-heran mengapa hanya Chermiko sendiri yang keluar.“Mereka mengancam kamu? Apa saja yang mereka bilang di sana?” tanya Shane. “Pasti Rainie, ‘kan? Kali ini apa lagi yan