Brandon tahu dia tidak akan bisa membujuk Frans hanya dengan menggunakan cara biasa, karena itu dia mau tidak mau menggunakan Stella sebagai alasan supaya Frans mau mendengarkannya. Benar saja, ketika mendengar nama Stella terucap, dia langsung ragu, tetapi dia kemudian berkata, “Nggak, justru di saat seperti ini aku punya tugas yang lebih penting. Aku sudah familier dengan tempat itu, jadi harus aku yang pergi! Kalau nggak, sia-sia aku menyusup ke sana! Lagi pula sekarang sudah nggak banyak orang dari organisasi yang tersisa di sana. Kalaupun ada paling cuma anak buah rendahan. Jadi tenang saja, aku cuma cari orang, bukan cari ribut,” tutur Frans seraya tersenyum, dia ingin terlihat santai sebisa mungkin agar Brandon percaya padanya.Namun Brandon jelas tidak mungkin percaya begitu saja, dia berkata, “Cukup, nggak usah berakting di depanku! Kita berdua tahu tempat seperti apa itu. Kamu sudah terkena virus, kalau sampai kena virus lain lagi, yang hilang bisa-bisa nyawamu nanti! Apa kam
“Apa kamu bilang?!” seru Frans dan Stella serempak menatap Brandon.“Ya, aku serius.”“Pak Brandon, virus yang ada di badanku ini virus yang dibuat di sana, dan waktu itu virus ini sempat mengendalikan kesadaranku. Memang kemudian aku bisa sadar, tapi aku tahu nyawaku nggak akan lama lagi! Lagi pula waktu itu Bu Yuna sudah periksa nadiku. Dia juga ….”Frans mengira Brandon hanya ingin menghibur dirinya, maka dia berkata seperti itu. Dia tidak ingin Brandon harus berbohong dan memberikan harapan palsu kepada Stella.“Justru Yuna yang bilang bisa diobati!” sela Brandon.“Bu Yuna yang bilang?”“Kak Yuna?!”Brandon mengangguk, dan dia menjawab, “Iya, waktu itu dia bilang virus di badanku itu ganas dan bisa memakan organ dalam, tapi bukan berarti nggak ada obatnya. Nanti kalau dia sudah pulang, dia bisa obati kamu. Tapi … kamu harus bersabar sampai dia pulang. Makanya kubilang lebih baik kamu jangan bergerak sembarangan dulu. Kali ini nggak harus kamu yang pergi. Mending kamu di sini saja i
“Tunggu, kalian berdua mau ngapain?” Stella yang dari tadi hanya mendengarkan akhirnya buka suara juga. Dengan nada bicara yang pelan dia bertanya, “Tadi kalian bilang tempat penelitian vaksin?”“Iya, tempat penelitian vaksin yang itu. Tapi ini nggak ada hubungannya dengan kamu. Kamu istirahat saja, biar kamu yang urus semuanya.”“Jangan kira aku bakal cuma diam saja nunggu di rumah sedangkan kalian sibuk. Frans, aku nggak ngerti apa yang kalian lakukan, tapi bukan berarti aku nggak bisa ngapa-ngapain.” Stella lalu berjalan ke arah Brandon dan memberikan barang yang dia bawa. “Pak Brandon, ini aku punya beberapa barang yang Kak Yuna titipkan. Ini hasil eksperimen dia di lab yang sudah selesai. Aku juga bawa buku catatannya, siapa tahu bisa berguna.”“Eksperimen yang Yuna kerjakan?” tanya Brandon terkejut. “Tapi, yang selama ini dia kerjain cuma parfum, ‘kan? Ini … ah, oke, terima kasih.”Singkatnya, Brandon merasa itu tidak berguna sekarang, tetapi dia tetap tidak lupa untuk mengucapka
Karena Brandon bersikeras memerintahkan Frans untuk tidak pergi, Frans terpaksa menurutinya. Namun yang Frans tidak tahu, alih-alih mengirimkan orang lain, malah Brandon sendiri yang pergi ke sana. Dia mengemudikan mobilnya seorang diri ke pintu belakang tempat penelitian vaksin. Tempat ini terlihat tidak ada bedanya seperti biasa. Para pekerja di dalam masih masuk dan pulang kerja seolah tidak terjadi apa-apa. Namun itu wajar karena bagaimanapun, alur pekerjaan tetap berjalan. Hanya saja mereka tidak tahu bahwa eksperimen biadab yang dijalankan oleh organisasi misterius itu sudah berhenti sejak beberapa hari yang lalu.Beberapa peneliti yang masih tersisa benar-benar kebingungan. Mereka kehilangan kontak dengan atasan dan tidak ada lagi yang memberikan instruksi apa yang harus mereka kerjakan. Sebelum ini masih ada Rainie dan Shane yang mengatur pekerjaan, tetapi sekarang bahkan mereka berdua juga sudah menghilang sejak dua hari terakhir. Untung saja setidaknya kebutuhan dasar seperti
Di bagian yang paling dalam masih ada sebuah pintu. Brandon berhenti tepat di depan pintu tersebut dan mengamatinya. Pintu itu tentu saja dilengkapi dengan teknologi canggih yang hanya bisa dimasuki dengan sidik jari atau pupil. Brandon tidak selugu itu menganggap dia bisa masuk dengan mudah. Dia pun berpikir apakah ada cara lain agar dia bisa masuk ke dalam.Brandon mengeluarkan sebuah perangkat kecil yang dia simpan di pinggangnya dan memasangkan perangkat itu ke jarinya dan mencoba … mendekatkan jarinya ke sensor.Perangkat itu menyimpan sidik jari Yuna yang sebelumnya sudah Brandon siapkan untuk berjaga-jaga jika suatu hari diperlukan. Dalam perjalanannya kali ini, Brandon sudah menduga pasti akan terpakai, makanya dia membawanya. Tak disangka ternyata dugaannya tepat. Yuna sudah cukup lama bekerja di sini dan dianggap sebagai pekerja yang sangat penting. Makanya Brandon yakin dia bisa masuk ke dalam dengan menggunakan sidik jari Yuna.“Kamu siapa?!” tanya seseorang dari belakang s
Frans menarik Brandon menuju ke sebuah pojokan dan masuk ke ruangan terdekat yang ada di sana. Pintu dengan sendirinya tertutup, dan tak lama kemudian mereka mendengar langkah kaki di luar, dan suara orang yang berkata, “Benar ada penyusup? Tempat ini nggak mungkin dimasuki segampang itu!”“Udara di tempat ini sudah tercampur dengan aroma yang aneh, pasti ada penyusup. Cari dia!”Kemudian terdengar suara banyak orang yang berlari. Tampaknya mereka sudah mulai melakukan pencarian.“Bukannya sudah kubilang jangan ….”Brandon menarik kembali kata-katanya sebelum dia mengucapkannya keluar. Andaikan Frans tidak datang, dia akan mengalami kesulitan menghadapi mereka sendirian.“Aku nggak bisa tenang cuma diam saja di rumah. Situasi di sini sudah terlalu rumit, lagi pula ada ruang rahasia yang mungkin nggak bisa kamu temukan kalau aku nggak datang,” kata Frans. “Untung saja tadi kamu nggak masuk ke ruangan yang ada di paling dalam itu.”“Iya, aku tahu. Tadi aku lihat harus ada sidik jari atau
Rainie menculik Edgar untuk digunakan sebagai alat transaksi dengan organisasi, tetapi Edgar harus dalam keadaan hidup. Kalau Edgar sudah mati, maka dia tidak ada gunanya lagi. Rainie tidak mungkin melakukan hal sebodoh itu.“Jadi kira-kira masih ada tempat mana lagi yang mungkin untuk menyembunyikan Edgar?” tanya Brandon.“Setelah kupikir-pikir, satu-satunya tempat yang mungkin itu cuma di kantor mantan bos mereka! Sekarang dia sudah mati dan kantornya kosong. Biasanya juga nggak ada orang yang diizinkan keluar masuk ke sana. Sekarang itu jadi tempat yang paling cocok untuk menyembunyikan orang! Maaf, aku juga baru kepikiran, seharusnya dari awal aku kasih tahu.”“Nggak apa-apa, masih sempat! Ayo kita ke sana sekarang!”Dari luar mereka masih mendengar suara langkah kaki berlarian. Frans menempelkan telinga ke pintu dan berkata, “Kita nggak bisa keluar dari sini, pasti bakal ketahuan. Kita harus lewat jalan lain!”Setelah dia menunggu selama beberapa saat sampai tidak lagi terdengar s
“Untung saja ada kamu di sini,” kata Brandon. Berkat Frans yang mengetahui jalan rahasia untuk melarikan diri, mereka berhasil menghindari kejaran para pekerja di sini.“Awalnya aku cuma berniat melakukan sesuatu sebelum aku mati, aku juga nggak tahu ternyata bisa membantu di saat-saat sekarang!” Mengingat hal itu membuat Frans merasa sedikit bersalah karena dia hampir saja membuat keributan yang justru bisa membuat Yuna lebih kerepotan.“Nggak apa-apa, ini bukan salahmu!”Brandon kurang lebih sudah mendengar apa saja yang terjadi di sini dari Yuna. Pesan terakhir yang Yuna sampaikan pada Brandon adalah supaya Frans pulang dan istirahat, sembari menunggu Yuna kembali membawakan obat. Akan tetapi Brandon bahkan tidak bisa melakukan itu. Yang ada Frans malah ikut menyelinap ke sini bersamanya.“Pak Brandon, kita lewat sini!”Waktu tidak akan menunggu. Frans langsung memimpin jalan tanpa berlama-lama. Dia sudah cukup familier dengan tempat ini dan bisa tiba di kantor dengan cepat. Ruang k