Begitu Shane muncul, dia pun mendengar percakapan mereka dan langsung ikut menimpali.“Pak Shane.” Yuna langsung berdiri dan menyapa ketika melihat Shane datang. Shane melambaikan tangan sebagai isyarat agar mereka duduk. Tangannya yang lain sedang menggandeng seorang anak kecil.“Hai, Tante,” sapa Nathan dengan sopan. Suaranya yang renyah sangat enak didengar.“Hai, Nathan.” Lisa menanggapi sambil tersenyum, dia seharusnya sudah lebih akrab dengan anak itu.Yuna juga mengangguk dan membalas sapaannya, “Hai.”Anak itu memegang sebuah kotak yang dikemas dengan indah. Dia melepaskan tangan ayahnya, lalu berjalan ke arah Yuna. Setelah itu, dia menyerahkan kotak itu kepada Yuna, “Tante, Papa bilang, Tante yang sudah menyelamatkan aku. Aku nggak bisa balas kebaikan Tante. Ini hadiah kecil dari aku, mohon diterima.”Terlepas dari usianya yang masih kecil, anak itu berbicara dengan sopan. Kalau hadiah itu dari Shane, Yuna mungkin akan menolaknya. Namun, karena itu pemberian Nathan, Yuna pikir
Yuna melihat Shane tidak seperti sedang omong kosong. Kemudian, dia melihat wajah Nathan yang putih dan menggemaskan. Namun, kulit putihnya terlihat lemah dan tidak sehat, membuat orang merasa kasihan padanya.“Kenapa bisa begitu?”“Katanya kemungkinan karena keturunan, tapi masih belum pasti. Dunia begitu besar, ada banyak penyakit yang nggak bisa disembuhkan, sudah nggak heran.” Shane terlihat sangat tenang ketika mengatakan hal itu. Dia sama sekali tidak menghela napas, seolah-olah itu hanyalah sebuah penyakit biasa.Yuna melihat Nathan lagi. Anak itu begitu pendiam, persis seperti Shane yang bersikap tenang.Tiba-tiba Nathan menyadari Yuna sedang melihatnya. Mungkin dia bisa merasa tatapan Yuna penuh dengan belas kasihan. Anak itu justru berkata, “Tante, aku nggak sakit. Aku sudah terbiasa, nggak apa-apa.”“....”Semakin Nathan berkata seperti itu, Yuna semakin merasa tidak nyaman. Bagaimanapun, Nathan hanya seorang anak kecil. Di usianya yang begitu muda dia harus mengalami pender
“Tambatan hati?” Lisa tampak bingung, “Seingatku kamu nggak punya keluarga. Kamu punya pacar?”Yuna tersenyum tipis. Dia tidak menjawab pertanyaan soal pacarnya secara langsung, melainkan berkata, “Aku hanya jarang kontak dengan keluargaku, bukan berarti aku nggak punya keluarga.”“Bu Yuna begitu hebat, pasti punya pacar,” goda Shane.Namun, Lisa mengibaskan tangannya, “Kamu nggak tahu. Jangan lihat Yuna begitu hebat, tapi Yuna hanya fokus pada karirnya. Kalau bukan karena Lo ... apa sih namanya ....”Lisa mengerutkan kening. Setelah sekian lama berpikir, dia tetap tidak bisa mengingat nama itu. Sehingga dia langsung melewatkan nama itu dan kembali berkata, “Pokoknya kalau bukan karena dia terus dekati kamu, aku rasa sampai sekarang kamu masih jomblo ... oops, maaf.”Lisa tiba-tiba teringat Yuna dan pria itu sudah putus. Karena itu, dia segera berhenti bicara. Sebenarnya, Lisa juga tidak tahu banyak tentang Yuna belakangan ini. Kalau bukan karena kompetisi kali ini, dia bahkan tidak me
Setelah mendengar perkataan Shane, pelayan itu langsung menghela napas. Dia pun bergegas dan melambaikan tangan sebagai isyarat untuk membiarkan Helen naik.Begitu dilepaskan, Helen berlari cepat ke atas. Namun, dia spontan tercengang ketika melihat Yuna dan Lisa, meski hanya sesaat. Setelah itu, dia bergegas mengalihkan pandangannya ke arah Shane dan berkata, “Shane, aku ke rumah sakit dan baru tahu kamu sudah bawa Nathan keluar dari rumah sakit. Kenapa nggak beri tahu aku kalau Nathan sudah boleh keluar dari rumah sakit? Kamu tahu nggak betapa aku khawatirkan dia ....”“Sekarang kamu sudah lihat, dia baik-baik saja. Kamu bisa pergi,” kata Shane tanpa menatap Helen barang sedetik pun.Helen mendapati kata-katanya tidak bisa membuat Shane tersentuh, dia pun melihat ke arah anaknya dan berkata, “Nathan, baguslah kamu baik-baik saja. Kamu nggak tahu betapa khawatirnya Mama. Mama merasa sangat bersalah. Semua salah Mama, sampai buat kamu menderita begini. Sekarang masih ada yang terasa n
“Aku?!” Kentara sekali, Lisa tidak menyangka Helen akan melampiaskan amarah padanya. Lisa menunjuk hidungnya sendiri, terdiam sesaat karena kaget dan marah.“Waktu itu kamu yang bilang ke aku kalau dia teman kamu. Kamu yang suruh aku percaya padanya. Oke, aku percaya sama kamu. Sekarang kamu malah ajak dia makan bareng pacar dan anakku, tapi kamu nggak beri tahu aku. Katakan, apa maksudmu?” Helen semakin merasa itulah masalahnya.Lisa juga kesal bukan main. Dia pun mengangguk berulang kali dan berkata, “Benar, aku memang punya niat nggak baik. Aku punya niat nggak baik bantu kamu ajak Nathan keluar untuk temani kamu makan. Aku punya niat nggak baik karena mengira aku bisa bantu kamu memupuk perasaan dengan anakmu. Aku punya niat nggak baik karena ingin menjodohkan kalian. Salahkan aku, semua salahku! Siapa suruh aku buta sampai bisa berteman dengan orang seperti kamu!”“Lisa.” Yuna memanggilnya dengan lembut, bukan karena hal lain. Alasan utamanya karena mereka bertengkar seperti itu h
Begitu Yuna melihat Nathan telah menatapnya, bibir Yuna langsung melengkung, rasanya senang sekali.Nathan tampaknya agak terkejut ketika melihat senyuman Yuna. Dia menatap Yuna sebentar, lalu wajah kecilnya yang tegang akhirnya tampak sedikit lebih rileks. Setelah itu, senyum tipis merekah di bibirnya.Senyum itu sangat tipis, seolah-olah senyum itu akan langsung menghilang hanya karena lambaian tangan. Yuna tetap tidak terburu-buru mengajaknya bicara, tapi dia mengulurkan tangannya pada Nathan.Dengan telapak tangan bawah menghadap ke atas, jari-jari yang sedikit ditekuk. Gestur tangan itu terlihat seperti sedang mengajak.Nathan ragu-ragu sejenak sambil melihat tangan yang penuh dengan niat baik. Kemudian, Nathan dengan hati-hati, pelan-pelan, sedikit demi sedikit mulai meletakkan tangan kecilnya ke telapak tangan Yuna.Yuna segera menggenggam tangan kecil itu dan tersenyum lebar padanya. Pada saat ini, sebuah adegan yang mengejutkan terjadi. Nathan tiba-tiba merentangkan tangannya
Perjalanan di Prancis akhirnya berakhir. Yuna dan Brandon kembali ke Indonesia dengan penerbangan yang sama. Begitu mereka kembali ke Indonesia, semua kembali seperti biasa. Mereka mulai bekerja dengan intens dan sibuk.Bagaimanapun, Yuna kembali dengan membawa kemenangan. Hal ini bukan hanya kehormatan bagi Yuna seorang diri, ini juga merupakan penghargaan terbesar yang pernah dimenangkan New Life sejak didirikan. Penghargaan ini sangat bermakna, seperti memberikan awal bagi perusahaan di pasar internasional.Setelah kompetisi kali ini, industri wewangian di luar negeri akan mengetahui kalau ada perusahaan bernama New Life di Indonesia. Pembuat parfum mereka memenangkan juara pertama dalam Fragrance Competition kali ini, mengalahkan pesaing dari seluruh dunia.Orang-orang di perusahaan bahkan sudah mendekorasi perusahaan dengan indah. Begitu Yuna kembali ke perusahaan, mereka langsung meledakkan party popper. Pita dan konfeti disemprot ke seluruh tubuhnya.“Selamat kepada pahlawan kit
“Oke.” Yuna mengangguk, lalu mengikuti Samuel ke kantor general manager.Setelah menutup pintu, Samuel melihat ke luar dan menurunkan tirai sedikit. Terlihat sedikit misterius, tapi tidak sepenuhnya menghalangi pandangan dari luar.“Bu Yuna ....”Yuna, “....”Mengapa Samuel tiba-tiba memanggilnya seperti itu?“Begini ... aku sebelumnya nggak tahu hubunganmu dengan Pak Brandon. Maafkan aku kalau ada kata-kata yang salah atau ada sikapku yang membuatmu tersinggung.” Samuel menggaruk hidungnya dan berkata dengan malu-malu.Yuna mengerti sekarang. Kelihatannya meskipun Samuel tahu Yuna adalah orang yang diutus dari kantor pusat, Samuel tidak tahu hubungannya dengan Brandon. Namun, setelah melalui kasus penculikan kali ini, sepertinya hal ini sudah tidak bisa ditutupi lagi.Akan tetapi, Samuel mungkin masih belum tahu jelas apa hubungan Yuna dan Brandon. Dia hanya tahu ada hubungan di antara mereka.“Pak Samuel, aku dan Pak Brandon ....”“Aku nggak tahu kamu ada hubungan apa dengannya. Aku