“Aku mau anakku! Ini terakhir kalinya aku minta!” Yuna lalu melihat sekelilingnya dan berkata dengan wajah muram. “Aku tahu kalian bisa mendengarku!”“Bu Yuna melahirkan anak kembar, satu cewek satu cowok. Mereka sekarang aman, jadi Bu Yuna nggak perlu takut!” kata dokter itu. “Tapi karena lahirnya agak prematur, mereka masih harus dirawat di ruang perawatan khusus. Kalau kondisi mereka sudah lebih stabil, nanti Bu Yuna bisa jenguk mereka.”Yuna tidak sepenuhnya percaya ketika mendengar itu, dia masih sedikit ragu dengan mereka dan bertanya, “Serius?”“Iya,” jawab dokter satunya lagi. “Yang paling penting sekarang adalah menjaga kesehatanmu. Cuma dengan begitu kamu bisa menemui anakmu.”“Aku nggak percaya. Aku mau melihat anakku sendiri langsung! Kalau aku nggak melihat anakku, aku mati saja sekarang!”Kedua dokter itu pun saling bertukar pandang. “Ini … Bu Yuna, kami butuh izin dulu dari atasan.”“Silakan, aku tunggu kalian!”Yuna tidak bergerak sedikit pun atau mengalah terhadap tunt
“Bu Yuna ….”Ketika kedua dokter itu baru saja akan mengatakan sesuatu, pintu kamar terbuka lebar, dan seorang pria yang berjalan dengan tongkatnya masuk.“Kamu mau ketemu aku?”Melihat itu, kedua dokter itu langsung membuka jalan untuknya. Yuna kembali berbaring di atas kasurnya dengan ekspresi wajah yang datar. Dia mengatur posisi badannya dan berkata, “Bukan kamu yang kumaksud.”“Oh ya? Tapi tadi kamu bilang …. Mungkin aku yang salah dengar.”“Nggak, kamu nggak salah dengar, aku juga nggak salah ngomong. Aku bilang mau ketemu dengan pimpinan kalian, dan orang itu jelas bukan kamu!” kata Yuna seraya menatap lurus ke plafon. Mungkin menatap plafon ini bisa dibilang adalah keahlian barunya yang baru dia dapatkan selama beberapa hari ke belakang. Yuna sanggup menatap plafon tanpa berkedip untuk waktu yang sangat lama.Pria itu mengangkat bahunya. Dia memberikan isyarat melalui matanya kepada salah satu dokter, dan dokter itu segera membersihkan noda darah yang terciprat, menusukkan kemb
Fred langsung terdiam dan tampak sedang berpikir keras. Benar seperti yang tadi Yuna katakan, dari sekian banyak peneliti di sini tidak ada satu pun yang sanggup merampungkan R10 untuk waktu yang begitu lama, maka dari itu mereka membutuhkan Yuna, karena berdasarkan semua informasi yang mereka kumpulkan, hanya Yuna seorang yang bisa. Benar saja, ketika hasil penelitian R10 keluar, Yuna telah berhasil. Akan tetapi … bahkan Yuna juga tidak bisa memastikan apa saja efek samping yang akan muncul ketika R10 itu digunakan ke manusia.“Aku nggak mau buang-buang tenaga terlalu banyak ngomong yang nggak perlu. Kita berdua sama-sama sudah tahu kalau kamu bukan yang mengambil keputusan akhir. Kalau begitu, langsung saja kasih tahu ke atasan kamu, aku nggak keberatan menunggu, tapi kesabaranku ada batasnya. Aku bisa dengan mudah merusak badanku sendiri kalau aku mau!”“.…”Fred menatap tajam Yuna dengan wajah muramnya, tetapi harus diakui, saat ini dia tidak bisa melakukan apa-apa terhadap Yuna. D
Yuna menatap dokter itu dengan ekspresi terkejut, tetapi dokter itu bersikap seolah tidak mengatakan apa-apa dan merapikan perlengkapannya dengan raut wajah datar, dan kemudian pergi dari kamar itu.Saat diingat-ingat kembali, tadi itu terasa seperti halusinasi, tetapi kata-katanya masih terasa sangat jelas di telinganya. Namun satu hal yang lebih penting lagi, dokter yang tadi mengatakan itu bukanlah dokter yang sebelumnya menyampaikan pesan dari Brandon. Maka itu berarti … dokter yang tadi juga adalah kawan? Atau mungkin … itu hanya sekadar perangkap saja?! ***Brandon telah berhasil menangkap Rainie, tetapi dia masih tidak tahu bagaimana sebaiknya dia memperlakukannya. Rainie adalah orang gila yang sangat berbahaya, jadi sudah pasti tidak mungkin dia dibiarkan bebas begitu saja, tetapi juga tidak mungkin Brandon membawanya ke pihak kepolisian sekarang. Makanya untuk sementara Brandon terpaksa hanya bisa menyekapnya.Brandon sudah berusaha mengorek informasi dari Rainie dua kali, te
Pada suatu hari di tengah malam, Yuna merasa mulutnya kering dan sakit kepala ketika dia terbangun dari tidurnya. Parfum bernama “First Love” yang sudah sekian lama dia racik akhirnya rampung juga. Setelah memenangkan penghargaan dalam kompetisi yang akan diadakan besok malam, pernikahan dia dengan Logan akan berjalan sesuai rencana. Mereka berdua sudah saling kenal selama lima tahun, terhitung sejak mereka masih kuliah sampai sekarang, dan mereka juga telah berpacaran selama tiga tahun silam. Yuna telah mengorbankan segalanya demi fokus mengembangkan parfum tersebut, hitung-hitung dia juga turut berjasa dalam kemajuan perusahaan Logan. Tampaknya masa depan yang cerah sudah siap menyambut Yuna, jadi malam itu dia memutuskan untuk merayakannya dengan minum-minum. Yuna memijat keningnya dan hendak mengambil segelas air, tapi di saat itu juga dia mendengar sebuah suara aneh yang berasal dari kamar sebelah. Hanya Yuna sendiri yang tinggal di unit apartemen tersebut. Logan memang terkad
Yuna harus mengumpulkan semua semangat yang dia miliki hanya untuk menyapa orang seperti Brandon. “Aku tahu Uniasia juga bakal ikut serta di kompetisi malam ini. Aku punya parfum yang baru saja aku ciptain. Aku harap dengan parfum ini, aku diizinin untuk bergabung sama tim Uniasia,” kata Yuna. “Uniasia sudah punya produk lain untuk ditampilin di kompetisi nanti,” balas Brandon. “Tapi kan barang yang boleh ditampilin di kompetisi nanti nggak cuma satu barang doang. Aku cuma berharap parfum buatanku bisa ikut serta, bukan menggantikan ….” “Atas dasar apa aku harus percaya sama parfum buatan kamu?” tanya Brandon yang langsung mematahkan ucapan Yuna. Yuna segera mengeluarkan setumpuk kertas dari tasnya dan berkata, “Ini resep dan data yang aku pakai untuk bikin parfum ‘First Love’ ini. Semoga ini cukup untuk mewakili ketulusan hatiku. Soal kualitas … tiga tahun yang lalu, Pak Brandon pernah kasih aku tawaran kerja, jadi aku yakin Bapak percaya sama kemampuanku. Jadi, hari ini aku juga
“Kenapa?” tanya Yuna seraya mendongakkan kepalanya. “Mana berkas First Love? Orang lab sudah cari ke mana-mana, tapi nggak ketemu. Kamu nggak tahu, ya, hari ini hari apa? Bukannya nunggu baik-baik di lab, malah keluyuran.” Logan juga menyadari ada goresan kecil di kaki Yuna, dan dia merasa sedikit bersalah karena itu. Akan tetapi, kompetisi yang akan diadakan malam ini jauh lebih penting daripada itu. “Bukannya pertunjukan barang baru dan kompetisinya baru mulai nanti malam? Toh waktunya juga masih panjang, jadi apa salahnya aku beli baju baru buat siap-siap?” Sebelum Logan sempat membalas ucapan Yuna, Valeria yang berada di sampingnya berkata, “Oh, memangnya kamu mau tampil ke atas panggung?” “Kenapa, nggak boleh?” balas Yuna seraya memutar bola matanya menjawab mantan teman baiknya itu. “Bukannya nggak boleh, aku cuma khawatir nanti kamu bakal kesusahan sendiri. Lagian, bukannya dari dulu kamu nggak pernah ikut acara kayak beginian?” tutur Valeria dengan senyum sinisnya yang se
Brandon membaringkan tubuh Yuna di atas sofa, kemudian berbalik untuk mengambil obat salep dan kapas alkohol. Brandon membersihkan area sekitar luka dengan kapas dan mengoleskan obat setelahnya. Sebenarnya luka sekecil itu sudah tidak mengeluarkan darah lagi selama perjalanan kemari, makanya permukaan kulit Yuna terasa adem saat kakinya diolesi oleh obat tersebut. Brandon begitu fokus mengoleskan obat dengan santai. Sekilas hal itu memang terlihat sangat sepele, tapi hal sesederhana itu pun tidak pernah Logan lakukan selama dia hidup bersama dengan Yuna. Maka itulah ada ungkapan yang mengatakan bahwa bukannya pria yang bersikap kasar pada wanita, tapi mereka memang tidak tertarik. Setelah mengoleskan obat itu, Brandon menatap Yuna yang sedang melamun dan bertanya padanya, “Kenapa?” “Nggak apa-apa,” bantah Yuna seraya menggelengkan kepalanya, lalu dia pun menurunkan kakinya dan berkata, “Makasih, ya.” “Kamu istriku, jadi nggak perlu berterima kasih. Tapi ada satu hal yang aku hara