“Coba kamu pikirkan, apa yang Logan takutkan kalau aku mengaku semuanya hanya bohong di depan umum?”Yuna yang dipandangi oleh Stella dengan sorot bingung berkata lagi, “Barang bukti dan saksi yang akan membahayakan dia. Dia sudah ambil barang bukti, tapi saksi ….”“Saksinya adalah aku?” Stella menunjuk wajahnya dengan ekspresi yang akhirnya mengerti.“Aku bisa maju untuk buktiin kamu!” ujar perempuan itu lagi dengan kedua tangan yang diletakkan di pinggang dan semangat berapi-api.“Pas sekali kita bisa bongkar sifat aslinya! Biar semua orang tahu dia sebenarnya orang yang seperti apa!”Yuna tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya dan berkata, “Jangan, kamu jangan maju. Yang perlu kamu lakukan selama beberapa hari ini adalah liburan.”“Liburan?”“Benar, liburan! Logan nggak perlu kamu bersaksi untuk dia, yang dia perlu hanya nggak ada orang yang bisa menjadi saksiku. Kalau sekarang kamu pergi, pasti akan jauh lebih baik baginya.”Selain itu, sifat Logan yang keras kepala pasti tid
Mobil mereka melaju dengan kecepatan yang menggila hingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membuat mobil belakang kehilangan jejak.“Dia mengutus orang untuk menguntitku. Kemungkinan dia mau lihat apakah aku ada hubungannya dengan orang di New Life,” ujar Yuna sambil menoleh ke arah Brandon.“Eh? Kamu janji sama dia nggak pergi ke New Life?” tanya Brandon dengan sebelah alis terangkat ke atas.“Aku nggak ada janji apa pun. Tapi mungkin dia merasa dirinya berhasil membujukku.”Sebenarnya Yuna tidak pernah berjanji atas apa pun. Hanya Logan yang mengira bahwa kebohongan lelaki itu yang kesekian kali berhasil mengelabui Yuna.Dari dulu selalu seperti itu dan selalu sama, kejadian seperti ini juga sudah bukan yang pertama kalinya. Logan sudah menghafalnya di luar kepala. Hanya saja lelaki itu tidak tahu kalau Yuna yang dulu mempercayainya sepenuhnya.Namun setelah melihat lelaki itu mengkhianatinya dengan mata kepalanya sendiri. Semua rasa percaya Yuna seketika lenyap tak tersisa se
Brandon terbahak seakan dia bisa menebak apa yang dipikirkan oleh perempuan di depannya ini. “Aku nggak mungkin meletakkan kamera pengintai! Semua orang yang mempunyai mata bisa melihat, dan yang punya telinga juga bisa mendengar!”Jari lelaki itu menusuk-nusuk bagian perut Yuna dengan pelan. Yuna yang merasa geli otomatis menghindar. Detik itu juga dia baru menyadari ternyata perutnya sudah mengeluarkan protes sedari tadi.Brandon membawanya ke restoran yang ada di pertengahan gunung. Restoran tersebut cukup terkenal di kota karena bentuk bangunannya yang unik dengan pemandangan yang luar biasa. Di saat makanan barat dijadikan sebagai makanan termahal, restoran ini justru menghidangkan makanan asia sebagai makanan utamanya.Mereka juga mendatangkan berbagai koki ternama. Tidak peduli rasa masakan seperti apa pun yang pelanggan inginkan, mereka pasti akan mengabulkannya dan menemukan rasa yang paling cocok bagi pelanggan tersebut.Tentu saja harga dari masakan mereka juga luar biasa ma
“Beneran nggak perlu. Stella, dengerin aku. Kamu sudah terlalu banyak menghabiskan waktu untuk sibuk dan perlu istirahat. Setelah beberapa hari nanti, kemungkinan kamu nggak akan ada waktu untuk istirahat,” canda Yuna.Mendengar Yuna yang begitu yakin, Stella tidak berusaha membujuknya lagi dan berkata, “Ya sudah, Kakak tahu kedua nomorku, yang untuk kerjaan akan aku nonaktifkan. Kalau ada apa-apa hubungi nomor yang satu lagi.”“Iya, have fun!”Setelah sambungan telepon terputus, dia mendapati tatapan Brandon yang sedang menatapnya dalam-dalam. Yuna menunduk dan memperhatikan dirinya sesaat. Sepertinya tidak ada yang aneh dengan dirinya sekarang.“Kenapa?”“Kamu nggak ingin dia terlibat masalah ini makanya kamu meminta dia pergi, kan?”Lelaki itu langsung menembaknya tanpa basa-basi dan berhasil membuat Yuna terdiam sesaat. Setelah itu dia tersenyum dan menjawab, “Nggak sepenuhnya benar.”“Stella itu selalu menjadi orang yang membantuku, bisa dikatakan dia cukup hafal dengan apa yang a
“Aku, sudah kenyang,” kata Yuna sambil menunduk menyembunyikan wajahnya yang memerah.“Kalau gitu kita pulang dan istirahat. Kamu juga sudah capek. Urusan lainnya kita bicarakan besok lagi.”Brandon tahu apa yang ingin ditanyakan oleh perempuan itu sehingga dengan cepat dia berkata, “Aku akan meminta Frans untuk mengurus masalah yang kamu katakan tadi. Tenang saja.”Perempuan itu tentu saja merasa tenang bahkan tidak khawatir sama sekali. Perasaan bahwa ketika kita belum bersuara tetapi sudah ada orang yang mengerti apa yang kita pikirkan dan membantu kita mengurusnya dengan begitu rapi sungguh sangat menyenangkan.Ketika mereka masuk ke dalam mobil, Brandon kembali bertanya, “Rumah yang sekarang kamu tempati itu adalah sewa?”“Iya.”“Kembalikan saja sewaannya, pindah ke tempatku,” ujar Brandon sambil menggenggam tangannya dengan lembut.Jantung Yuna berdegup dua kali lebih cepat dengan tangan terkepal sambil menunduk dalam. Brandon juga tidak mendesak perempuan itu dan menunggunya den
“Aku suka ketenangan, akan ada orang yang datang bersih-bersih setiap dua hari sekali,” kata Brandon sambil melonggarkan dasinya.“Aku mau mandi, kamu istirahat dulu. Di dalam ada ruangan pakaian yang kosong. Kamu bisa letakkan barangmu di dalam sana.”Setelah selesai mengatakan kalimat tersebut, lelaki itu langsung masuk ke dalam kamar. Terdengar suara air mengalir dari dalam kamar mandi yang membuat Yuna membuang napas penuh lega. Yuna masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi ketika baru tiba di sebuah tempat asing.Rumah tersebut sangat luas dan terdapat tiga lantai. Lantai teratas merupakan atap tempat jemuran yang tidak begitu tinggi dan memiliki area yang relatif lebih luas. Keseluruhan desain rumah ini bernuansa sejuk dengan motif garis-garis yang sederhana tetapi rapi hingga memberi kesan orang yang menempatinya juga dingin dan gesit.Yuna mengangkut tasnya dan masuk dan dibuat tercengang dengan ruangan walk in closet yang ada di depannya. Tempat tersebut bisa dikatakan sebaga
Kulit seksi milik lelaki itu dan juga ototnya yang begitu keras membuat Yuna nyaris kehilangan kendali untuk mengulurkan tangan untuk menyentuhnya. Dia tersadar dan meneguk air liurnya dengan susah payah.“Yuna? Yuna?”Logan akhirnya memutuskan panggilan telepon karena tidak mendapat sahutan dari Yuna. Saat ini, kedua bola mata Yuna sedang terpaku pada sosok tinggi Brandon yang tengah memandangnya dari atas. Wajah tampan lelaki itu semakin lama semakin mendekat dan Yuna menahan napasnya.Saat bibir mereka berdua nyaris bersentuhan, mendadak Brandon memiringkan wajahnya dan mengecup pipi Yuna dengan perlahan. Setelah itu dia menegakkan tubuhnya dan masuk dalam walk in closet.Brak!Ponsel Yuna jatuh dari tangannya dan tergeletak di lantai. Untung saja lantai rumah Brandon dilapisi oleh karpet yang cukup tebak, sehingga ponselnya tidak retak dan terbuka. Di seberang ponsel yang malang itu masih ada Logan yang sedang menunggu respons darinya.Telinga lelaki itu menangkap sesuatu yang cuku
Gosip di luar sana mengatakan Brandon adalah sosok yang dingin dan cuek serta orang yang cukup kejam. Ternyata lelaki itu merupakan sosok yang cukup hangat dan jeli. Ternyata suhu airnya sangat pas sekali. Yuna mandi dengan nyaman dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang bersih.Selain itu ada perlengkapannya yang sangat nyaman hingga membuat masa-masa datang bulannya menjadi jauh lebih ringan.Benar apa yang Brandon katakan. Seharusnya Yuna beristirahat terlebih dahulu. Setelah tidur sejenak, Brandon memeluknya dengan erat hingga membuatnya merasa tenang dan nyaman. Keduanya hanya saling berpelukan tanpa melakukan apa pun. Begitu saja sudah mampu membuat Yuna merasa tenang dan bahagia.Sekitar satu jam kemudian, Yuna terbangun dan melihat ponselnya yang nyaris meledak karena panggilan dari Logan. Lelaki itu benar-benar tidak sabar, semakin Logan panik maka Yuna semakin santai.Yuna mengganti pakaiannya dengan terusan warna putih tanpa ada aksesoris apa pun di tubuhnya. Dia terliha