Sharon menoleh ke arah Calvin karena sampai saat ini dia tidak tahu keberadaan Brandon ada di mana. Suara tadi membuatnya merasa curiga. Dia jalan mendekati kamar tersebut dan mengetuk pintunya.Sharon sendiri tidak yakin dengan sosok yang ada di dalam kamar tersebut. Namun perasaannya mengatakan sesuatu yang memintanya untuk mencari tahu.“Ada orang di dalam?” tanya Sharon.Tidak ada jawaban dari dalam sana. Dia mengetuk lagi dan tetap tidak ada sahutan. Suara yang begitu nyaring mendadak sunyi dan tidak ada sahutan sama sekali.“Panggil room service untuk periksa. Jangan sampai ada tamu yang terjadi sesuatu,” kata Calvin.Baru saja ada yang hendak memanggil bantuan, pintu kamar mendadak terbuka dari dalam. Cecilia berdiri di depan sana dengan rambut acak-acakan dan wajah setengah sadar.Perempuan itu menyipitkan matanya dan bertanya, “Siapa?”“Cecilia?” seru Sharon dengan terkejut. Dia tidak menyangka bahwa perempuan itu ada di dalam sana!“Sharon, kenapa … kenapa ada begitu banyak o
“Kamu masih berani mengungkitnya?!” seru Calvin sambil menunjuk Sharon.“Jangan salahkan Kakak nggak ingatkan kamu sebelumnya. Kalau masalah ini nggak selesai, kamu tanggung sendiri akibatnya!”Sharon diam dan mengangkat kedua bahunya tidak peduli. Kenapa Brandon tidak langsung mencarinya? Padahal jelas-jelas Sharon melihat lelaki itu minum minuman yang dia berikan.Saat pintu tertutup, Cecilia menepuk tangannya dengan pelan. Dia berbalik dan membuka pintu kamar mandi dan tirai mandi. Di dalam bathtub terdapat seorang lelaki yang setengah telanjang dan tengah berbaring di sana. Jelas sekali lelaki itu sedang pingsan.Dia melirik orang itu dengan dingin dan berbalik menghadap wastafel. Cecilia mencuci tangannya dan menatap dirinya yang ada di dalam cermin. Rambutnya yang lembut tampak berantakan dan wajahnya sedikit merah, semua itu karena dia tidak waspada sehingga lelaki itu bisa melukainya.Cecilia menyentuh bekas merah yang ada di wajahnya dan kemudian berjongkok di samping bathtub.
Meski Sharon tidak diberikan hukuman, setidaknya apa yang perempuan itu dapatkan dari keluarga jauh lebih parah dari hukuman lainnya.“Ma ….” Sharon menangis dan mengamuk, tetapi sikap orang tuanya menunjukkan bahwa keputusan mereka sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat.“Sharon,” gumam ibunya sambil menghela napas. Dia menoleh dan melihat wajah putranya. Setelah itu ibunya hanya bisa menahan ucapannya dan membuang wajah sambil menangis.“Nggak ada gunanya kamu panggil siapa pun! Waktu kamu berniat mengusik dia, kenapa nggak memikirkan akibat dari sekarang? Ma, Mama juga jangan bantuin dia! Mama terlalu memanjakan dia makanya buat dia jadi seperti ini! Kalau dia nggak dibawa keluar negeri, dia akan menghancurkan keluarga dan karir kita!”Wajah ibunya tampak keruh dan dengan hati-hati dia berkata, “Ng-nggak mungkin, lagian keluarga kita ada hubungan baik dengan mereka. Brandon juga Mama yang lihat dari dia kecil sampai dewasa. Sharon hanya melakukan kecerobohan karena dia menyukai B
“Siapa yang mau kamu temui?” tanya Calvin kening berlipat.Mobil melaju dan masuk ke dalam teras rumah. Sebelum mereka masuk ke dalam, sudah terdengar suara obrolan orang-orang di dalam ruang tamu. Suara tersebut terdengar sangat bahagia karena dipenuhi canda tawa.Cecilia tercenung sesaat dan melanjutkan langkahnya masuk ke rumah. Dia melihat ibunya yang duduk sambil bersandar di kursi. Di sampingnya ada sosok Sharon yang duduk di sana juga.Perempuan itu terdiam sesaat kemudian menyunggingkan seulas senyum dan berkata, “Ma, aku pulang. Sharon juga datang?”Sikapnya sangat alami dan tidak terlihat ada yang janggal. Ibunya mengangguk dan berkata, “Sharon sudah datang cukup lama. Dia menemani Mama ngobrol. Benar-benar anak yang baik! Kamu yang setiap hari sibukin sesuatu yang nggak jelas dan nggak ada waktu buat ngobrol sama Mama.”“Akhir-akhir ini di kantor ada banyak urusan. Mama tahu sendiri Om saja nyaris nggak bisa pegang semua pekerjaannya. Aku coba bantu sebisa aku,” ujar Cecili
“Cecilia, kenapa kamu bisa ada di sana?” tanya Sharon dengan tenang.“Oh, hari itu aku kebanyakan minum dan capek. Makanya aku putusin buat istirahat saja. Lagian aku juga sekalian jagain kamu. Aku hanya nggak menyangka kalau bisa benar-benar terlelap,” kata Cecilia sambil menggaruk kepalanya.“Maaf. Oh iya, sebenarnya apa yang terjadi?”Sharon tidak berkata apa pun dan hanya menatap Cecilia. Kedua bola mata itu seakan sedang mencari kebenaran di mata sahabatnya. Meski dilihat seperti itu oleh Sharon, ekspresi Cecilia tidak terlihat aneh. Bahkan perempuan itu terlihat seperti tidak berdosa dan kebingungan.“Awalnya aku mau tanya sama kamu kenapa wartawan yang seharusnya datang jam 10 bisa datang setengah jam lebih awal. Tapi sekarang aku rasa sudah nggak perlu tanya lagi,” kata Sharon.“Ha? Kenapa? Mereka datang setengah sepuluh? Kenapa cepat sekali?” tanya Cecilia dengan mata melebar.“Iya, kenapa cepat sekali?” Cecilia tersenyum tipis sambil menunduk dan berkata lagi, “Mungkin memang
“Nggak apa-apa, perasaannya sedang nggak baik,” jawab Cecilia sambil mengangkat kedua bahunya.“Ma, katanya mau masak sop?” tanya Cecilia sambil tersenyum.“Kenapa kamu hobi sekali makan? Kemarin kamu bilang sudah ada pasangan, sebenarnya siapa? Kenapa nggak lihat kamu bawa dia pulang?”“Sudah putus,” jawab Cecilia dengan santai.Tania terdiam dan berkata lagi, “Putus? Kenapa tiba-tiba putus? Bukannya kamu bilang mau bawa pulang ….”“Ma, anak muda yang pacaran pasti cocok-cocokan. Kalau cocok lanjut, kalau nggak berarti putus. Bukannya ini normal?” sahut Cecilia sambil mengibaskan tangannya. Dengan acuh dia berkata, “Ma, jangan khawatir. Aku pasti akan bawa calon menantu yang terbaik untuk Mama!”Melihat sikap tidak peduli putrinya membuat Tania menghela napas dan berkata, “Nggak mungkin nggak khawatir, besok perempuan itu sudah mau papa kamu-“Dia menghentikan ucapannya karena setiap mengucapkan kalimat itu pasti akan membuat hatinya sakit. Gerakan Cecilia ketika makan sesuatu juga te
Sebelum Tania menjawab, tiba-tiba Cecilia tertawa dan berkata, “Aku hanya berharap saja. Bagus kalau bisa seperti itu. Iya, kan?”“Iya,” jawab Tania sambil memandang putrinya.Meski dia berpikir seperti itu, Tania tidak pernah berpikir untuk membunuh seseorang. Dia masih tidak berani melakukannya. Akan tetapi, apakah Cecilia berkata seperti itu atas dasar dilakukan tanpa sengaja atau ….Tania menatap ke arah Cecilia lagi karena merasa tidak tenang. Melihat putrinya yang lanjut makan dan memasang raut wajah polos membuat Tania merasa dia yang terlalu banyak berpikir.Kota Kanita.Meski Asosiasi Peracik Aroma tidak begitu terkenal di publik, mereka cukup terkenal di dalam industrinya sendiri. Bisa memiliki pekerjaan dengan posisi sebagai peracik aroma biasanya pasti memiliki beberapa penghargaan yang baik. Tentu saja usia mereka semua sudah tidak muda lagi.Oleh karena itu Yuna merasa cukup terkejut bisa mendapatkan surat undangan. Dia terbilang cukup muda dalam bidang ini dan tidak bany
Dari bentuk tulisannya tidak bisa terlihat ada tanda-tanda apa pun. Akan tetapi kenapa baru awal saja sudah memberikan Yuna ujian?Yuna tertawa dan meletakkan surat itu kembali ke atas meja. Dia mengambil beberapa botol kecil dan melihatnya. Botol itu merupakan botol biasa tempat menyimpan parfum. Di surat tadi menuliskan dia harus membuat minimal dua aroma yang berbeda, tetapi botol yang disiapkan ada enam buah.Orang itu seakan sudah menebak dia akan menerima ujian ini. Apakah orang dulu yang diundang juga melewati ujian yang sama?Waktu yang diberikan selama satu minggu, Yuna memutuskan untuk mengelilingi halaman depan terlebih dahulu agar dapat mengenali tempat tersebut. Tanaman yang ada di depan sana memang seperti yang tertulis di dalam surat. Ada banyak sekali bahan alami untuk membuat aroma, tetapi semuanya biasa saja. Tanaman itu sering digunakan secara umum.Di halaman belakang terdapat sebuah rumah seperti laboratorium. Tidak begitu luas, tetapi ada peralatan yang dibutuhkan