Namun rona wajah Brandon masih terlihat muram dan tampak sangat tidak senang.“Keberhasilanku tentu saja nggak lepas dari bantuan kamu. Justru kontribusi kamu yang paling besar, kamu itu pahlawan tanpa tanda jasa! Aku merasa sangat terhormat bisa dapat bantuan dari kamu!”Brandon, “….”Stella, “….”Jika situasi saat ini mendukung, Stella ingin sekali memberi tepuk tangan kepada teman baiknya. Rayuan Yuna benar-benar tidak ada duanya! Namun sejujurnya, ini juga baru pertama kalinya Stella melihat Yuna seperti ini. Dia dulu tidak seperti ini saat masih bersama dengan Logan. Sejak awal Logan dan Yuna memang tidak terlalu banyak berinteraksi. Memang Logan terkadang membujuk Yuna jika bicara soal pekerjaan, dan Yuna pun sesekali bersikap manja di depannya, tapi situasinya jauh berbeda dengan sekarang.Stella diam-diam melirik Brandon dan mendapat wajahnya yang semula muram sekarang malah tampak memerah. Ckckck, ternyata dia bisa malu juga ketika dirayu oleh wanita!“Dari mana kamu belajar o
Kali ini Stella sadar dengan situasinya dan segera menolak tawaran Yuna, “Nggak usah, aku sendiri saja nggak apa-apa!”Yuna, “….”Langit sudah gelap gulita, tapi dari balik kaca mobil terlihat jelas mereka masih belum sampai di kawasan perumahan Stella. Di seberang ada sebuah gang yang tampak berbahaya jika dilewati.“Frans, antar Stella sampai ke depan rumahnya,” kata Brandon seakan menyadari apa yang dikhawatirkan oleh Yuna. “Jangan lama-lama!”“..., siap!” sahut Frans.Lantas, Frans memarkirkan mobilnya di tepi jalan dan melepas sabuk pengaman, tapi Stella masih bersikeras menolak, “Nggak, nggak, nggak usah.”Namun Frans sudah berjalan ke belakang untuk membukakan pintu dan berkata, “Silakan, Bu Stella.”Stella semakin tidak enak hati menolak dan akhirnya dengan terpaksa turun dari mobil.“Kalau begitu … aku pulang dulu. Kak Stella sama Pak Brandon juga istirahat pagian, ya.”“Ehm,” angguk Yuna. Setelah melihat Frans dan Stella pergi cukup jauh, di saat itu barulah dia merasakan ada
Jarak antara tempat tinggal Stella dan tempat kerjanya tidak terlalu jauh, dan biaya sewanya juga sangat murah. Satu-satunya kekurangan adalah dia harus melewati gang ini, tapi bagi Stella itu tidak jadi masalah besar dan memutuskan untuk menyewanya.Stella berhenti setibanya dia di depan pintu masuk dan segera berbalik, “Sudah sampai, makasih, ya!”“Nggak perlu berterima kasih,” jawab Frans.“Eh … mereka masih nunggu di mobil, jadi aku langsung masuk, ya. Kapan-kapan aku ajak kamu minum sebentar, deh, di rumahku.”“Nggak usah.”“Oke, deh, kalau begitu. Bye!”Stella tidak tahu harus berkata apa lagi ketika dihadapkan dengan jawaban seperti itu. Dia hanya melambaikan tangannya dan langsung masuk ke dalam. Dia berbalik ketika sampai di depan tangga, lalu dia kembali berkata ketika mendapati Frans masih berdiri di sana, “Kamu pulang saja, gih!”“Ehm,” sahut Frans, tanpa bergerak sedikit pun dari tempatnya berdiri.Stella langsung naik dan berjalan perlahan di rumahnya karena takut suara
Valerie syok dan panik seketika. Meski selama ini dia selalu ragu apakah dia menginginkan anak yang saat ini ada di kandungannya, tidak pernah sekali pun dia berpikir justru anaknya sendiri yang akan meninggalkan dirinya. Selama ini dia masih mempertimbangkan untuk melahirkan anak itu atau tidak, tapi sekarang semuanya sudah berada di luar kendalinya.Valerie langsung tersadar kembali ketika mendengar ada suara di luar. Tanpa banyak pikir, dia langsung membersihkan noda darah yang berceceran di lantai dan membersihkan bekas darah yang menempel di tubuhnya dengan tissue.Namun setelah kejadian ini, dia tidak mau berlama-lama lagi di kamar ini. Dia langsung keluar dari kamar mandi untuk memakai baju dan langsung pergi.Lawson yang mendengar suara dari dalam toilet spontan menoleh. Keningnya mengerut saat dia dia melihat Valerie keluar dengan pakaian lengkap, dan dia pun berkata, “Memangnya aku izinin kamu pergi?”“Maaf, Lawson, aku masih ada urusan penting, jadi harus cepat pulang.”“Bol
“Kalau kamu masih mau mempertahankan anak ini, kamu jangan berhubungan intim lagi. Dan lebih baik kalau kamu opname di rumah sakit untuk menjamin keselamatan anakmu,” ujar dokter sambil memegangi hasil laporannya, “Kalau kamu nggak mau, saya sarankan untuk operasi. Kalau diundur terus, dampaknya ke badan kamu bakal semakin gawat.”“..., dampak dari hubungan intimnya parah banget?” tanya Valerie.Valerie bisa saja menolak untuk berhubungan intim dengan Logan, tapi apa dia bisa menolak Lawson? Kalaupun dia bisa menolaknya satu atau dua kali, bagaimana dengan seterusnya? Itu berarti Valerie tidak bisa melakukan apa-apa. Dia harus beristirahat menjaga janinnya selama 10 bulan, dan setelah anaknya lahir, dia harus menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga.Valerie yakin Logan tidak akan bisa memberikan hidup enak seperti yang selama ini dia impikan. Dia harus berjuang untuk dirinya sendiri, tapi masalahnya sekarang adalah masa-masa yang sangat krusial. Dia harus mendapatkan penghargaan di k
Valerie mengira dia cukup membuat janji dan akan melakukan operasinya nanti, tapi siapa sangka dokter malah memberikan resep obat untuk dia tebus.“Bukannya tadi dokter bilang aku nggak bisa pakai obat? Kenapa sekarang malah dikasih obat?”“Sekarang masih ada inflamasi, harus disembuhin dulu baru bisa operasi. Selain itu, beberapa hari ini kamu benar-benar nggak boleh berhubungan intim. Kondisi kamu sekarang kurang bagus, kalau begini terus, bisa-bisa rahim kamu yang kena.”“.…”Setelah itu Valerie tidak ingat apa lagi yang dokter katakan kepadanya. Valerie tahu tubuhnya pasti tidak akan sanggup menerima semua ini, tapi dia tidak menyangka bahwa dampaknya ternyata jauh lebih berbahaya dari yang dia bayangkan.Valerie merasa gundah ketika mengingat kembali tatapan si dokter kepadanya, tapi untunglah tidak banyak orang yang mengenali Valerie. Setelah pulang ke rumah dan memakan obat pemberian dokter, Valerie menaruh obat itu di bagian dalam tasnya dan beristirahat.Untung saja akhir-akhi
“Awalnya sih memang nggak ada masalah. Sampelnya juga sudah jadi. Tapi masih gagal pas diuji coba terakhir kali. Hasil dari produk akhirnya masih kurang memuaskan. Takutnya kita nggak bisa menang kalau produk itu dibawa ke kompetisi.”Masalah ini memang sudah tidak bisa ditutupi lagi, jadi lebih baik Logan katakan saja yang sejujurnya.“Hasilnya kurang memuaskan? Nggak mungkin! Kamu nggak tahu, ya, formula itu aku dapat dari ….”Valerie tiba-tiba berhenti begitu dia menyadari dirinya telah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dia umbar.“Dari apa?”“Dari … hasil jerih payah aku eksperimen berulang kali. Harusnya nggak ada masalah sama formulanya!”Di mulut memang keras, tapi sebenarnya dalam hati Valerie tidak percaya diri karena bagaimanapun juga formula itu adalah pemberian Lawson. Dengan keahlian yang Lawson miliki, tentu saja Valerie tidak meragukan formula buatannya dan merasa kalau apa yang dia berikan pasti bagus. Namun hasil tes lab tidak berkata demikian.Namun apa pun yan
Untuk saat ini, Valerie masih belum memikirkan bagaimana dia akan menjelaskan perihal aborsi anaknya, walau sebenarnya dia sendiri sudah mantap untuk menggugurkannya.Akan tetapi, masalah yang terjadi para formulanya mungkin memberikan kesempatan bagi Valerie untuk membebaskan diri dari dilema sekaligus membuat Logan merasa bersalah. Namun, sebelum itu ….Valerie sudah membuat janji untuk bertemu dengan Lawson di sebuah kafe. Lawson datang terlambat dan tampak agak lesu dan kantung matanya terlihat tebal, tapi setidaknya dia masih datang. Mungkin karena sudah tahu betul seperti apa orangnya, Valerie menganggap Lawson tak lebih dari orang yang sakit-sakitan dan tak akan lama lagi hidupnya. Namun jika memang sebentar lagi Lawson akan mati, Valerie akan memanfaatkannya sebisa mungkin selagi masih hidup.“Bukannya kamu bilang nggak ada waktu buat ketemu?” tanya Lawson sembari menuangkan sebongkah gula batu ke dalam cangkir kopinya. Lalu satu lagi, dan satu lagi, hingga total mencapai enam
“Siapa aku?” Rainie bertanya.”“Kamu tuanku.” Walau terdapat sedikit keraguan, Shane tetap menjawab Rainie dengan patuh.Rainie masih menaksir Shane, mulai dari atas sampai bawah, lalu dia menyipitkan matanya dan bertanya, “Masa iya? Tapi kamu kok kayaknya nggak menuruti perintah tuanmu?”“Kamu memang tuanku, tapi kamu juga harus menepati janjimu,” kata Shane. “Dulu bos kita masih mengizinkan aku untuk ketemu anakku sebentar, tapi sekarang aku nggak dapat kabar tentang dia sedikit pun. Kamu ….”“Dia sudah mati,” kata Rainie secara mendadak.Terkejut mendengar itu, raut wajah Shane pun terlukis ekspresi panik. “Apa?”“Kubilang … dia sudah mati! Anakmu sudah mati.”“Apa kamu bilang? Ulangi sekali lagi!” Shane membentak dengan suaranya yang gemetaran, seolah-olah dia tidak mendengar apa yang Rainie katakan. “Bohong … kamu pasti bohong! Nathan … Nathan pasti baik-baik saja!”“Aku nggak bohong. Ini ulahnya Fred. Dia yang membunuh anakmu. Aku nggak kasih tahu karena takut kamu jadi sedih. Ta
“Namanya Shane.”Dengan suara lirih Ratu menyebut namanya sekali lagi, dan merasa nama itu tidak asing. Dia lantas menatap anak buahnya itu dan memikirkan sesuatu.“Apa sebaiknya usir saja orang itu?” tanya si anak buah itu.“Jangan, suruh Rainie temui dia.”Meski bertanya-tanya, anak buah itu tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh sang Ratu kepadanya. Di satu sisi, sang Ratu ingin melihat sebenarnya apa yang sedang Rainie rencanakan. ***Shane dipersilakan masuk dan dibawa ke ruang tamu untuk duduk sejenak. Mata Shane menyapu ke empat penjuru. Karena ini bukan kedatangannya yang pertama kali, kurang lebih dia masih ingat gambaran gedung ini secara kasar meski tidak terlalu detail. Selagi duduk di sana, di tangan Shane hanya membawa satu ponsel miliknya. Dia menunggu sambil mengelus ponsel tersebut untuk mengusir kebosanan.Setelah beberapa saat berlalu, dari luar ruang tamu dia mendengar langkah kaki yang mendekat, lalu Rainie pun menampakkan diri. Ketika melihat Shane, awalnya
Sang Ratu terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu di kepalanya. Maka Yuna pun melanjutkan, “Ya benar aku memang belum setua itu dan ngga tahu gimana rasanya. Apa aku akan takut mati dan berusaha mati-matian untuk bisa terus hidup, aku nggak tahu. Tapi aku rasa apa pun yang terjadi, setiap orang harus punya batas. Seandainya aku mau terus hidup, nggak sepantasnya aku sampai mengorbankan nyawa orang lain. Anakku, temanku, saudaraku, kalau mereka sampai disakiti, aku juga pasti bakal sedih. Karena aku nggak mau orang lain memperlakukan aku dan orang terdekatku seperti itu, aku juga nggak melakukannya ke orang lain. Seperti yang orang sering bilang. Kalau nggak mau dijahati, jangan menjahati orang lain duluan.”“Aku capek,” kata Ratu seraya memejamkan matanya. “Kamu istirahat saja dulu.”“Ratu, aku harap kamu bisa mengerti. Sebenarnya kehidupan abadi ini nggak realistis. R10 cuma ilusi. Aku cuma membuatnya sesuai dengan resep yang mereka kasih. Masalah bisa berhasil atau nggak … aku bena
Selama ini Fred selalu memperlakukan Yuna dengan sangat buruk karena berpikir toh cepat atau lambat Yuna juga akan mati dijadikan tubuh pengganti Ratu. Fred masih tetap akan merawat Yuna dengan baik dengan memberikan makan yang layak, tetapi jangan harap dia akan membebaskan Yuna.“Kamu nggak percaya aku? Kalau nggak percaya, aku bisa ….”Yuna langsung menyela sebelum sang Ratu selesai bicara, “Nggak. Justru sebaliknya. Aku percaya sama kamu! Kamu adalah ratu, sudah pasti kamu akan memegang kata-katamu. Kalau dari awal kamu nggak berniat membebaskan aku dan mau aku mati di sini, kamu nggak perlu menipuku segala. Tapi karena sekarang kamu bilang begini, berarti kamu berniat untuk membebaskan aku. Justru aku yang seharusnya berterima kasih karena masih diampuni!”Memang rasanya sedikit canggung untuk dikatakan, tetapi kata-kata itu tulus keluar dari lubuk hati Yuna. Ratu bisa dengan mudah membunuh Yuna kapan saja dia mau, tetapi dia lebih memilih untuk repot sedikit mencari tubuh yang ba
“Kamu nggak takut mati karena kamu masih muda. Kamu masih belum sampai di umurku,” kata sang Ratu lirih. “Dulu aku juga mengira aku nggak takut mati. Aku nggak takut apa pun. Aku bisa menghadapi semuanya tanpa ada rasa takut. Aku bisa keluar sebagai pemenang menghadapi kesulitan apa pun. Tapi, sejak beberapa tahun terakhir aku mulai sadar, kalau sebenarnya masih ada banyak banget masalah yang nggak bisa aku selesaikan. Di situ aku baru sadar. Aku nggak mau mati!”Tiba-tiba sang Ratu embali menatap Yuna dengan tegas, tetapi ada juga sedikit kepasrahan dalam dirinya.“Aku benar-benar nggak mau mati. Masih banyak hal yang belum aku selesaikan. Masih ada banyak hal penting yang harus aku kerjakan. Apa kamu bisa mengerti perasaanku ini? Kamu tahu seperti apa rasanya diburu-buru tanpa waktu yang cukup?”“Aku mengerti!” jawab Yuna.“Nggak. Kamu nggak akan mengerti!” bantah sang Ratu. “Kamu mana mungkin bisa mengerti? Kamu masih muda, cantik, dan penuh energi! Kamu juga pintar, punya keluarga
Hanya saja meski sang Ratu dengan nada yang penuh perhatian menyuruh Rainie untuk beristirahat, mataya masih tak lepas dari Yuna. Rainie pun ikut melirik ke arah Yuna. Yuna sedikit pun tidak melihat Rainie, bahkan di sudut matanya pun tidak.Hal itu membuat Rainie merasa tersinggung, dia seperti diabaikan. Sejak kecil, Rainie paling tidak suka diabaikan oleh orang lain. Dengan kerja kerasnya dia ingin orang-orang melihat pencapaiannya, tetapi sekarang perasana diabaikan itu malah selalu mengikutinya ke mana pun dia pergi. Di mana pun Yuna berada, di situlah Rainie akan terus hidup dengan perasaan itu. Dia bagaikan sebuah bayangannya Yuna yang selalu ada di sana tetapi tidak pernah dianggap.“Hari ini adalah waktu yang paling pas untuk menjalankan eksperimennya. Yang Mulia harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik!” kata Rainie berusaha untuk membujuk sang Ratu sebisa mungkin. Hanya dengan itu, eksperimennya akan bisa berjalan di hari itu juga, dan semuanya akan berubah.“Aku sudah
“Yang kamu bilang itu benar juga!” kata Ratu seraya menatap Rainie dan tersenyum puas.Rainie merasakan ketenangan batin melihat sang Ratu tersenyum padanya. Setidaknya itu mengartikan bahwa apa yang dia katakan itu sejalan dengan pemikiran sang Ratu. Ucapannya berhasil menarik hati Ratu dan mungkin saja Ratu bersedia mendengarkannya.“Ratu, kalau kamu masih bersikeras, aku nggak mau lagi. Aku mundur,” kata Yuna. Sudah terlanjur sampai sejauh ini, Yuna terpaksa mogok kerja untuk mendesaknya. “Aku nggak mau melakukan eksperimen yang jelas akan gagal.”Namun seketika Ratu baru mengerutkan keningnya sebentar, Rainie dengan tidak sabarnya berkata, “Kalau kamu nggak mau, biar aku saja!”“Rainie, kamu ….”“Yang Mulia, sejujurnya aku juga bisa diandalkan. Aku nggak berani mengklaim kalau aku lebih hebat dari Yuna, tapi minimal aku sudah dapat banyak penghargaan internasional. Aku mengaku waktu mengembangkan R10, aku nggak sebaik Yuna karena itu memang bukan bidang yang aku dalami. Tapi kalau
Seraya menarik napas panjang, Yuna berkata kepada sang Ratu, “Ya! Benar aku memang mau menolong anak itu, tapi apa yang aku bilang juga nggak salah! Eksperimen ini punya tingkat risiko yang tinggi, dan kamu tahu sendiri itu. Sebelumnya kita pernah membahas soal ini, bukan sekarang aku baru mengungkitnya. Kamu pasti masih ingat.”Dengan adanya Rainie yang mencoba untuk mengacaukan situasi, Yuna hana bisa menggunakan pembahasan dia dengan Ratu sebelumnya untuk membujuk dia, dengan harapan dia akan percaya dan mau berubah pikiran.Sang Ratu langsung terdiam mendengar itu, dan dia juga terlihat sedang berpikir mengingat kembali apa yang dia dan Yuna bicarakan.Melihat sang Ratu mulai terhasut, Rainie kembali berkata, “Yang Mulia, jangan percaya sama dia! Eksperimen ini memang berisiko dan persentase untuk berhasil rendah, tapi apa pun yang dia bilang tujuannya cuma untuk menolong anak itu! Jangan percaya, atau Anda yang bakal terkena tipu muslihatnya!”Di saat itu Yuna sudah meledak. Dia m
“Yang Mulia, jangan dengarkan dia. Dia penipu!”Tiba-tiba ada suara yang datang memecah situasi yang tegang itu. Yuna spontan kaget mendengarnya. Sedikit lagi dia hampir berhasil membujuk sang Ratu. Tatapan mata Ratu tampak goyah saat dia mendengar tawaran Yuna, tetapi teriakan itu justru malah membuat Ratu tersadar kembali.Ratu dan Yuna sama-sama menoleh ke asal suara itu berasal. Di sana mereka melihat Rainie yang bersembunyi di pojokan sedang berjalan mendekat ke posisi sang Ratu berada. Saat Rainie baru melangkahkan kakinya, dia dicegat oleh penjaga. Di situ dia pun berhenti dan menatap sang Ratu dengan penuh pengharapan. Sang Ratu meminta anak buahnya untuk membiarkan Rainie mendatanginya. Maka Rainie pun maju dan berdiri persis di hadapan sang Ratu, membungkuk dan berkata, “Yang Mulia, Yuna bilang begitu karena dia cuma mau menolong anak kecil itu. Sebenarnya ini nggak terburu-buru, itu cuma alasan dia saja.”“Kamu siapa?” tanya sang Ratu.“Namaku Rainie. Aku juga pernah bekerj