Brandon menaruh tangannya di punggung Yuna dengan lembut dan menasihatinya, “Kalau nggak bisa minum, jangan minum banyak-banyak. Gimana kalau sampai kenapa-napa?”Jika dipikir-pikir lagi, untung saja Yuna bisa pulang dengan selamat dan Brandon juga datang tepat waktu. Jika tidak, mau tidur di mana dia malam-malam begini?“Aku minumnya nggak banyak! Aku cuma ….”Yuna membentangkan jari tangannya dan menghitung satu per satu menggunakan tangan satunya lagi. “Satu, dua, tiga … lima! Aku cuma minum lima gelas! Asal kamu tahu saja, ya, Edith minumnya jauh lebih banyak dari aku. Padahal baru mulai, tapi dia sudah mabuk duluan! Hahaha ….”Brandon, “….”Diri sendiri sudah mabuk seperti ini saja masih bisa menertawai orang lain.“Lain kali kamu nggak boleh minum kalau nggak ada aku.”Brandon memutuskan untuk sedikit membatasi Yuna karena jika tidak demikian, bisa-bisa dia akan melewati batas.“Jadi kalau ada kamu, aku boleh minum? Kalau begitu kita minum segelas, yuk? Menikah harus kita rayain
Kepala Yuna terasa sedikit tidak nyaman ketika dia terbangun. Yuna masih kebingungan ketika melihat lingkungan yang familier ketika dia membuka matanya. Selimut yang menutupi tubuhnya terjatuh dan tercium aroma sedap yang masih tersisa di udara.Apakah Yuna mengigau? Kalau tidak salah ingat, kemarin malam dia sedang makan-makan dengan Edith dan Stella di restoran, lalu apa yang terjadi setelah itu? Masih tersisa sedikit memori semalam, tapi Yuna tidak bisa mengingatnya dengan jelas.Rasa sakit di kepalanya semakin mengganggu seketika Yuna berdiri dengan kedua kakinya. Dia pun segera duduk kembali baru merasa sedikit lebih baik,“Sudah bangun?”Brandon baru saja keluar dari dapur dan melihat Yuna seperti itu, tapi dia tidak yakin apakah Yuna sudah sadar sepenuhnya atau masih mabuk.“Kamu … yang jemput aku pulang?” tanya Yuna sembari memijat keningnya.“Asisten kamu yang antar kamu pulang. Untung saja aku ketemu dia di gerbang depan.”“Oh ….”Untung saja Brandon berpapasan dengan Stella
“Apa, nih? Kok wangi?” tanya Yuna seraya menghirup aroma yang mengisi kamarnya.“Aku bikinin sup buat redain hangover kamu,” ucap Brandon sambil membawakan semangkuk sup hangat. “Cepat dihabisin selagi masih hangat. Habis itu kamu mandi dan istirahat lagi.”“Aku sudah nggak ngantuk!” kata Yuna, lalu dia mengaduk sup itu dengan sendok dan berkata, “Kamu yakin ini sup buat hangover?”Yuna belum pernah minum sup itu, tapi apa yang ada di bayangannya, sup itu memiliki rasa yang enah. Namun ketika melihat isi mangkuk tersebut, ada berbagai macam herbal di dalamnya … serta beberapa benda yang tidak Yuna kenali. Warna dan aroma supnya cukup menggugah selera.“Iya harusnya,” jawab Brandon, “Ini pertama kalinya aku bikin, aku lihat resepnya di internet. Kebetulan semua bahannya ada di rumah, jadi aku coba bikin.”Brandon mencicipi sup buatannya sendiri dengan sendok yang Yuna pegang, kemudian dia berkata dengan nada serius, “Rasanya oke.”Yuna sungguh terharu sampai tidak tahu lagi harus berka
Brandon merenung sejenak dan bicara langsung ke intinya, “Di satu sisi, kamu masih karyawan baru.”Yuna hanya mengangguk karena memang itulah kenyataannya. Meski sepak terjangnya di industri parfum bisa dibilang cukup lama, tetap saja selama ini dia hanya bekerja di belakang layar. Bahkan bisa dibilang jarang sekali ada orang yang tahu kalau Yuna itu sebenarnya adalah peracik parfum. Semua produk yang dia kembangkan dulu diambil alih oleh VL, dan segala reputasi dan kehormatan yang seharusnya menjadi milik Yuna juga direbut oleh Valerie. Kalaupun New Life memberikan kesempatan pada Yuna untuk berkarya, tetap saja dia masih orang baru.Barang high-end tentu memiliki target pasar kalangan atas, dan harganya juga jelas tidak murah, jadi wajar jika pembeli akan sangat kritis terhadap produk yang mereka beli. Parfum yang mereka cari tentu harus berasal dari peracik parfum ternama. Ini berlaku tidak hanya di industri parfum, tapi juga industri lain di luar sana.Mewujudkan hal ini bukanlah h
Sama halnya seperti sekarang, Valerie bisa mencium bau alkohol dari tubuh Lawson. Namun dia juga tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menutup hidungnya.“Kamu minum lagi?”“Hidung kamu sesensitif itu? Kalau begitu coba tebak tadi aku makan apa?” jawab Lawson sambil mendekatkan diri ke Valerie. Bau alkoholnya langsung menguar semakin dahsyat sampai membuat Valerie mual.“Jangan kayak gitu!”“Kamu masih malu-malu, ya? Anggap saja ini sebagai latihan. Sebagai peracik parfum, hidung kamu harus peka.”“Cukup, nggak usah aneh-aneh kamu! Waktu kita nggak banyak. Kita harus cepat cari tahu di mana letak masalahnya. Ingat janjimu. Terus, kondisi kamu yang kayak begini sekarang … apa bisa?”“Kamu meragukan kemampuanku?” tanya Lawson sambil menekan tombol lift.Valerie, “….”Tak lama mereka berdua pun tiba di lab. Pintu sudah terkunci rapat dan barang-barang di dalam juga sudah dibereskan. Untung saja Valerie sudah melakukan survey area terlebih dahulu, jadi dia tahu di mana lokasi sampel barang
Kemampuan Valerie menurun pesat secepat ini karena sensitivitas hidungnya sudah jauh berkurang dan memang sejak awal bakatnya yang kurang, ditambah lagi dia sudah jarang latihan. Namun setidaknya dia masih tahu beberapa prinsip dan prosedur dasar dalam pembuatan parfum, jadi dia juga ikut membantu.Harus diakui Lawson cukup keren jika dia sedang bekerja serius. Dia meneteskan minyak esensial yang sudah diekstrak ke dalam cairan dan ditambahkan lagi dengan beberapa bahan mentah, lalu mengaduk rata dan ditaruh di dalam rak untuk menunggu hasil akhirnya. Total ada tiga buah tabung dengan tiga metode yang berbeda.“Pasti ada salah satu dari ketiga ini yang ngasih hasil yang kita mau, bahkan bisa saja kita dapat kejutan lain.”“Maksud kamu, tiga tabung ini hasil akhirnya sama, tapi bakal ada sedikit perbedaan?” tanya Valerie.“Pintar juga kamu!”“Tapi kalau begitu apa gunanya? Nggak banyak orang yang mau beli parfum dengan aroma yang mirip-mirip. Mereka pasti milih yang aromanya mereka suka
Sebelum Valerie sempat menghembuskan napas lega, tiba-tiba dia merasa tubuhnya terangkat sampai ke meja yang ada di belakangnya. Valerie panik mengingat apa yang dikatakan oleh dokter sebelumnya, jadi dia segera menggunakan kedua tangannya sekuat tenaga menahan Lawson.“Lawson, tunggu! Jangan!”“Jangan?!” Wajah Lawson yang semula tersenyum seketika berubah menjadi muram dan mengerikan, “Valerie, kamu mau kabur dari aku padahal aku sudah bantuin kamu? Jangan lupa, kalau masalah yang kamu punya ini masih belum selesai!”“Bukan begitu! Aku nggak bermaksud abur, sebenarnya … aku lagi hamil, makanya aku nggak bisa ….”Seketika tebersit ekspresi kaget di bola mata Lawson yang berwarna biru cerah itu, lalu dia berpikir dan memberikan sebuah pertanyaan, “Anaknya Logan?”“Dokter bilang beberapa hari ini kondisi badanku kurang fit. Aku bukannya sengaja cari-cari alasan … tapi kamu tahu sendiri aku juga punya masalahku sendiri.”Akhirnya Lawson melepaskan tangannya setelah mendengar penjelasan da
“Tapi bukan berarti sekarang aku aku bisa bersetubuh sama kamu. Badanku sekarang lagi peradangan. Tunggu sampai badanku pulih, ya? Kamu nggak perlu khawatir. Aku pasti menepati janjiku,” tutur Valerie sambil mengelus dada Lawson untuk menenangkannya, “Aku dapat kabar katanya sekarang Yuna lagi libur, dia mungkin bakal pergi jalan-jalan. Di Suba kita mungkin nggak ada kesempatan, tapi kalau di tempat yang jauh, kita bisa cari kesempatan buat beraksi.“Serius?” tanya Lawson ragu.“Iya! Produk yang dia kembangin sudah selesai. Aku rasa dia pati bakal pergi buat persiapan produk berikutnya.”Sebenarnya Valerie kesal ketika membicarakan hal ini. Situasinya belakangan ini sedang kurang baik. Tidak hanya formula produknya yang bermasalah, tubuhnya juga sedang tidak fit dan harus menghadapi orang berbahaya seperti Lawson, tapi Yuna?! Setelah dia meninggalkan VL, bukannya terpuruk, karirnya malah berkembang di bawah naungan New Life.Parfum baru seakan-akan tidak lebih dari sekadar mainan di ta
“Siapa aku?” Rainie bertanya.”“Kamu tuanku.” Walau terdapat sedikit keraguan, Shane tetap menjawab Rainie dengan patuh.Rainie masih menaksir Shane, mulai dari atas sampai bawah, lalu dia menyipitkan matanya dan bertanya, “Masa iya? Tapi kamu kok kayaknya nggak menuruti perintah tuanmu?”“Kamu memang tuanku, tapi kamu juga harus menepati janjimu,” kata Shane. “Dulu bos kita masih mengizinkan aku untuk ketemu anakku sebentar, tapi sekarang aku nggak dapat kabar tentang dia sedikit pun. Kamu ….”“Dia sudah mati,” kata Rainie secara mendadak.Terkejut mendengar itu, raut wajah Shane pun terlukis ekspresi panik. “Apa?”“Kubilang … dia sudah mati! Anakmu sudah mati.”“Apa kamu bilang? Ulangi sekali lagi!” Shane membentak dengan suaranya yang gemetaran, seolah-olah dia tidak mendengar apa yang Rainie katakan. “Bohong … kamu pasti bohong! Nathan … Nathan pasti baik-baik saja!”“Aku nggak bohong. Ini ulahnya Fred. Dia yang membunuh anakmu. Aku nggak kasih tahu karena takut kamu jadi sedih. Ta
“Namanya Shane.”Dengan suara lirih Ratu menyebut namanya sekali lagi, dan merasa nama itu tidak asing. Dia lantas menatap anak buahnya itu dan memikirkan sesuatu.“Apa sebaiknya usir saja orang itu?” tanya si anak buah itu.“Jangan, suruh Rainie temui dia.”Meski bertanya-tanya, anak buah itu tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh sang Ratu kepadanya. Di satu sisi, sang Ratu ingin melihat sebenarnya apa yang sedang Rainie rencanakan. ***Shane dipersilakan masuk dan dibawa ke ruang tamu untuk duduk sejenak. Mata Shane menyapu ke empat penjuru. Karena ini bukan kedatangannya yang pertama kali, kurang lebih dia masih ingat gambaran gedung ini secara kasar meski tidak terlalu detail. Selagi duduk di sana, di tangan Shane hanya membawa satu ponsel miliknya. Dia menunggu sambil mengelus ponsel tersebut untuk mengusir kebosanan.Setelah beberapa saat berlalu, dari luar ruang tamu dia mendengar langkah kaki yang mendekat, lalu Rainie pun menampakkan diri. Ketika melihat Shane, awalnya
Sang Ratu terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu di kepalanya. Maka Yuna pun melanjutkan, “Ya benar aku memang belum setua itu dan ngga tahu gimana rasanya. Apa aku akan takut mati dan berusaha mati-matian untuk bisa terus hidup, aku nggak tahu. Tapi aku rasa apa pun yang terjadi, setiap orang harus punya batas. Seandainya aku mau terus hidup, nggak sepantasnya aku sampai mengorbankan nyawa orang lain. Anakku, temanku, saudaraku, kalau mereka sampai disakiti, aku juga pasti bakal sedih. Karena aku nggak mau orang lain memperlakukan aku dan orang terdekatku seperti itu, aku juga nggak melakukannya ke orang lain. Seperti yang orang sering bilang. Kalau nggak mau dijahati, jangan menjahati orang lain duluan.”“Aku capek,” kata Ratu seraya memejamkan matanya. “Kamu istirahat saja dulu.”“Ratu, aku harap kamu bisa mengerti. Sebenarnya kehidupan abadi ini nggak realistis. R10 cuma ilusi. Aku cuma membuatnya sesuai dengan resep yang mereka kasih. Masalah bisa berhasil atau nggak … aku bena
Selama ini Fred selalu memperlakukan Yuna dengan sangat buruk karena berpikir toh cepat atau lambat Yuna juga akan mati dijadikan tubuh pengganti Ratu. Fred masih tetap akan merawat Yuna dengan baik dengan memberikan makan yang layak, tetapi jangan harap dia akan membebaskan Yuna.“Kamu nggak percaya aku? Kalau nggak percaya, aku bisa ….”Yuna langsung menyela sebelum sang Ratu selesai bicara, “Nggak. Justru sebaliknya. Aku percaya sama kamu! Kamu adalah ratu, sudah pasti kamu akan memegang kata-katamu. Kalau dari awal kamu nggak berniat membebaskan aku dan mau aku mati di sini, kamu nggak perlu menipuku segala. Tapi karena sekarang kamu bilang begini, berarti kamu berniat untuk membebaskan aku. Justru aku yang seharusnya berterima kasih karena masih diampuni!”Memang rasanya sedikit canggung untuk dikatakan, tetapi kata-kata itu tulus keluar dari lubuk hati Yuna. Ratu bisa dengan mudah membunuh Yuna kapan saja dia mau, tetapi dia lebih memilih untuk repot sedikit mencari tubuh yang ba
“Kamu nggak takut mati karena kamu masih muda. Kamu masih belum sampai di umurku,” kata sang Ratu lirih. “Dulu aku juga mengira aku nggak takut mati. Aku nggak takut apa pun. Aku bisa menghadapi semuanya tanpa ada rasa takut. Aku bisa keluar sebagai pemenang menghadapi kesulitan apa pun. Tapi, sejak beberapa tahun terakhir aku mulai sadar, kalau sebenarnya masih ada banyak banget masalah yang nggak bisa aku selesaikan. Di situ aku baru sadar. Aku nggak mau mati!”Tiba-tiba sang Ratu embali menatap Yuna dengan tegas, tetapi ada juga sedikit kepasrahan dalam dirinya.“Aku benar-benar nggak mau mati. Masih banyak hal yang belum aku selesaikan. Masih ada banyak hal penting yang harus aku kerjakan. Apa kamu bisa mengerti perasaanku ini? Kamu tahu seperti apa rasanya diburu-buru tanpa waktu yang cukup?”“Aku mengerti!” jawab Yuna.“Nggak. Kamu nggak akan mengerti!” bantah sang Ratu. “Kamu mana mungkin bisa mengerti? Kamu masih muda, cantik, dan penuh energi! Kamu juga pintar, punya keluarga
Hanya saja meski sang Ratu dengan nada yang penuh perhatian menyuruh Rainie untuk beristirahat, mataya masih tak lepas dari Yuna. Rainie pun ikut melirik ke arah Yuna. Yuna sedikit pun tidak melihat Rainie, bahkan di sudut matanya pun tidak.Hal itu membuat Rainie merasa tersinggung, dia seperti diabaikan. Sejak kecil, Rainie paling tidak suka diabaikan oleh orang lain. Dengan kerja kerasnya dia ingin orang-orang melihat pencapaiannya, tetapi sekarang perasana diabaikan itu malah selalu mengikutinya ke mana pun dia pergi. Di mana pun Yuna berada, di situlah Rainie akan terus hidup dengan perasaan itu. Dia bagaikan sebuah bayangannya Yuna yang selalu ada di sana tetapi tidak pernah dianggap.“Hari ini adalah waktu yang paling pas untuk menjalankan eksperimennya. Yang Mulia harus memanfaatkan kesempatan ini dengan baik!” kata Rainie berusaha untuk membujuk sang Ratu sebisa mungkin. Hanya dengan itu, eksperimennya akan bisa berjalan di hari itu juga, dan semuanya akan berubah.“Aku sudah
“Yang kamu bilang itu benar juga!” kata Ratu seraya menatap Rainie dan tersenyum puas.Rainie merasakan ketenangan batin melihat sang Ratu tersenyum padanya. Setidaknya itu mengartikan bahwa apa yang dia katakan itu sejalan dengan pemikiran sang Ratu. Ucapannya berhasil menarik hati Ratu dan mungkin saja Ratu bersedia mendengarkannya.“Ratu, kalau kamu masih bersikeras, aku nggak mau lagi. Aku mundur,” kata Yuna. Sudah terlanjur sampai sejauh ini, Yuna terpaksa mogok kerja untuk mendesaknya. “Aku nggak mau melakukan eksperimen yang jelas akan gagal.”Namun seketika Ratu baru mengerutkan keningnya sebentar, Rainie dengan tidak sabarnya berkata, “Kalau kamu nggak mau, biar aku saja!”“Rainie, kamu ….”“Yang Mulia, sejujurnya aku juga bisa diandalkan. Aku nggak berani mengklaim kalau aku lebih hebat dari Yuna, tapi minimal aku sudah dapat banyak penghargaan internasional. Aku mengaku waktu mengembangkan R10, aku nggak sebaik Yuna karena itu memang bukan bidang yang aku dalami. Tapi kalau
Seraya menarik napas panjang, Yuna berkata kepada sang Ratu, “Ya! Benar aku memang mau menolong anak itu, tapi apa yang aku bilang juga nggak salah! Eksperimen ini punya tingkat risiko yang tinggi, dan kamu tahu sendiri itu. Sebelumnya kita pernah membahas soal ini, bukan sekarang aku baru mengungkitnya. Kamu pasti masih ingat.”Dengan adanya Rainie yang mencoba untuk mengacaukan situasi, Yuna hana bisa menggunakan pembahasan dia dengan Ratu sebelumnya untuk membujuk dia, dengan harapan dia akan percaya dan mau berubah pikiran.Sang Ratu langsung terdiam mendengar itu, dan dia juga terlihat sedang berpikir mengingat kembali apa yang dia dan Yuna bicarakan.Melihat sang Ratu mulai terhasut, Rainie kembali berkata, “Yang Mulia, jangan percaya sama dia! Eksperimen ini memang berisiko dan persentase untuk berhasil rendah, tapi apa pun yang dia bilang tujuannya cuma untuk menolong anak itu! Jangan percaya, atau Anda yang bakal terkena tipu muslihatnya!”Di saat itu Yuna sudah meledak. Dia m
“Yang Mulia, jangan dengarkan dia. Dia penipu!”Tiba-tiba ada suara yang datang memecah situasi yang tegang itu. Yuna spontan kaget mendengarnya. Sedikit lagi dia hampir berhasil membujuk sang Ratu. Tatapan mata Ratu tampak goyah saat dia mendengar tawaran Yuna, tetapi teriakan itu justru malah membuat Ratu tersadar kembali.Ratu dan Yuna sama-sama menoleh ke asal suara itu berasal. Di sana mereka melihat Rainie yang bersembunyi di pojokan sedang berjalan mendekat ke posisi sang Ratu berada. Saat Rainie baru melangkahkan kakinya, dia dicegat oleh penjaga. Di situ dia pun berhenti dan menatap sang Ratu dengan penuh pengharapan. Sang Ratu meminta anak buahnya untuk membiarkan Rainie mendatanginya. Maka Rainie pun maju dan berdiri persis di hadapan sang Ratu, membungkuk dan berkata, “Yang Mulia, Yuna bilang begitu karena dia cuma mau menolong anak kecil itu. Sebenarnya ini nggak terburu-buru, itu cuma alasan dia saja.”“Kamu siapa?” tanya sang Ratu.“Namaku Rainie. Aku juga pernah bekerj