“Kalau kamu masih mau mempertahankan anak ini, kamu jangan berhubungan intim lagi. Dan lebih baik kalau kamu opname di rumah sakit untuk menjamin keselamatan anakmu,” ujar dokter sambil memegangi hasil laporannya, “Kalau kamu nggak mau, saya sarankan untuk operasi. Kalau diundur terus, dampaknya ke badan kamu bakal semakin gawat.”“..., dampak dari hubungan intimnya parah banget?” tanya Valerie.Valerie bisa saja menolak untuk berhubungan intim dengan Logan, tapi apa dia bisa menolak Lawson? Kalaupun dia bisa menolaknya satu atau dua kali, bagaimana dengan seterusnya? Itu berarti Valerie tidak bisa melakukan apa-apa. Dia harus beristirahat menjaga janinnya selama 10 bulan, dan setelah anaknya lahir, dia harus menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga.Valerie yakin Logan tidak akan bisa memberikan hidup enak seperti yang selama ini dia impikan. Dia harus berjuang untuk dirinya sendiri, tapi masalahnya sekarang adalah masa-masa yang sangat krusial. Dia harus mendapatkan penghargaan di k
Valerie mengira dia cukup membuat janji dan akan melakukan operasinya nanti, tapi siapa sangka dokter malah memberikan resep obat untuk dia tebus.“Bukannya tadi dokter bilang aku nggak bisa pakai obat? Kenapa sekarang malah dikasih obat?”“Sekarang masih ada inflamasi, harus disembuhin dulu baru bisa operasi. Selain itu, beberapa hari ini kamu benar-benar nggak boleh berhubungan intim. Kondisi kamu sekarang kurang bagus, kalau begini terus, bisa-bisa rahim kamu yang kena.”“.…”Setelah itu Valerie tidak ingat apa lagi yang dokter katakan kepadanya. Valerie tahu tubuhnya pasti tidak akan sanggup menerima semua ini, tapi dia tidak menyangka bahwa dampaknya ternyata jauh lebih berbahaya dari yang dia bayangkan.Valerie merasa gundah ketika mengingat kembali tatapan si dokter kepadanya, tapi untunglah tidak banyak orang yang mengenali Valerie. Setelah pulang ke rumah dan memakan obat pemberian dokter, Valerie menaruh obat itu di bagian dalam tasnya dan beristirahat.Untung saja akhir-akhi
“Awalnya sih memang nggak ada masalah. Sampelnya juga sudah jadi. Tapi masih gagal pas diuji coba terakhir kali. Hasil dari produk akhirnya masih kurang memuaskan. Takutnya kita nggak bisa menang kalau produk itu dibawa ke kompetisi.”Masalah ini memang sudah tidak bisa ditutupi lagi, jadi lebih baik Logan katakan saja yang sejujurnya.“Hasilnya kurang memuaskan? Nggak mungkin! Kamu nggak tahu, ya, formula itu aku dapat dari ….”Valerie tiba-tiba berhenti begitu dia menyadari dirinya telah mengatakan sesuatu yang tidak seharusnya dia umbar.“Dari apa?”“Dari … hasil jerih payah aku eksperimen berulang kali. Harusnya nggak ada masalah sama formulanya!”Di mulut memang keras, tapi sebenarnya dalam hati Valerie tidak percaya diri karena bagaimanapun juga formula itu adalah pemberian Lawson. Dengan keahlian yang Lawson miliki, tentu saja Valerie tidak meragukan formula buatannya dan merasa kalau apa yang dia berikan pasti bagus. Namun hasil tes lab tidak berkata demikian.Namun apa pun yan
Untuk saat ini, Valerie masih belum memikirkan bagaimana dia akan menjelaskan perihal aborsi anaknya, walau sebenarnya dia sendiri sudah mantap untuk menggugurkannya.Akan tetapi, masalah yang terjadi para formulanya mungkin memberikan kesempatan bagi Valerie untuk membebaskan diri dari dilema sekaligus membuat Logan merasa bersalah. Namun, sebelum itu ….Valerie sudah membuat janji untuk bertemu dengan Lawson di sebuah kafe. Lawson datang terlambat dan tampak agak lesu dan kantung matanya terlihat tebal, tapi setidaknya dia masih datang. Mungkin karena sudah tahu betul seperti apa orangnya, Valerie menganggap Lawson tak lebih dari orang yang sakit-sakitan dan tak akan lama lagi hidupnya. Namun jika memang sebentar lagi Lawson akan mati, Valerie akan memanfaatkannya sebisa mungkin selagi masih hidup.“Bukannya kamu bilang nggak ada waktu buat ketemu?” tanya Lawson sembari menuangkan sebongkah gula batu ke dalam cangkir kopinya. Lalu satu lagi, dan satu lagi, hingga total mencapai enam
“Jangan! Ada banyak orang di sana yang pernah ketemu kamu. Kalaupun parfumnya jadi, pas di kompetisi nanti pasti bakal ada orang yang manfaatin itu buat keuntungan mereka.”Setelah berpikir sejenak, Valerie kembali bertanya, “Apa nggak bisa kalau kamu nggak ke lab? Gimana kalau aku bawa produk gagalnya kemari?”“Boleh juga,” jawab Lawson, “Tapi hasilnya nggak maksimal. Mungkin aku bisa nemuin di mana masalahnya, tapi aku nggak bisa jamin.”“.…”Masalah ini seakan menjadi sebuah lingkaran setan. Jika Valerie tidak mengizinkan Lawson datang ke labnya, mereka belum tentu menemukan akar masalahnya. Pembuatan parfumnya akan gagal dan Valerie tidak bisa mengikuti kompetisi. Namun jika Lawson datang ke lab, bukan hanya Logan yang ribut, tapi orang lain akan curiga kalau Valerie memenangkan penghargaan dan kualifikasinya akan dicabut.“Sebenarnya … aku punya solusi lain, tapi aku nggak tahu kamu mau atau nggak.”“Apa itu?”tanya Valerie. Apa pun jalan yang ada, dia akan menempuhnya.“Kalau ngga
Yuna tertidur lelap sampai langit kembali gelap, bukan karena lelah seharian bekerja di lab, melainkan ….Setelah memulai beberapa proyek baru, dia baru menyadari dalam beberapa aspek, pria dan wanita memang memiliki energi yang berbeda. Misalnya saja seperti Brandon yang sudah bangun pagi-pagi berangkat kerja dan menghadiri rapat. Yuna bahkan tidak tahu kapan Brandon berangkat. Yuna hanya ingat Brandon sempat mencium keningnya sebelum pergi, tapi itu pun hanya sekilas saja.Yuna meraih ponselnya yang sedang bergetar dan menempelkannya di samping telinga, “Halo?”“Kak Yuna, ini aku,” ucap Stella dengan semangat menggebu.“Oh, pagi amat, kamu nggak istirahat lamaan?”“Pagi? Sudah mau jam enam Kak Yuna masih bisa bilang pagi?”“Jam enam? Memangnya jam enam nggak cukup pagi?”“Sekarang sudah jam enam sore. Kamu kira masih jam enam pagi, ya?”“Jam enam sore kan pagi. Eh …. eh?!”Seiring kesadarannya yang perlahan kembali, seketika itu juga Yuna tersadar, “Hah? Jam enam sore?!”Seolah masih
Kemarin malam? Bicara soal itu? Mana ada waktu! Setibanya di rumah kemarin, Yuna hanya ingat adegan di mana dia dan Brandon melakukan hal yang tidak boleh diketahui oleh anak kecil!Kantung mata Yuna yang tampak dari pantulan cermin begitu tebal, dan sekujur tubuhnya terasa sangat lelah.“Kak, Kak Yuna, masih dengar aku?”Karena tak kunjung mendapatkan jawaban meski hanya sekadar sahutan singkat, Stella mengira Yuna sudah menutup pembicaraan mereka.“Oh, iya, ngomong saja!” sahut Yuna dengan mulut penuh busa dari pasta gigi.“Nggak apa-apa. Aku cuma mau tanya Kakak sudah bikin janji atau belum. Aku tahu sebenarnya aku nggak berhak nanya soal ini, tapi aku sudah nggak sabar. Sudah lama banget aku nggak pergi jalan-jalan.”Stella tidak punya waktu dan uang untuk pergi jalan-jalan karena harus seharian bekerja di lab, jadi bisa dimengerti mengapa dia begitu bersemangat ketika mendapat kesempatan untuk pergi seperti ini.“Kenapa kamu ngomong begitu? Kamu kan juga ikut, jadi kamu berhak ka
“Cheers!”Suasana di ruang privat yang mereka pesan begitu meriah dan bahagia meski hanya diisi oleh tiga orang.“Aku nggak nyangka kalian benar-benar berhasil. Aku kaget banget!”Tadi pagi Edith sudah melihat sampel produk yang kemarin disiapkan khusus oleh Yuna dan Stella. Aromanya sungguh membuat orang yang menghirupnya merasa bahagia!“Kak Edith, kan dua hari lalu aku bilang sudah mau jadi,” kata Stella sambil melahap makanan, “Ini belum dibilang cepat, sih. Dulu Kak Yuna paling cepat bisa satu bulan bikin parfum baru.”“Oh, ya? Hebat banget! Berarti tahun ini kita bisa bikin banyak, dong!”Hanya mendengarnya saja Edith sudah merasa senang bukan main, apalagi setelah mencoba langsung parfumnya, Edith jadi percaya dengan produk yang diciptakan oleh Yuna.“Nggak juga. Kalau lagi nggak ada inspirasi, mungkin dua sampai tiga bulan juga belum tentu jadi. Aku cuma berharap kalau sampai begitu, aku jangan dipecat!”“Aku jadi ingat waktu itu ….”Tiba-tiba Edith beralih ke Stella dan berkat