“Cheers!”Suasana di ruang privat yang mereka pesan begitu meriah dan bahagia meski hanya diisi oleh tiga orang.“Aku nggak nyangka kalian benar-benar berhasil. Aku kaget banget!”Tadi pagi Edith sudah melihat sampel produk yang kemarin disiapkan khusus oleh Yuna dan Stella. Aromanya sungguh membuat orang yang menghirupnya merasa bahagia!“Kak Edith, kan dua hari lalu aku bilang sudah mau jadi,” kata Stella sambil melahap makanan, “Ini belum dibilang cepat, sih. Dulu Kak Yuna paling cepat bisa satu bulan bikin parfum baru.”“Oh, ya? Hebat banget! Berarti tahun ini kita bisa bikin banyak, dong!”Hanya mendengarnya saja Edith sudah merasa senang bukan main, apalagi setelah mencoba langsung parfumnya, Edith jadi percaya dengan produk yang diciptakan oleh Yuna.“Nggak juga. Kalau lagi nggak ada inspirasi, mungkin dua sampai tiga bulan juga belum tentu jadi. Aku cuma berharap kalau sampai begitu, aku jangan dipecat!”“Aku jadi ingat waktu itu ….”Tiba-tiba Edith beralih ke Stella dan berkat
Tampaknya Edith punya curahan hati yang telah dia simpan begitu lama dan tidak bisa menemukan tempat untuk mencurahkannya.“Terus terang saja. Mau sesusah apa pun proyek yang kita kerjain, klien masih bisa dicari, kontrak juga masih bisa dinego, tapi kalau peracik parfum, benar-benar …. Jangankan New Life atau satu Suba, bahkan satu negara pun cuma ada segelintir orang yang memang berbakat, apalagi kalau kita ngomong skala internasional. Perusahaan kita nggak pernah kekurangan peracik parfum, tapi yang kita kurang itu peracik parfum yang bagus! Yuna, aku seolah ngelihat harapan waktu ketemu kamu!” tutur Edith sambil menepuk bahu Yuna sekuat tenaga.“Kompetisi tahun ini pasti New Life yang menang,” ujar Yuna setelah terdiam sejenak mendengar curahan hati Edith.Ucapan Yuna membuat Edith tersadar dari pengaruh alkohol dan membuat dia menatap Yuna, termasuk Stella. Setelah bekerja bersama selama bertahun-tahun, Yuna memang tak henti membuat parfum dengan gigih, tapi belum pernah dia menga
Yuna melewati ruangan lain ketika dia berjalan ke arah toilet. Kebetulan pintu terbuka sesaat ketika ada orang yang keluar masuk, dan di saat itulah dia melihat seseorang yang tidak asing baginya. Walau hanya sekilas, Yuna yakin dia tidak salah lihat. Yuna masuk ke toilet untuk mencuci tangannya, lalu ketika baru saja keluar, ternyata benar, dia melihat sesosok yang cukup ramping sedang berdiri bersandar ke tembok.“Aku memang nggak salah lihat,” kata Clinton.“Mata kamu memang jeli,” ujar Yuna, “Permisi.”Clinton sengaja berdiri di tengah untuk menghalangi jalan Yuna, “Ngapain kamu di sini?”“Kamu sendiri ngapain di sini, aku juga sama. Memangnya kenapa? Restoran ini juga sudah dibeli sama kamu, jadi aku nggak boleh datang?”“Kamu masih nggak mau balik ke keluarga Tanoto?” tanya Clinton dengan sikap yang jengkel.“Aku … bakal balik ke sana, tapi bukan sekarang waktunya.”“Kalau begitu kapan?” tanya Clinton, lalu dia kembali berbicara karena tak mendapatkan jawaban dari Yuna, “Aku sud
“Tapi tadi dia bilang tinggalnya di ….”“Aku tahu. Yang Kak Yuna maksud itu sebenarnya kompleks Lake Garden yang ada di sebelah Royal Mansion. Paling cuma beda dua satu blok. Duul Kak Yuna selalu bercanda bilang mau beli rumah di Royal Mansion, mungkin jadi kelepasan karena mabuk.”Edith cukup percaya dengan ucapan Stella dan menghela napas lega, “Oh, aku tadi sampai kaget dengarnya!”“Hahaha, aku juga! Besok kalau dia sudah sadar, aku ledekin dia, ah.”“Ya sudah, aku nggak tenang kalau kamu cuma sendirian, aku antar kalian, ya,” kata Edith sambil membukakan pintu taksi yang dia panggil.Setelah menaruh Yuna di kursi belakang, Stella langsung masuk ke dalam dan menutup pintu, “Nggak apa-apa, Kak Edith. Biar aku saja yang antar pulang. Paling nanti biar aku yang jagain Kak Yuna di rumahnya. Kak Edith kan besok masih harus kerja. Nanti aku kabarin kalau sudah sampai.”“Eh … ya sudah, kalian hati-hati, ya. Kalau ada apa-apa langsung kasih tahu aku.”Akhirnya Stella merasa jauh lebih lega
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Stella melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri seperti apa hunian orang kaya. Baik dari luas tempat dan interior, bahkan sampai keamanannya benar-benar membuat orang berdecak kagum. Belum lagi bicara soal taman pribadi yang ditata apik sebagai tempat mobil parkir.Semua fasilitas ini membuktikan kalau Brandon memang orang yang tidak kekurangan uang sepeser pun.Frans membukakan pintu mobil agar Brandon bisa menggendong Yuna turun. Tubuhnya yang terlihat kurus itu tak disangka ternyata menyimpan tenaga yang cukup besar. Brandon mampu menggotong tubuh Yuna tanpa terlihat kelelahan sedikit pun.Melihat Brandon sudah membaringkan Yuna di sofa, Stella buru-buru membantunya membawakan segelas air, tapi dia tidak bisa menemukan di mana dispenser berada. Ingin mengambil selimut pun, dia tidak tahu di mana selimut disimpan di mana. Mau pulang pun Stella tidak berani selama Brandon masih belum mengizinkannya pulang. Dia hanya diam di tempat dengan rasa c
Brandon menaruh tangannya di punggung Yuna dengan lembut dan menasihatinya, “Kalau nggak bisa minum, jangan minum banyak-banyak. Gimana kalau sampai kenapa-napa?”Jika dipikir-pikir lagi, untung saja Yuna bisa pulang dengan selamat dan Brandon juga datang tepat waktu. Jika tidak, mau tidur di mana dia malam-malam begini?“Aku minumnya nggak banyak! Aku cuma ….”Yuna membentangkan jari tangannya dan menghitung satu per satu menggunakan tangan satunya lagi. “Satu, dua, tiga … lima! Aku cuma minum lima gelas! Asal kamu tahu saja, ya, Edith minumnya jauh lebih banyak dari aku. Padahal baru mulai, tapi dia sudah mabuk duluan! Hahaha ….”Brandon, “….”Diri sendiri sudah mabuk seperti ini saja masih bisa menertawai orang lain.“Lain kali kamu nggak boleh minum kalau nggak ada aku.”Brandon memutuskan untuk sedikit membatasi Yuna karena jika tidak demikian, bisa-bisa dia akan melewati batas.“Jadi kalau ada kamu, aku boleh minum? Kalau begitu kita minum segelas, yuk? Menikah harus kita rayain
Kepala Yuna terasa sedikit tidak nyaman ketika dia terbangun. Yuna masih kebingungan ketika melihat lingkungan yang familier ketika dia membuka matanya. Selimut yang menutupi tubuhnya terjatuh dan tercium aroma sedap yang masih tersisa di udara.Apakah Yuna mengigau? Kalau tidak salah ingat, kemarin malam dia sedang makan-makan dengan Edith dan Stella di restoran, lalu apa yang terjadi setelah itu? Masih tersisa sedikit memori semalam, tapi Yuna tidak bisa mengingatnya dengan jelas.Rasa sakit di kepalanya semakin mengganggu seketika Yuna berdiri dengan kedua kakinya. Dia pun segera duduk kembali baru merasa sedikit lebih baik,“Sudah bangun?”Brandon baru saja keluar dari dapur dan melihat Yuna seperti itu, tapi dia tidak yakin apakah Yuna sudah sadar sepenuhnya atau masih mabuk.“Kamu … yang jemput aku pulang?” tanya Yuna sembari memijat keningnya.“Asisten kamu yang antar kamu pulang. Untung saja aku ketemu dia di gerbang depan.”“Oh ….”Untung saja Brandon berpapasan dengan Stella
“Apa, nih? Kok wangi?” tanya Yuna seraya menghirup aroma yang mengisi kamarnya.“Aku bikinin sup buat redain hangover kamu,” ucap Brandon sambil membawakan semangkuk sup hangat. “Cepat dihabisin selagi masih hangat. Habis itu kamu mandi dan istirahat lagi.”“Aku sudah nggak ngantuk!” kata Yuna, lalu dia mengaduk sup itu dengan sendok dan berkata, “Kamu yakin ini sup buat hangover?”Yuna belum pernah minum sup itu, tapi apa yang ada di bayangannya, sup itu memiliki rasa yang enah. Namun ketika melihat isi mangkuk tersebut, ada berbagai macam herbal di dalamnya … serta beberapa benda yang tidak Yuna kenali. Warna dan aroma supnya cukup menggugah selera.“Iya harusnya,” jawab Brandon, “Ini pertama kalinya aku bikin, aku lihat resepnya di internet. Kebetulan semua bahannya ada di rumah, jadi aku coba bikin.”Brandon mencicipi sup buatannya sendiri dengan sendok yang Yuna pegang, kemudian dia berkata dengan nada serius, “Rasanya oke.”Yuna sungguh terharu sampai tidak tahu lagi harus berka
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki
Kotaknya sangat berat, bisa dipastikan isi kotak itu adalah sesuatu yang cukup besar. Napas Brandon mau berhenti rasanya membawa kotak itu, dia lantas membuka tutupnya dengan sangat pelan dan hati-hati ….Benar saja, di dalam kotak itu ada dua orang bayi yang terbungkus rapi dengan selimut. Kedua anak itu tertidur dengan sangat lelap. Brandon merasa sedikit lega melihat kedua anak itu, tetapi masih ada satu hal yang perlu dia pastikan. Dia mendekatkan jarinya ke hidung ke dua anak it untuk memastikan apakah mereka masih hidup. Dan ternyata ya, kedua anak itu memang sedang tertidur lelap dan masih bernapas.“Isinya benar anak-anak!” seru Brandon.Shane nyaris saja meneteskan air mata mendengar itu. Dia bahkan terlihat lebih bahagia daripada Brandon karena apa yang terjadi pada Nathan membuat dia memiliki empati yang kuat, seolah kedua anak di dalam kotak itu adalah anaknya sendiri. Selama kedua anak itu dapat mereka selamatkan, Shane masih punya harapan kalau suatu saat Nathan juga past
Hari perlahan mulai gelap sementara Brandon menunggu di lokasi yang dijanjikan. Sesuai dengan isi pesan tersebut, Brandon menunggu di jalan Tangkira dan berdiri di bawah pohon urutan keenam. Orang yang diutus oleh Edgar juga sudah bersiaga di perimeter. Begitu mereka melihat ada seseorang yang melakukan transaksi dengan Brandon, mereka akan langsung mengamankannya. Semuanya sudah berjalan sesuai rencana, tetapi Brandon masih merasa sedikit cemas meski tidak begitu tampak dari luar.Tidak pernah dia merasa setegang ini sebelumnya, bahkan ketika waktu dia pertama kali mengambil alih Setiawan Group. Membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan anak kandung yang belum pernah dia temui sebelumnya membuat detak jantung Brandon berdegup kencang, apalagi saat memikirkan kalau ini hanyalah perangkap.Bagaimana kabar Yuna dan anak-anaknya di sana? Dokter itu juga tidak pernah muncul lagi setelah dia menawarkan diri untuk menjadi mata-mata. Brandon curiga dia mungkin sudah tertangkap oleh F