Yuna sengaja melewatinya dan melangkah cepat ke arah pintu masuk. Tidak ada yang tahu apa yang sedang direncanakan oleh Valerie. Kalau ada sesuatu maka dia bisa gawat.Ketika dia baru saja keluar, terlihat Reni langsung melangkah lebar untuk menghampirinya. Perempuan itu terlihat bahagia dan dari ekspresinya terlihat antusias sekali, tetapi masih berusaha keras untuk ditutupi olehnya.“Selamat, Bu Yuna!”Berita tentang orang-orang yang lolos tes tahap dua sudah disampaikan di detik yang sama. Hanya saja mereka harus menunggu di dalam terlebih dahulu baru boleh keluar. Yuna melihat ekspresi bahagia perempuan itu dan merasa lucu. Dia mencubit pipi Reni dengan gemas.“Aku kasih saran.”“Hah?”“Lain kali jangan panggil aku Bu Yuna lagi,” kata Yuna yang merasa aneh karena jarang sekali ada orang yang memanggilnya seperti itu.Reni terdiam sesaat dan bertanya, “Pa-panggil apa dong?”“Panggil nama?”Reni mengerjapkan matanya kemudian berkata, “Yuna?”“Pintar!” sahut Yuna sambil menepuk kepala
Meski Reni berpikiran sedikit lebih panjang, apa yang perempuan itu katakan juga masuk akal. Bukannya mempedulikan ucapan orang-orang. Akan tetapi kondisi saat ini sedikit lebih sensitif dan khusus. Kalau mereka bertemu secara pribadi, kemungkinan besar akan mendapatkan pembicaraan dari orang-orang. Walaupun dia tidak peduli, tetapi tidak baik bagi Lisa dan juga ayahnya.Oleh karena itu Yuna menoleh ke arah lelaki asing tersebut dan berkata, “Begini saja, aku telepon Lisa. Kita bicara di telepon saja.”Orang tersebut tidak berkata apa pun. Yuna melihat orang tersebut sambil mengeluarkan ponsel dan menghubungi Lisa. Akan tetapi telepon tersebut tidak tersambung sama sekali.“Dia ada alasan tersendiri yang nggak bisa disampaikan. Mohon pengertian Bu Yuna,” ujar lelaki itu.Awalnya Yuna ingin sekali menolak, tetapi telepon yang tidak bisa tersambung itu ditambah dengan lelaki itu ada barang milik Lisa di tangannya membuat Yuna khawatir perempuan itu ada dalam bahaya. Atau mungkin Lisa men
Sebelum kalimatnya selesai, Renita sudah terjatuh ke arah yang lain.“Reni?” panggil Yuna sambil meremas bahu perempuan itu.“Reni, kamu kenapa?”Tiba-tiba Yuna merasa pandangannya berkabut dan dia melihat ke arah orang itu sambil berkata, “Kalian bukan orang utusan Lisa!”Tubuh Yuna juga ikut jatuh pingsan.“Kalian berdua telat menyadarinya,” kata lelaki berkacamata hitam tersebut.Mobil mereka melintasi jalanan yang sepi dan gelap kemudian berhenti di tengah jalan. Mereka berganti mobil yang lain dan kemudian lanjut melaju membelah jalanan. Hingga akhirnya mobil tersebut berhenti di depan sebuah rumah kayu kecil.Supir menghentikan mobil dan turun kemudian berputar ke sisi mobil yang satu lagi untuk membuka pintu. Lelaki berkacamata hitam itu melompat turun dari mobil dan menggendong tubuh Yuna serta Reni di atas bahunya. Dia melangkah masuk ke dalam rumah kayu.Pintu rumah tersebut terbuka dari dalam. Kemungkinan orang yang ada di dalam mendengar suara dari luar dan bertanya, “Ada y
Setelah mengurung Yuna dan Reni lelaki brewok itu menelepon seseorang dan berkata, “Benar, orangnya sudah ada sama kami, kapan uangnya dikirim?”“Sudah diikat?” tanya orang di seberang telepon dengan nada khawatir.“Tenang saja, kami nggak pernah mengecewakan klien,” ujar lelaki itu kemudian lanjut berkata, “Meski nggak diikat, kamu pikir dia bisa kabur?”“Sebaiknya jangan terlalu santai,” ujar lelaki itu. Meski sebenarnya dia cukup tenang selama Yuna bersama dengan mereka bertiga. Perempuan itu tidak akan bisa kabur. Akan tetapi karena dia mau melakukan hal seperti ini, maka tidak ada boleh kesalahan sedikit pun.Lelaki brewok tersebut mengabaikan ucapan orang di seberang telepon dan bertanya, “Kapan kamu ke sini?”“Aku harus tunggu dua hari lagi. Dua hari ini kasih dia minum air, tapi jangan kasih makan terlalu banyak. Jangan sampai kenyang. Setelah itu jangan lupa suntik dia.”Lelaki brewok itu terdiam sesaat dan terkekeh sambil berkata, “Seharusnya hal ini kamu sendiri yang lakukan
Mendengar ucapan Santo membuat lelaki brewok mendeliknya tajam sambil berkata, “Jangan mikir yang aneh-aneh! Jangan sentuh mereka juga!”“Aku hanya ngomong doang kok, hanya merasa sedikit menyayangkan,” gumam lelaki itu.“Sedikit sayang,” sahut lelaki kacamata.Lelaki brewok dan sopir menatapnya secara bersamaan karena merasa terkejut. Sesaat kemudian lelaki berkacamata mempersiapkan obat dan juga jarum suntikan. Dia meletakkan barang-barang itu ke atas nampan dan bangkit sambil berkata, “Aku suntikin dia dulu.”“Ernes, jangan terlalu kasar. Jangan sampai orangnya mati. Kita bisa ikutan mati,” ujar lelaki brewok mengingatkan.Lelaki berkacamata hitam mengangguk dan melangkah masuk ke dalam kamar Yuna. Dia membuka pintu kamar dan melihat perempuan yang terbaring di atas ranjang. Tubuhnya sangat kecil dan terlihat lemah. Lengan perempuan itu tersingkap jelas dan menunjukkan kulit putih mulusnya.Ernes berjalan mendekat dan membuka lampu yang ada di samping ranjang. Dia berdiri di tepi ka
“Memangnya kamu ada hak untuk bertanya?” tanya Yuna sambil mendengus dingin. Lelaki berkacamata itu hanya merasakan pisau yang dingin dan tajam itu kembali menusuk kulitnya lagi.Rasa perih karena kulitnya yang tergores pisau serta ketakutan bahwa kapan saja pisau tersebut bisa menembus masuk membuatnya berkata, “Ja-jangan! Kita bisa bicarakan baik-baik!”“Baik, kalau gitu kita bicarakan dengan baik-baik. Siapa yang memerintahkan kalian?!” tanya Yuna sambil memiringkan kepalanya.Sewaktu di mobil Yuna sudah merasa ada yang tidak beres. Meski Lisa ada urusan dan mencarinya, seharusnya perempuan itu akan menghubunginya terlebih dahulu. Akan tetapi telepon Lisa justru tidak tersambung bahkan tidak aktif. Pasti ada masalah besar! Masalah besar kenapa tidak mencari ayahnya tetapi mencari Yuna? Semuanya terasa tidak masuk akal.Oleh karena itu, sepertinya Lisa tidak terjadi sesuatu, tetapi orang-orang ini memang mencarinya. Yuna memutuskan untuk mengikuti permainan orang tersebut dan ingin m
Lelaki itu membungkuk dan hendak membuka selimut, tetapi ketika tangannya menyentuh selimut, dia langsung merasa ada yang tidak beres. Baru saja hendak berbalik, lelaki yang menjadi sopir itu langsung merasa pinggangnya kebas dan nyaris melonjak terkejut.Dia berusaha untuk menggerakkan tubuhnya, tetapi tidak bisa bergerak. Hanya bola matanya yang bergerak-gerak tanpa henti. Mulutnya hendak terbuka, tetapi merasa kebas tanpa bisa mengeluarkan suara apa pun. Apakah dia sudah bisu? Pemikiran tersebut membuatnya semakin panik.Awalnya Yuna hanya ingin mengendalikan mereka untuk menanyakan siapa orang yang sudah memerintahkan mereka. Akan tetapi dia khawatir mereka akan berteriak maka semua rencananya akan gagal. Lebih baik dia mengendalikan satu per satu lalu baru menanyakannya secara perlahan.Ternyata sang sopir yang tadi naik juga tidak turun lagi. Lelaki brewok mulai merasa ada yang tidak beres. Meski dia merasa dua orang perempuan tadi tidak ada apa-apanya, kali saja ada orang luar y
Yuna menyusun mereka bertiga hingga duduk berjejeran. Tubuh perempuan itu sudah penuh oleh keringan. Bagaimanapun mereka lelaki dengan tubuh kekar, Yuna yang merupakan seorang perempuan dengan bentuk tubuh yang jauh lebih kecil tentu saja kewalahan.Setelah Yuna selesai membereskan ketiga orang tersebut, dia turun ke lantai satu dan mengelilingi rumah itu. Setelah mengetahui posisi keberadaan rumah kayu kecil tersebut yang berada di tepi kota dan penduduk yang sangat sedikit. Di sekitar sini seperti tidak ada tempat apa pun yang menyebabkan daerah tersebut menjadi sepi.Dari dalam kulkas dia mengeluarkan roti dan juga susu untuk mengisi perutnya. Setelah itu dia masuk ke kamar yang lain untuk melihat asistennya yang tengah tertidur lelap dengan posisi menyamping. Perempuan itu tidak tahu bahwa dirinya sedang dalam bahaya.Namun ada baiknya juga Reni masih tidur, dibandingkan dia sadar dan justru panik dan membuat Yuna kesulitan. Yuna menyelimuti tubuh Reni agar perempuan itu tertidur d
“Tapi sudah terlambat kalau terus menunggu sampai eksperimennya dimulai!” kata Shane seraya menggertakkan gigi.Dia tidak punya sisa waktu lagi untuk bertaruh. Kalau sampai ternyata eksperimennya keburu dimulai, betapa sakit hatinya Shane membayangkan tubuh Nathan yang masih kecil itu harus terbaring di atas meja operasi yang dingin dan dibedah seperti tikus percobaan. Dia tidak bisa menerima hal seperti itu terjadi. Dia tidak tega melihat anaknya yang masih kecil harus mengalami penderitaan yang sebegitu parahnya. Nathan tidak tahu apa-apa dan diculik begitu saja, terpisah dari ayahnya begitu lama. Dan sekarang, dia harus menghadapi semua ini. Bahkan … bahkan dia tidak tahu apa yang akan dia hadapi.“Tapi kalau kamu ke sana sekarang, memangnya kamu bisa menolong Nathan?” Brandon bertanya.“Aku nggak peduli. Kalaupun aku harus mati, aku bakal tetap berusaha!”“Ya sudah, terserah kamu. Pergi sana!” Brandon tak lagi membujuk Shane. Dia memukul meja yang ada di depannya dan berseru kepada
Mau dipikir seperti apa pun, itu rasanya agak mustahil.“Aku juga berharap informasiku salah, tapi ….”Brandon tidak menyelesaikan kalimatnya, tetapi itu sudah menyiratkan intensi yang sangat jelas. Berhubung ini sudah menyangkut nasib Nathan, jika informasi yang dia dapat tidak bisa dipercaya, dia pun tidak akan memberitahukannya kepada Shane.“Jadi selama ini dia nggak mau membebaskan Nathan karena itu? Itu alasan kenapa selama ini aku nggak pernah berhasil menemukan dia. Jadi … mereka dari awal memang nggak ada niat untuk melepaskan Nathan, dan mereka menyandera dia dengan alasan membutuhkan investasi dana dariku, itu semua bohong?!”Rona wajah Shane di saat itu sudah pucat pasi. Suaranya pasti terdengar cukup datar, tetapi bisa terdengar bibirnya sedikit gemetar. Siapa pun yang menghadapi hal semacam ini pasti akan memberikan reaksi yang sama.Chermiko tidak tahu seperti apa rasanya memiliki seorang anak, tetpai dia dapat memahami perasaan Shane. Dia sendiri juga tidak keberatan di
“Ratu mau Fred jadi bahan percobaannya?” Chermiko bertanya, tetapi dia langsung membantah pertanyaan itu. “Nggak, itu mustahil! Aku dulu pernah ada di sana dan banyak tahu tentang R10. eksperimen ini nggak pernah diuji coba karena syarat dari penerimanya terlalu ketat.”Syaratnya adalah mendapatkan dua tubuh yang cocok, dan itu jelas bukan hal yang mudah untuk dicari. Sama seperti melakukan donor organ, tubuh pendonor dan penerima donor harus cocok baru bisa dilaksanakan. Hanya dengan syarat itu terpenuhi barulah tidak terjadi reaksi penolakan. Makanya, kalaupun Ratu punya niat untuk itu, dia harus mencarikan tubuh yang cocok dengan Fred.“Kamu kira nggak ada?” Brandon bertanya balik dan seketika membuat Chermiko dan Shane kaget. Chermiko dan Shane sama-sama dibuat bertanya-tanya, siapa orang yang akan menjadi wadah baru bagi jiwa Fred.“Dan orang yang bakal menampung jiwa Fred itu bukan orang asing. Fred sendiri yang cari,” kata Brandon. “Kalau dia nggak ketemu orang yang cocok, mana
“Sudah nggak ada lagi, itu saja. Dia bilang yang kita butuhkan sekarang cuma waktu. Sebenarnya nggak ada yang penting, sih. Mungkin dia takut karena masih diawasi. Takutnya ada orang yang mendengar percakapan, makanya dia nggak berani bilang banyak.”“Bukan. Informasi pa yang mau diasampaikan sudah semuanya dia kasih tahu ke kamu,” ucap Brandon.Chermiko, “Eh?”Shane, “Hah? Jadi yang Pak Juan mau sampaikan itu apa?”“Pak Juan bilang kita nggak bisa tangani, tapi ada orang lain yang bisa. Orang yang bisa itu maksudnya siapa?” tanya Brandon kepada mereka berdua. Tetapi baik Shane dan Chermiko di saat itu hanya bertukar pandang dan menggelengkan kepala.“Dan juga kenapa kita nggak bisa? Sebelumnya kita sudah tahu mereka ada di dalam kedutaan, terus kenapa tiba-tiba Pak Juan bilang ini di luar batas kemampuan kita?” tanya Brandon lagi.Kali ini Shane dan Chermiko lebih kompak lagi. Mereka berdua sama-sama menggelengkan kepala serentak tanpa perlu menatap satu sama lain.“Karena Pak Juan me
Chermiko datang dengan penuh tanda tanya dan pergi dengan penuh tanda tanya pula. Dia merasa belum mengatakan atau melakukan apa-apa selama dia bertemu dengan kakeknya tadi, dan langsung disuruh pulang begitu saja. Selama perjalanan, Chermiko berulang kali memikirkan apa yang tadi Juan katakan kepadanya, tetapi dia tidak mendapatkan jawabannya. Jadi apa maksud Juan sebenarnya?Begitu Chermiko sampai ke rumah, benar saja Brandon dan Shane sudah menunggunya. Mereka langsung datang menyambut dan bertanya, “Gimana? Mereka ngundang kamu ke sana untuk apa?”Bahkan mobil yang mengikuti Chermiko dari belakang juga sudah melakukan persiapan jaga-jaga apabila terjadi sesuatu yang buruk padanya. Namun mereka bisa tenang setelah mendapat kabar kalau Chermiko sudah dalam perjalanan pulang. Namun di saaat yang sama mereka pun terheran-heran mengapa hanya Chermiko sendiri yang keluar.“Mereka mengancam kamu? Apa saja yang mereka bilang di sana?” tanya Shane. “Pasti Rainie, ‘kan? Kali ini apa lagi yan
“Kami semua panik setengah mati waktu dengar Kakek dibawa. Untung saja Kakek baik-baik saja!”“Omong kosong! Kalau kamu pani, kenapa baru sekarang kamu datang menolongku?” tanya Juan melotot.“Bukannya nggak mau nolong, tapi tempat ini nggak bisa main datang kapan pun aku mau. Lagi pula aku tahu sifat Kakek. Kalau Kakek sendiri yang mau ke sana, aku bujuk untuk pulang kayak apa juga Kakek nggak bakal mau pulang! Kakek sendiri yang mau datang ke sini untuk menolong Yuna, ‘kan?”Dengan tatapan mata setuju, Juan menatap Chermiko dan berkata padanya, “Iya, sih. Akhir-akhir ini kamu ada banyak kemajuan juga, ya. Kamu sudah bisa menganalisis keadaan dengan baik dan bisa mengerti sifatku seperti apa.”Chermiko terlihat tidak terlalu senang meski mendapat pujian dari kakeknya. Saat ini dia punya masalah yang lebih mendesak untuk dia sampaikan.“Kakek yang minta aku datang ke sini, ya?” tanyanya.“Ya, untung saja mereka kasih aku ketemu orang lain! Kalau Brandon, mereka pasti nggak akan setuju.
Chermio sudah berada di ruang tamu kedutaan dan melihat sekelilingnya. Dia curiga apakah tempat ini menyimpan suatu konspirasi, karena di antara yang lain, hanya dia sendiri yang mendapatan undangan secara tiba-tiba.Mereka bertiga kaget saat mendapat undangan tersebut. Tidak ada yang menyangka ternyata undangan itu ditujukan kepada Chermiko, dan tidak ada yang tahu apa maksud dari undangannya. Apalagi Chermiko juga yang paling asing dengan kedutaan dibanding Shane atau Brandon. Setelah melalui proses perundingan yang cukup laa, akhirnya mereka bertiga mencapai kesepakatan bersama, Chermiko harus pergi!Jika tidak pergi, bagaimana mereka bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi, dan undangan ini juga dibuat secara resmi, jadi seharusnya tidak akan ada keanehan yang terjadi, atau surat ini tidak akan sampai ke tangan mereka. Maka itu Chermiko datang sesuai dengan waktu dan tempat undangan. Saat masuk dia juga diperiksa karena untuk masuk ke kedutaan tidak diizinkan membawa barang-barang ya
Saat Ross berniat untuk berlari keluar lagi, seketika Ricky datang membuka pintu dari luar.“Pangeran Ross.”“Ah! Kamu yang kasih perintah ke mereka untuk nggak kasih aku keluar dari kamar ini?”“Pangeran Ross jangan salah paham. Aku nggak punya wewenang untuk itu. Ini semua perintah langsung dari Yang Mulia.”“Aku nggak percaya! Mamaku saja sekarang lagi pingsan. Mana mungkin dia kasih perintah ke kamu untuk menahanku di sini. Kamu pikir aku nggak tahu kamu cuma menggunakan perintah untuk berbuat semena-mena di sini?! Kamu nggak ada bedanya sama Fred!”Seketika mendengar itu, terlihat ada sebersit ekspresi kesal di mata Ricky. Dia pun lalu berkata, “Pangeran Ross tolong jangan samakan aku dengan si pengkhianat itu.”Nada bicara Ricky dipenuhi dengan perasaan tidak puas. Bagi Ricky, Fred adalah pengkhianat yang bahkan namanya tidak layak untuk disebut. Ratu memberikan kepercayaan yang begitu besar kepadanya, menyerahkan tugas yang sangat penting, tetapi dengan keserakahanya, dia dengan
“Andaikan kamu nggak selamat. Menurut kamu apa yang bakal terjadi?” tanya Juan.“.…”Sebelum Ratu membuka mulut, Juan melanjutkan, “Apa dunia bakal kiamat? Nggak, nggak bakal! Nggak bakal terjadi apa-apa! Begitu kita mati, kita sudah nggak bisa apa-apa lagi, baik itu rakyatmu, anakmu, atau apa pun itu, semuanya sudah bukan urusan kita lagi! Kamu sudah nggak lagi mengatur dunia ini. Kamu bahkan sudah nggak perlu pusing lagi sama pemakamanmu.”“.…”“Hidup manusia paling cuma bertahan beberapa puluh tahun saja, apa menurut kamu itu kurang? Sebenarnya itu sudah lebih dari cukup selama setiap harinya kita jalani dengan penuh sukacita! Banyak banget orang yang hidupnya sampai di umur kita, jadi kenapa kamu malah mempersulit diri sendiri? Jadi saranku, kamu nggak perlu terlalu pusing terlalu banyak mikir, cukup jalani hari-hari dengan senang hati, itu lebih penting dari apa pun. Untuk apa kamu harus pusing sama urusan negara ataupun perdamaian dunia. Kamu serahkan saja ke generasi berikutnya!