Setelah meninggalkan ruangan Samuel, Yuna langsung pergi ke ruangan Edith. Edith sudah menunggunya di sana. Stella juga ada di sana. Tidak hanya itu, ada juga sebotol sampanye dan tiga gelas di atas meja kantor. Mereka jelas sedang menunggu Yuna kembali untuk merayakan kemenangannya.“Minum alkohol di saat jam kerja, kalian ini contoh nggak baik, loh.” Yuna menggelengkan kepala, lalu berkata sambil tertawa pelan.“Siapa bilang kita minum alkohol, kita minum air kemenangan.” Edith mengoreksi ucapan Yuna, “Ayo cepat. Tutup pintunya dulu.”Setelah menutup pintu ruangan, mereka juga menurunkan tirai. Ketiganya merasa seperti sedang jadi pencuri di kantor.“Bukannya nanti malam baru merayakannya? Kenapa buru-buru rayakan sekarang?” Meski berkata demikian, Yuna tetap pergi mengambil gelas.“Nanti malam ramai-ramai bareng yang lain. Kalau sekarang, kami yang merayakannya untuk kamu. Nggak sama, dong.” Stella mengangkat gelasnya dan bersulang dengan Yuna, “Selamat, aku sangat senang kamu bisa
Yuna menceritakan insiden penculikan yang dialaminya di Prancis secara garis besar. Hanya saja, dia melewatkan bagian di mana Brandon pergi ke Prancis untuk mencarinya, juga bagian yang melibatkan dirinya dan para penculik itu. Dia hanya menceritakan sekilas secara singkat.Namun meski begitu, ceritanya membuat wajah Edith dan Stella langsung menjadi pucat karena kaget.“Ya ampun! Ada pistol pula!”“Buset! Penjahat yang dicari secara internasional!”“Astaga, kamu sudah singgung orang seperti apa, sih?!”Keduanya menghela napas dengan ratu wajah tercengang. Hanya dengan membayangkannya, mereka berdua merasa kejadian itu terlalu menakutkan. Kemudian, mereka melihat Yuna yang tampaknya sama sekali tidak terluka. Mereka pun merasa itu benar-benar sebuah keajaiban.“Yuna, kamu yakin kamu baik-baik saja? Kalau ada apa-apa, kamu harus katakan, jangan dipendam di dalam hati,” ujar Edith sambil menatap Yuna dengan cemas.Stella di sampingnya juga ikut menimpali, “Betul! Kamu jangan pendam terus
Hal-hal yang berlebihan serta dibuat-buat ini sama sekali tidak mungkin dilakukan oleh Brandon. Yuna tidak bisa memikirkan apa pun, hanya memikirkan siapa yang membuat prank seperti ini.Balon yang melayang pelan-palan itu justru membentuk sebuah pemandangan indah. Para gadis yang melihatnya merasa itu sangat romantis. Mereka pun menjulurkan kepala dan melihat ke bawah untuk melihat siapa yang melakukan itu.“Lihat! Ada orang di sana!”“Betul, betul. Di bawah sana.”“Loh, di tangannya masih ada buket besar, bukan? Wah, besar banget buket bunganya!”“Aku mau lihat, dong! Benar-benar buket mawar yang besar banget. Mungkin ada 99 tangkai kali, ya?”Satu per satu orang berseru. Banyak orang mulai melihat ke arah kantor Edith. Tatapan mereka penuh dengan rasa iri.“I-ini ....” Tiga orang yang berada di kantor juga tercengang. Pada awalnya, Stella mengira itu tulisan tangan Brandon. Namun, begitu dia menoleh, dia pun mendapati ekspresi wajah Yuna tidak terlalu bagus. Tepat di saat dia sedan
“Ada yang mengajukan keluhan kalau Bapak membuang sampah di tempat umum dan mencemari lingkungan. Silakan ikut kami untuk penyelidikan lebih lanjut,” ujar orang itu.Logan melebarkan matanya tak percaya. Logan tidak mau menyerahkan diri, dia pun berkata, “Aku hanya melepaskan beberapa balon, kenapa jadi mencemari lingkungan? Lagi pula, aku nggak pernah lihat kalian tangkap orang yang jual balon di jalan sepanjang hari.”“Kalau hanya beberapa balon memang tidak masalah. Tapi begitu jumlahnya mencapai batas yang telah ditentukan, serta berdampak pada tempat di mana Bapak melepaskan balon, hal itu akan menimbulkan konsekuensi. Bapak harus menanggung konsekuensi tersebut.”Logan masih tidak terima, “Konsekuensi dan dampak apa yang aku timbulkan?”Salah satu petugas menggerakkan topinya, lalu mendongak dan melihat ke atas, “Kamu sudah mengganggu kantor orang lain. Ada orang yang telepon kami dan mengeluh.”“Aku ... siapa yang mengeluh? Siapa yang melaporkan aku?! Kamu beri tahu aku, aku ing
Sebenarnya apa yang dikatakan Edith memang benar. Masalah tanpa akhir seperti ini sangat menjengkelkan. Yuna awalnya berpikir sudah tidak ada apa-apa lagi di antara dirinya dengan Logan. Akan tetapi, pria itu masih terus datang mengganggunya.Kalau mereka hanya sekadar bersaing dalam dunia bisnis, Yuna masih bisa mengerti. Namun, dia tidak tahu apa maksud pria itu sekarang.Yuna mengajukan keluhan dan minta orang untuk membawa Logan pergi. Namun, itu hanya membuat pria itu tenang sesaat. Apa yang Logan lakukan bukan kejahatan serius. Paling-paling, Logan harus membayar denda dan mendapat teguran. Setelah itu, dia akan dibebaskan. Setelah itu? Bagaimana kalau dia kembali lagi besok?“Apa yang kamu pikirkan?” Brandon memeluk pinggang Yuna dari belakang. Pria itu tadinya sedang membaca buku. Namun, dia tiba-tiba melihat ke arah Yuna yang memegang penyiram tanaman, tapi hanya menyiram pot bunga yang sama cukup lama. Pot bunga yang malang itu hampir kebanjiran, tapi Yuna sama sekali tidak b
“....”“Kalau kamu ingin selesaikan sendiri, aku nggak keberatan. Kalau kamu merasa kesal, nggak mau turun tangan sendiri, aku juga bisa bantu kamu.” Brandon melempar handuk yang sudah dipakai itu ke samping, lalu meraih tangan Yuna dan berjongkok di depannya. Kemudian, dia berkata dengan lembut, “Kamu harus tahu, apa pun keputusanmu, aku akan hargai pendapatmu.”Tiba-tiba Yuna merasa terharu dan ingin menangis. Dia memanyunkan bibirnya, lalu merentangkan tangannya dan memeluk leher Brandon, “Suamiku, kamu baik banget.”Yuna memanggil Brandon seperti itu dari lubuk hatinya. Dia merasa benar-benar bahagia bisa memiliki pria itu.Brandon kaget, seperti tidak mendengar dengan jelas, “Kamu bilang apa barusan? Katakan sekali lagi.”“Kamu baik banget.” Yuna menguburkan kepalanya ke leher Brandon dan berkata dengan suara pelan.“Bukan yang itu, yang sebelumnya, katakan lagi!” Brandon menarik jarak dari Yuna dan menatap mata perempuan itu.Setelah menikah sekian lama, Yuna tidak pernah menguba
Hotel bintang lima paling terkenal di kota ini, di ketinggian lantai 66, hampir bisa melihat seluruh pemandangan kota.Sejujurnya, dengan kemampuan finansial Logan, dia hanya pernah datang beberapa kali ke tempat ini. Lebih tepatnya dua kali, itu pun karena undangan dari klien.Namun hari ini, Yuna mengajaknya ke sini. Logan merasa agak khawatir. Sebenarnya, Logan masih tidak yakin bagaimana sikap Yuna sekarang. Apakah Yuna bersedia memberinya kesempatan, atau ingin mengujinya, atau masih membencinya? Namun, bagaimanapun juga, mereka telah bersama selama bertahun-tahun. Selama Logan berusaha keras, masih ada peluang untuk memperbaiki.Logan mengganti pakaiannya dengan setelan yang lebih formal, bukan murni warna putih seperti kemarin, melainkan warna putih krem. Penampilannya hari ini memberikan kesan seorang pria baik-baik. Pada dasarnya Logan memiliki wajah yang elegan dan tampan. Setelah menata diri dengan baik, dia terlihat lebih menarik perhatian.Logan tiba di tempat yang sudah d
“Tulus?” Yuna tertawa sinis, “Aku nggak merasa, tuh.”Logan segera berkata, “Kalau begitu, kamu ingin aku lakukan apa? Katakan saja, apa pun itu, aku pasti akan lakukan.”“Oh ya?” Yuna tersenyum tipis. Senyum di bibir merahnya begitu menawan, cukup untuk menjungkirbalikkan dunia semua pria.Logan spontan tertegun. Namun, setelah itu dia melihat jari Yuna menunjuk ke luar jendela, lalu berkata, “Lompat dari sini.”“....”“Apa?” Logan mengira dia yang salah dengar.“Bukannya kamu bilang kamu tulus? Kalau begitu aku kasih kamu kesempatan. Lompat dari sini, maka aku akan maafkan kamu,” ujar Yuna sambil tersenyum tipis.Kedua mata Yuna jelas-jelas sedang tersenyum, tapi justru membuat orang merinding, seperti ada jurang dingin yang tersembunyi di dasar mata perempuan itu. Mata itu juga menatap Logan dengan tatapan dingin.“Aku ....” Logan melihat ke luar sekilas. Dia sedang berada di lantai 66. Pemandangan di luar sangat indah. Namun, melihat ke bawah saja sudah membuatnya pusing. Apalagi m