“Bukan dia,” bantah Yuna.Yuna menghela napas dan kembali menikmati makanannya. Jika dipikir-pikir lagi, bodoh juga Yuna bisa-bisanya membandingkan pria yang dijelaskan oleh Stella dengan Brandon. Namun, dilihat dari kecepatan membalas dan latar dari foto yang barusan dikirimkan, jelas sekali kalau foto itu diambil langsung di mobil tadi. Apakah Brandon ….Selagi Yuna masih sibuk memikirkan hal itu, lagi-lagi dia mendapat sebuah pesan dari Brandon.“Masih mau?”Mendapati dua kata yang singkat sebagai pertanyaan, Yuna berasumsi yang dimaksud Brandon itu adalah fotonya Frans, lantas dia pun menjawab, “Ngga usah, cukup.”Untuk apa juga Yuna menyimpan banyak foto Frans. Toh, dia hanya butuh foto itu untuk memastikannya dengan Stella.“Yakin nggak mau? Fotoku?”“Ukh … uhuk-uhuk ….”Yuna terbatuk ketika melihat kata-kata terakhir di pesan tersebut.“Ya ampun, makan sampai keselak begitu, kamu nggak apa-apa? Tanya Stella sambil menepuk punggung Yuna. Lalu dengan penuh rasa penasaran dia berta
Stella masih berusaha mengingat siapa itu Brandon. Namanya memang tidak terdengar asing di telinga, jadi seharusnya Stella juga mengenalinya, tapi entah mengapa tiba-tiba ingatan itu seolah lenyap dari isi kepalanya.“Dia itu CEO-nya Uniasia,” kata Yuna.“Oh … iya, iya! Kamu ngomong begitu aku baru ingat, CEO-nya Uni ….”Kata-kata terakhir seolah tersangkut di tenggorokan Stella, dan tatapan matanya saat melihat Yuna pun diisi dengan rasa tidak percaya. Namun Yuna sudah menduga Stella pasti akan memberikan reaksi seperti ini.Sejujurnya, sampai detik ini Yuna masih tidak sepenuhnya paham mengapa Brandon mau membantu dan memanjakan dirinya. Namun yang pasti, identitasnya sebagai istri Brandon bukanlah sesuatu yang dibuat-buat.“CEO-nya Uniasia?!”Akhirnya Stella bisa menyelesaikan ucapannya setelah berhenti sejenak untuk menelan ludah. Dia tidak bisa menggambarkan betapa terkejutnya ketika mengetahui Yuna adalah istri Brandon. Dia hanya tahu kalau Yuna sudah punya pacar baru, tapi dia t
Stella yang sudah kenal dengan Yuna sejak lama saja memberikan reaksi yang begitu heboh. Entah apa yang akan terjadi kalau sampai orang lain yang mengetahuinya. Namun ini juga semakin membuktikan jangan sampai hubungan antara Yuna dengan diketahui publik.“Bukan begitu! Dengar dulu penjelasanku. Kamu tahu sendiri sepenting apa dia. Dengan jabatan yang aku punya sekarang, bisa kamu bayangin apa reaksi orang lain kalau sampai mereka tahu. Lihat, deh, kamu sendiri saja susah buat nerimanya, apalagi orang lain. Kalau orang lain sampai tahu, aku nggak bakal sanggup menghadapi gosip-gosip yang bertebaran, mana mungkin aku masih kuat buat fokus ke kerjaan kita.”“Aku bukannya susah buat nerima hubungan kalian, aku cuma nggak nyangka ….”Stella tentu saja menerima hubungan mereka berdua dengan senang hati. Toh jika Yuna bisa bahagia, dia sendiri juga yang ikut berbahagia.“Aku ngerti, aku ngerti apa maksud kamu … tapi orang lain nggak mikir kayak kamu,” sela Yuna, “Aku yakin kamu pasti tahu ap
Namun Yuna tidak menjawab karena dia melihat ada sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari mereka di seberang. Mobil tersebut tampak sangat mencolok karena berhenti di tengah jalan di malam selarut ini. Terlebih lagi, pintu belakang juga sudah terbuka, dan pria yang turun dari mobil itu berjalan menghampiri mereka.“Kak Yuna?” sahut Stella yang tak kunjung mendapatkan jawaban.Terlepas dari gelapnya pencahayaan di malam hari, sosok tampan pria yang perlahan berjalan ke arah mereka terlihat sangat jelas di bawah sorotan lampu jalanan.Pria itu jelas hanyalah orang biasa, tapi sekujur tubuhnya seolah dikelilingi oleh cahaya terang yang membuat perhatian orang lain spontan tertuju kepadanya. Tanpa perlu dikenalkan sekalipun, dilihat dari reaksi dan cara Yuna memandang pria itu, Stella sudah bisa menebak siapa pria itu.“Ternyata kamu datang juga,” kata Yuna.Dari kecepatan Brandon membalas pesan serta latar belakang foto wajah Frans yang dia ambil, Yuna sudah menduga Brandon pasti berada
Tidak heran mengapa dia yang datang membawakan pakaian dan makanan, dan tidak heran pula Stella salah paham tentang semua ini. Frans adalah sopirnya Brandon, jadi masuk akal jika dia yang membawakan barangnya. Stella-lah yang salah paham mengira kalau Frans adalah pacarnya Yuna.“Tadi makasih, ya, Frans!” kata Yuna.Barusan Yuna memang tidak bertemu dengan Frans secara langsung, tapi bagaimanapun juga, ucapan terima kasih tetap harus disampaikan karena Frans sudah repot-repot membawakan barang untuknya di tengah malam.“Nggak perlu sungkan, Bu Yuna,” jawab Frans. Setelah menatap Stella sekilas, Frans kembali menghadap ke depan dan menaruh kedua tangannya di tas setir mobil.“Oh ya, ini teman baik sekaligus asistenku, Stella. Stel, ini asistennya Brandon, namanya Frans,” ucap Yuna.Stella mengangguk dan menyadari Frans masih menatapnya lurus, dia pun tiba-tiba berkata, “Maaf, ya!”“Maaf kenapa?” tanya Frans.“Tadi … aku nggak tahu kamu siapa. Aku kira kamu mata-mata dari perusahaan komp
Yuna tidak ada persiapan sama sekali, ditambah lagi mobil kebetulan sedang berbelok membuat Yuna terjatuh ke dalam pelukannya. Wajahnya memerah, dia mendorong tubuh Brandon dan kembali duduk tegak, tapi Brandon menarik pinggang Yuna ke dekatnya.“Produk barunya berhasil?” tanya dia.Satu pertanyaan ini berhasil mengalihkan perhatian Yuna. Dia pun dengan senang hati menjawabnya, “Iya! Hasilnya sama persis sesuai ekspektasiku, bahkan lebih! Benar-benar sempurna pokoknya!”“Kalau begitu harus kita rayain.”“Iya! Stel, kita cari waktu buat pergi makan-makan, yuk. Gimana kalau kita pergi ke restoran yang waktu itu, aku ingat kamu suka banget makan di sana.”“Boleh! Kalau begitu ….”Sebelum Stella menyelesaikan kata-katanya, dia merasakan adanya aura yang tak biasa. Tatapan mata bos besarnya perlahan melirik dan membuat bulu kuduk Stella berdiri. Seketika dia pun berkata, “Err … lumayan, sih. Aku mana aja nggak masalah, hehehe.”“Lumayan? Aku ingat waktu itu kamu makan nggak berhenti! Oh ya,
Namun rona wajah Brandon masih terlihat muram dan tampak sangat tidak senang.“Keberhasilanku tentu saja nggak lepas dari bantuan kamu. Justru kontribusi kamu yang paling besar, kamu itu pahlawan tanpa tanda jasa! Aku merasa sangat terhormat bisa dapat bantuan dari kamu!”Brandon, “….”Stella, “….”Jika situasi saat ini mendukung, Stella ingin sekali memberi tepuk tangan kepada teman baiknya. Rayuan Yuna benar-benar tidak ada duanya! Namun sejujurnya, ini juga baru pertama kalinya Stella melihat Yuna seperti ini. Dia dulu tidak seperti ini saat masih bersama dengan Logan. Sejak awal Logan dan Yuna memang tidak terlalu banyak berinteraksi. Memang Logan terkadang membujuk Yuna jika bicara soal pekerjaan, dan Yuna pun sesekali bersikap manja di depannya, tapi situasinya jauh berbeda dengan sekarang.Stella diam-diam melirik Brandon dan mendapat wajahnya yang semula muram sekarang malah tampak memerah. Ckckck, ternyata dia bisa malu juga ketika dirayu oleh wanita!“Dari mana kamu belajar o
Kali ini Stella sadar dengan situasinya dan segera menolak tawaran Yuna, “Nggak usah, aku sendiri saja nggak apa-apa!”Yuna, “….”Langit sudah gelap gulita, tapi dari balik kaca mobil terlihat jelas mereka masih belum sampai di kawasan perumahan Stella. Di seberang ada sebuah gang yang tampak berbahaya jika dilewati.“Frans, antar Stella sampai ke depan rumahnya,” kata Brandon seakan menyadari apa yang dikhawatirkan oleh Yuna. “Jangan lama-lama!”“..., siap!” sahut Frans.Lantas, Frans memarkirkan mobilnya di tepi jalan dan melepas sabuk pengaman, tapi Stella masih bersikeras menolak, “Nggak, nggak, nggak usah.”Namun Frans sudah berjalan ke belakang untuk membukakan pintu dan berkata, “Silakan, Bu Stella.”Stella semakin tidak enak hati menolak dan akhirnya dengan terpaksa turun dari mobil.“Kalau begitu … aku pulang dulu. Kak Stella sama Pak Brandon juga istirahat pagian, ya.”“Ehm,” angguk Yuna. Setelah melihat Frans dan Stella pergi cukup jauh, di saat itu barulah dia merasakan ada