Karena Brandon bersikeras memerintahkan Frans untuk tidak pergi, Frans terpaksa menurutinya. Namun yang Frans tidak tahu, alih-alih mengirimkan orang lain, malah Brandon sendiri yang pergi ke sana. Dia mengemudikan mobilnya seorang diri ke pintu belakang tempat penelitian vaksin. Tempat ini terlihat tidak ada bedanya seperti biasa. Para pekerja di dalam masih masuk dan pulang kerja seolah tidak terjadi apa-apa. Namun itu wajar karena bagaimanapun, alur pekerjaan tetap berjalan. Hanya saja mereka tidak tahu bahwa eksperimen biadab yang dijalankan oleh organisasi misterius itu sudah berhenti sejak beberapa hari yang lalu.Beberapa peneliti yang masih tersisa benar-benar kebingungan. Mereka kehilangan kontak dengan atasan dan tidak ada lagi yang memberikan instruksi apa yang harus mereka kerjakan. Sebelum ini masih ada Rainie dan Shane yang mengatur pekerjaan, tetapi sekarang bahkan mereka berdua juga sudah menghilang sejak dua hari terakhir. Untung saja setidaknya kebutuhan dasar seperti
Di bagian yang paling dalam masih ada sebuah pintu. Brandon berhenti tepat di depan pintu tersebut dan mengamatinya. Pintu itu tentu saja dilengkapi dengan teknologi canggih yang hanya bisa dimasuki dengan sidik jari atau pupil. Brandon tidak selugu itu menganggap dia bisa masuk dengan mudah. Dia pun berpikir apakah ada cara lain agar dia bisa masuk ke dalam.Brandon mengeluarkan sebuah perangkat kecil yang dia simpan di pinggangnya dan memasangkan perangkat itu ke jarinya dan mencoba … mendekatkan jarinya ke sensor.Perangkat itu menyimpan sidik jari Yuna yang sebelumnya sudah Brandon siapkan untuk berjaga-jaga jika suatu hari diperlukan. Dalam perjalanannya kali ini, Brandon sudah menduga pasti akan terpakai, makanya dia membawanya. Tak disangka ternyata dugaannya tepat. Yuna sudah cukup lama bekerja di sini dan dianggap sebagai pekerja yang sangat penting. Makanya Brandon yakin dia bisa masuk ke dalam dengan menggunakan sidik jari Yuna.“Kamu siapa?!” tanya seseorang dari belakang s
Frans menarik Brandon menuju ke sebuah pojokan dan masuk ke ruangan terdekat yang ada di sana. Pintu dengan sendirinya tertutup, dan tak lama kemudian mereka mendengar langkah kaki di luar, dan suara orang yang berkata, “Benar ada penyusup? Tempat ini nggak mungkin dimasuki segampang itu!”“Udara di tempat ini sudah tercampur dengan aroma yang aneh, pasti ada penyusup. Cari dia!”Kemudian terdengar suara banyak orang yang berlari. Tampaknya mereka sudah mulai melakukan pencarian.“Bukannya sudah kubilang jangan ….”Brandon menarik kembali kata-katanya sebelum dia mengucapkannya keluar. Andaikan Frans tidak datang, dia akan mengalami kesulitan menghadapi mereka sendirian.“Aku nggak bisa tenang cuma diam saja di rumah. Situasi di sini sudah terlalu rumit, lagi pula ada ruang rahasia yang mungkin nggak bisa kamu temukan kalau aku nggak datang,” kata Frans. “Untung saja tadi kamu nggak masuk ke ruangan yang ada di paling dalam itu.”“Iya, aku tahu. Tadi aku lihat harus ada sidik jari atau
Rainie menculik Edgar untuk digunakan sebagai alat transaksi dengan organisasi, tetapi Edgar harus dalam keadaan hidup. Kalau Edgar sudah mati, maka dia tidak ada gunanya lagi. Rainie tidak mungkin melakukan hal sebodoh itu.“Jadi kira-kira masih ada tempat mana lagi yang mungkin untuk menyembunyikan Edgar?” tanya Brandon.“Setelah kupikir-pikir, satu-satunya tempat yang mungkin itu cuma di kantor mantan bos mereka! Sekarang dia sudah mati dan kantornya kosong. Biasanya juga nggak ada orang yang diizinkan keluar masuk ke sana. Sekarang itu jadi tempat yang paling cocok untuk menyembunyikan orang! Maaf, aku juga baru kepikiran, seharusnya dari awal aku kasih tahu.”“Nggak apa-apa, masih sempat! Ayo kita ke sana sekarang!”Dari luar mereka masih mendengar suara langkah kaki berlarian. Frans menempelkan telinga ke pintu dan berkata, “Kita nggak bisa keluar dari sini, pasti bakal ketahuan. Kita harus lewat jalan lain!”Setelah dia menunggu selama beberapa saat sampai tidak lagi terdengar s
“Untung saja ada kamu di sini,” kata Brandon. Berkat Frans yang mengetahui jalan rahasia untuk melarikan diri, mereka berhasil menghindari kejaran para pekerja di sini.“Awalnya aku cuma berniat melakukan sesuatu sebelum aku mati, aku juga nggak tahu ternyata bisa membantu di saat-saat sekarang!” Mengingat hal itu membuat Frans merasa sedikit bersalah karena dia hampir saja membuat keributan yang justru bisa membuat Yuna lebih kerepotan.“Nggak apa-apa, ini bukan salahmu!”Brandon kurang lebih sudah mendengar apa saja yang terjadi di sini dari Yuna. Pesan terakhir yang Yuna sampaikan pada Brandon adalah supaya Frans pulang dan istirahat, sembari menunggu Yuna kembali membawakan obat. Akan tetapi Brandon bahkan tidak bisa melakukan itu. Yang ada Frans malah ikut menyelinap ke sini bersamanya.“Pak Brandon, kita lewat sini!”Waktu tidak akan menunggu. Frans langsung memimpin jalan tanpa berlama-lama. Dia sudah cukup familier dengan tempat ini dan bisa tiba di kantor dengan cepat. Ruang k
Spontan Brandon menoleh ke arah brankas ketika dia mendengar Frans mengatakan itu. Dia melihat kotak brankas itu sudah tergeletak di samping dengan keadaan terbuka lebar. Di dalamnya kosong tidak ada barang apa-apa lagi.“Kamu tahu sebelumnya di dalam brankas ini ada apa?”Frans menggelengkan kepala, “Kayaknya semacam obat. Mungkin Rainie atau peneliti lain yang membuatnya. Kemungkinan itu virus, tapi aku nggak yakin.”Frans meski sudah cukup lama bersembunyi di sini, dia tidak bisa menampakkan diri begitu saja dan harus tetap tidak terlihat orang para pekerja, sehingga wajar saja jika informasi yang dia dapatkan juga sangat terbatas. Brandon berjongkok di depan kotak brankas itu dan memeriksanya dengan cermat.“Ada apa?” tanya Frans. Namun Brandon tidak menjawab, dia hanya terus melihat isi kotak itu dan meraba ke dalam. Dia mengetuk-ngetuk dinding kotak dengan jarinya, yang ternyata mengeluarkan suara yang sedikit berbeda.“Kotak itu masih ada lapisan lagi di dalamnya?!” seru Frans k
“Kamu …. Ya sudah, gimanapun juga nggak ada salahnya memenuhi keinginan orang yang sebentar lagi akan mati. Anggap ini sebuah kehormatan untukmu bisa ketemu dia.”Akhirnya Yuna mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan siapa pun itu yang ada di balik semua bencana ini, tetapi kemudian Fred mengubah kata-katanya, “Tapi nggak sekarang. Pulihkan dulu badanmu itu, kalau sudah sehat, nanti aku bawa kamu ketemu dia.”“Sudah mau mati pun masih dikasih waktu untuk memperbaiki badan, kalian ini ternyata baik hati juga, ya!”Fred sepertinya tidak menyadari kalau itu adalah bentuk sindiran kepadanya, dia membalas, “Kami berharap badanmu itu bisa tetap sehat dan panjang umur. Oh ya, suami kamu … kelihatannya sibuk juga ya beberapa hari ini. Dia pasti … lagi mau menolong kamu! Tapi kurasa paling usahanya itu sia-sia! Aku tahu suami kamu punya bisnis besar di sini, bahkan di luar negeri juga punya banyak cabang. Dia dianggap sebagai orang yang hebat banget di sini, tapi sayang, karena pada akhirny
Sebenarnya, kematian dia sepenuhnya adalah kebetulan yang tidak disangka-sangka oleh siapa pun. Pertama-tama, kemunculan Frans adalah kejadian yang tak terduga. Yuna dan Shane tidak pernah berani macam-macam, tetapi Frans yang tidak tahu apa-apa tentang si bos itu tidak peduli.Frans berpikir toh sebentar lagi dia juga akan mati, jadi dia ingin berkontribusi sebelum ajal menjemput, yaitu balas dendam. Tidak hanya balas dendam, tetapi juga menghancurkan tempat jahanam itu, makanya dia langsung mengincar si bos.Penjagaan di sekitar si “Bos” tidak terlalu ketat sebenarnya. Alasan mengapa tidak ada yang pernah melabraknya adalah bukan karena tidak bisa, tetapi karena tidak berani. Oleh karena itu ketika bertemu dengan Frans yang kebal terhadap intimidasinya, tembok pelindung lapisan paling luar sudah pecah secara otomatis. Yuna dan Shane jadi tak sengaja ikut terlibat, kemudian si bos itu pasti tidak menyangka kalau dia juga dibuang oleh organisasi.Tentu saja, sangat mungkin organisasi m
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki
Kotaknya sangat berat, bisa dipastikan isi kotak itu adalah sesuatu yang cukup besar. Napas Brandon mau berhenti rasanya membawa kotak itu, dia lantas membuka tutupnya dengan sangat pelan dan hati-hati ….Benar saja, di dalam kotak itu ada dua orang bayi yang terbungkus rapi dengan selimut. Kedua anak itu tertidur dengan sangat lelap. Brandon merasa sedikit lega melihat kedua anak itu, tetapi masih ada satu hal yang perlu dia pastikan. Dia mendekatkan jarinya ke hidung ke dua anak it untuk memastikan apakah mereka masih hidup. Dan ternyata ya, kedua anak itu memang sedang tertidur lelap dan masih bernapas.“Isinya benar anak-anak!” seru Brandon.Shane nyaris saja meneteskan air mata mendengar itu. Dia bahkan terlihat lebih bahagia daripada Brandon karena apa yang terjadi pada Nathan membuat dia memiliki empati yang kuat, seolah kedua anak di dalam kotak itu adalah anaknya sendiri. Selama kedua anak itu dapat mereka selamatkan, Shane masih punya harapan kalau suatu saat Nathan juga past
Hari perlahan mulai gelap sementara Brandon menunggu di lokasi yang dijanjikan. Sesuai dengan isi pesan tersebut, Brandon menunggu di jalan Tangkira dan berdiri di bawah pohon urutan keenam. Orang yang diutus oleh Edgar juga sudah bersiaga di perimeter. Begitu mereka melihat ada seseorang yang melakukan transaksi dengan Brandon, mereka akan langsung mengamankannya. Semuanya sudah berjalan sesuai rencana, tetapi Brandon masih merasa sedikit cemas meski tidak begitu tampak dari luar.Tidak pernah dia merasa setegang ini sebelumnya, bahkan ketika waktu dia pertama kali mengambil alih Setiawan Group. Membayangkan sebentar lagi dia akan bertemu dengan anak kandung yang belum pernah dia temui sebelumnya membuat detak jantung Brandon berdegup kencang, apalagi saat memikirkan kalau ini hanyalah perangkap.Bagaimana kabar Yuna dan anak-anaknya di sana? Dokter itu juga tidak pernah muncul lagi setelah dia menawarkan diri untuk menjadi mata-mata. Brandon curiga dia mungkin sudah tertangkap oleh F