“Sharon, kamu sudah gila? Aku ini kakak kandung kamu, masa kamu ngomong begitu!”“Cih, apanya kakak kandung?! Kalau memang kamu kakak kandungku, kamu nggak bakal ngomong kayak begitu ke aku! Kalau memang kamu kakakku, kamu harusnya kasih tahu siapa cewek sial*n itu! Coba kasih tahu, dia siapa?! Jangan-jangan dari keluarga Gunawan, ya? Atau dari keluarga Lumoindong?”Sharon mulai sembarang menebak anak perempuan dari keluarga konglomerat mana pun yang bisa dia ingat. Kemungkinan Brandon menikah hanya demi kepentingan bisnisnya, tapi Sharon merasa keluarganya sendiri juga tidak jelek. Meski memang masih tidak bisa dipandang setara dengan keluarga Setiawan, setidaknya Sharon masih cukup baik dibandingkan orang lain! Dia punya paras yang cantik dan pernah memenangkan penghargaan sebagai aktris terbaik. Dan yang lebih penting lagi, Sharon sudah lama kenal dengan Brandon, jadi atas dasar apa Brandon memilih wanita lain?!“Jangan asal nebak, kamu juga nggak kenal sama orangnya. Aku sendiri ju
Bertahun-tahun Sharon terus memikirkan tentang Brandon, tapi Brandon malah menikah dengan wanita lain. Sharon sungguh tidak bisa menerima ini. Dengan perasaan yang hancur dan sedih dia mengemudikan mobilnya sendirian sambil menangis, dan tak terasa dia sudah sampai di depan pintu rumah keluarga Kusumo.“Cecil ….”Sharon menghubungi teman baiknya, Cecilia, dari dalam mobil sambil menatap lurus ke pintu rumah yang ada di depan matanya.Mendengar suara Sharon menangis dari balik telepon, Cecilia pun terkejut, “Sharon, kamu kenapa? Jangan nangis, dong! Kalau ada masalah ayo kita ngomongin pelan-pelan!”“Cecil … huhuhu … kamu lagi di rumah?”Sampai di sini Sharon baru ingat untuk menanyakan apakah teman baiknya sedang berada di rumah atau tidak.“Iya, iya. Aku lagi di rumah. Kamu mau datang?”“Huhuhu, aku sudah di depan rumah kamu. Tolong bukain pintunya, dong.”“Eh? Kamu sudah di depan? Tunggu sebentar!”Telepon masih belum terputus dan Sharon dapat mendengar suara langkah kaki Cecilia yan
Cecilia tidak berusaha menghibur ataupun menenangkannya. Dia hanya menunggu air mata Sharon kering, barulah dia berbicara, “Sekarang kamu sudah bisa cerita?”Sharon mengelap air matanya menggunakan tisu yang dioper oleh teman baiknya, “Brandon sudah tunangan, tapi aku bahkan nggak tahu siapa ceweknya.”“Ya ampun, ternyata soal itu. Aku kira ada ada hal lain yang jauh lebih penting. Kan cuma tunangan, bukan menikah. Lagian kalaupun mereka sudah menikah, zaman sekarang tingkat perceraian itu lumayan tinggi, lho.”Sharon, “….”Semenjak dia baru dengar-dengar bahwa Brandon bertunangan hingga sudah dipastikan rumor itu benar, tidak pernah ada orang yang berbicara seperti itu kepadanya. Kedua orang tua Sharon sangat berhati-hati untuk tidak membicarakan topik tersebut, dan Calvin bersikeras menyarankan Sharon untuk menyerah saja, tapi hanya Cecilia seorang yang bisa dengan lantangnya berbicara seperti itu.“Ta-tapi memangnya boleh begitu?” tanya Sharon.“Kenapa nggak boleh,” kata Cecilia ser
“Aku nggak bakal marah kalau kamu nggak ngomong begitu,” ujar Sharon dengan bibir cemberut.“Pfft ….” Cecilia tak bisa menahan tawanya dan mencubit pipi Sharon, “Dasar kamu ini! Kamu tuh memang penjilat yang paling menggemaskan!”“Ya iyalah!”“Oke, oke, kita nggak usah ngomongin itu lagi. Tapi bisa tolong lepasin dulu, nggak, tangan kamu?”“Nggak mau. Nanti kalau kamu kabur lagi, gimana?”“Ini kan rumahku. Aku mau kabur ke mana lagi? Tadi aku cuma mau ganti baju di kamar! Bajuku jadi basah gara-gara kamu, masa ganti baju saja nggak boleh?”Akhirnya Sharon mau melepaskan genggaman tangannya, dan Cecilia naik ke atas menuju kamarnya.“Kamu mau ikut naik? Baju kamu juga basah, tuh. Pinjam bajuku saja dulu.”Sharon menunduk ke bawah dan melihat memang ada noda di bagian dadanya, jadi dia pun menuruti saja apa kata Cecilia dan ikut naik ke kamarnya. Cecilia sudah mengganti pakaiannya dan memilihkan baju yang cocok untuk Sharon. Setelah Sharon mengganti pakaian, dia merapikan rambutnya dan m
Sepertinya Sharon mengerti apa yang dikatakan oleh Cecilia, tapi tampaknya masih ada beberapa pertanyaan yang membuatnya kebingungan.“Jadi aku harusnya ngapain?” tanya Sharon. Dia merasa kekuatannya mulai pulih kembali, seakan-akan ada sesuatu yang merasuk ke dalam raganya dan membuat dia tidak lagi limbung.“Sharon, kamu kan cantik dan glowing, harusnya kamu bisa bikin dia terpikat,” tutur Cecilia seraya mendekatkan wajahnya ke wajah Sharon, “Tapi ….”“Tapi apa?”“Tapi sekarang sudah terlambat! Dulu kamu terlalu ngerendahin diri sendiri, makanya Brandon nggak nganggap kamu lagi. Sekarang mau kayak gimanapun, kesan terhadap kamu sudah nggak bakal berubah. Belum lagi, kamu nggak tahu ada berapa saingan kamu. Waktu kamu terlalu mepet.”Cecilia pun duduk di depan meja rias dan mengoleskan krim di tangannya. Dari dulu Cecilia memang sangat telaten dalam merawat diri. Setiap bagian dia rawat dengan perlahan, oleh karena itu kulitnya sangat lembut. Paras Cecilia memang bukan yang paling can
Ketika melakukan apa pun, setiap orang pasti akan mempertimbangkan untung ruginya bagi mereka sendiri, tidak terkecuali Beny. Sebagai kepala keluarga Kusumo, dia juga harus mendengarkan apa pendapat anggota keluarga lainnya dan tidak bisa berbuat sesuka hatinya. Cecilia pikir semua keluarga konglomerat seperti itu, tapi ternyata masih ada yang berbeda sendiri.Dari perkataan Sharon itu Cecilia mengetahui sesuatu. Apa pun yang Brandon lakuan, tidak ada seorang pun yang berani menentangnya. Bukankah itu yang Cecilia sendiri inginkan selama ini? Apakah di dunia ni benar-benar ada orang seperti itu?“Cecil, Cecil ….”Kali ini gantian Sharon yang memanggil Cecilia dari lamunannya. Setelah Sharon menarik-narik tangannya, barulah Cecilia tersadar kembali.“Kamu lagi mikir apa?” tanya Sharon.“Oh, nggak apa-apa. Jadi maksud kamu, kalau kamu mau hidup bareng dia, harus dia sendiri yang mau, begitu?”“Iyalah! Kalau nggak, ngapain aku susah-susah begini!” ujar Sharon sambil sibuk memainkan jariny
“Aku benar-benar nggak ngerti lagi sama kamu,” kata Cecilia sambil melirik Sharon dengan tatapan kecewa, “Jadi selama ini usaha kamu nggak membuahkan hasil?”Cecilia benar-benar tidak habis pikir bagaimana caranya Sharon bisa bertahan selama ini digantung begitu saja oleh Brandon tanpa diberikan kepastian yang jelas.“Sudahlah, kita jangan ngomongin soal itu lagi. Jadi menurut kamu, aku masih punya harapan atau nggak?” tanya Sharon.“Hmmm, tergantung kamu maunya gimana. Kamu mau mendapatkan orangnya doang atau hatinya juga?” tanya Cecilia seraya medekatkan wajahnya ke Sharon.“Pertanyaan bodoh! Jelas aku mau semuanya, lah!”“Tapi masalahnya sekarang kamu nggak dapat dua-duanya, jadi kalau misalkan cuma bisa pilih satu, kamu mau yang mana? Jadi orang itu nggak boleh serakah. Kalau aku kasih kamu kesempatan buat milih satu, coba kamu pikir baik-baik. Kamu mending hidup bareng dia sampai tua, tapi dia nggak sayang sama kamu, atau dia terus mikirin kamu, tapi selamanya nggak bisa tinggal b
“Ini bukan cuma demi mereka berdua saja, tapi juga demi kita sendiri! Kamu pikirin lagi baik-baik!” seru Daniel dengan serius sambil kedua tangan berkacak pinggang.Sharon yang tak sengaja mendengar perdebatan mereka jadi merasa tidak enak hati. Rasanya agak kurang pantas jika dia turun ke bawah ketika kedua orang tua temannya sedang bertengkar, jadi dia pun kembali ke kamar.Ketika Sharon menoleh ke arah Cecilia, dia melihat temannya itu hanya diam saja tak bersuara. Raut wajahnya juga tidak memperlihatkan perasaan apa pun, hanya kedua tangannya saja yang menggenggam susur tangga dengan erat.Sharon ingin sekali menghibur Cecilia, tapi dia tidak tahu apa yang harus dia katakan di situasi seperti ini. Sementara itu, kedua orang tuanya yang masih ribut di bawah sepertinya tidak menyadari kalau di rumah mereka ada orang lain dan terus saja bertengkar.“Demi kita?! Hmph! Ngomongnya sih begitu, tapi sebenarnya cuma demi kamu sendiri sama orang itu! Daniel, memangnya keluarga mana yang ngas