“Kamu juga coba lihat sini,” kata Juan.Chermiko dipenuhi dengan tanda tanya di kepalanya, tetapi dia juga meletakan jarinya di atas pergelangan tangan Kenzi untuk mengecek. Nadinya sekilas terlihat normal, sama seperti ketika sedang sehat, tetapi yang namanya anak kecil pasti akan lebih cepat sedikit.Chermiko tidak bisa merasakan ada yang berbeda, maka dia pun menatap Juan kebingungan mencari jawabannya. Akan tetapi Juan hanya tersenyum kepadanya seakan sedang menunggu Chermiko menemukan jawabannya.Maka Chermiko kembali fokus, tetapi dia masih tidak bisa menemukan kejanggalan yang dari tadi dia cari.“Kakek, Kenzi sehat-sehat saja.”“Ya, dia memang sehat,” balas Juan tersenyum tipis. Dia cukup puas dengan hasil ini. Seorang anak kecil bisa tetap sehat di situasi seperti ini tentu adalah hal yang tidak mudah. Baginya ini merupakan kabar yang sangat baik.“Tapi … dari nadi nggak terlihat ada yang beda, ‘kan?”Maksud Juan adalah jangan hanya melihat Kenzi sudah sehat saja, tetapi juga
“Kamu main di kamar sendiri dulu, ya. Kakek capek mau istirahat,” kata Juan sambil menepuk pantat Kenzi.Kenzi sangat pintar. Dia tidak begitu mengerti apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini, tetapi dia cukup kooperatif. Belum lagi Brandon sempat berpesan sebelum dia pergi agar Kenzi menurut apa kata Juan dan Chermiko.“Oke, kalau Kakek kangen sama aku, panggil saja.”Kenzi pun berbalik dan menuruni kasur dengan kedua tangannya. Chermiko melihat itu berinisiatif untuk menggendongnya turun. Begitu sampai di depan pintu kamar, Chermiko menurunkannya dan berkata, “Kamu mau makan apa? Nanti aku minta beliin.”Mengira Kenzi akan kegirangan, tetapi nyatanya dia malah menggelengkan kepala dan berkata, “Nggak. Papa bilang aku nggak boleh ngerepotin orang lain. Sekarang Kakek lebih penting, jadi Om Chermiko jagain Kakek saja!”Suaranya yang begitu menggemaskan menyimpan sifat yang dewasa. Chermiko sungguh tidak bisa berkata-kata. Dulu dia selalu berpikir kalau anak kecil itu adalah makhluk
Rupanya dari tadi Juan terus menahan sakit dengan tekad bulat. Dia tidak ingin membuat Kenzi cemas dan melihat pemandangan yang mengerikan ini. Sedangkan Chermiko sebagai dokter malah sungguh mengira kakeknya sudah membaik.Betapa bodoh dan lugunya dia! Chermiko jadi sangat membenci dan menyalahkan diri sendiri yang tidak waspada. Lantas, dia pun membantu Juan berbaring di kasurnya dan meraba nadinya. Napasnya sangat tidak karuan, dan nadinya juga kadang cepat kadang lambat.“Kakek!”“Nggak apa-apa! Ambilkan handuk!”Chermiko bergegas mengambilkan dua handuk. Satu basah dan satu kering. Ketika melihat itu, Juan tersenyum dan berkata kepadanya, “Pintar kamu!”Dia ingin berkata sekarang Chermiko sudah cukup pintar. Tanpa perlu diingatkan dia sudah membawakan dua handuk, tetapi sayangnya dia tidak punya energi, bahkan untuk mengatakan dua kata sederhana itu saja sangat sulit.Chermiko mana bisa merasa berbangga diri mengetahui kakeknya sedang sekarat. Bisa untuk tidak menangis saja sudah
Setelah itu Juan kembali tertidur sama seperti dua hari yang lalu, hanya saja kali ini dia tertidur sangat lelap dan tak bisa dibangunkan. Chermiko mengamati, kelopak mata Juan tidak bergerak cepat lagi, yang mana berarti dia berada dalam kondisi tidur sangat nyenyak. Namun karena ada sedikit rasa cemas, Chermiko memeriksa naas dan nadinya. Walaupun masih sangat lemah, paling tidak Juan sudah tak berada dalam bahaya lagi. Bisa dibilang ini mukjizat baginya.Betapa galau dan bimbangnya Chermiko, di satu sisi dia tidak ingin membuang waktu di sini, tetapi di sisi lain dia tidak bisa melakukan itu karena situasinya saat ini.Di sini hanya ada dia yang bisa menjaga sisa penghuni rumah lainnya. Jika dia pergi, bagaimana dengan Juan, bagaimana dengan Kenzi, dan para pengawal rumahnya …?Setelah dipikir-pikir lagi, dia pun berdiri dan pergi ke balkon untuk melihat ke bawah. Dia menyaksikan pekarangan luas dengan hawa yang sangat mengenaskan. Bahkan tanaman yang biasanya tumbuh kuat di bawah s
Yuna sudah pernah coba merusak jendelanya. Suara keributannya cukup besar, tetapi tidak ada tanda-tanda retak sedikit pun. Orang yang berjaga di luar juga bahkan tidak mengecek, yang berarti mereka sangat percaya diri Yuna tidak akan bisa kabur.Setelah berusaha mencari jalan keluar hampir satu hari penuh, bukan hanya lelah saja yang Yuna rasakan, tetapi upayanya pun sia-sia. Untung saja di dalam kamar ini masih ada jam dinding. Semula Yuna masih biasa saja, berpikir kalau mereka cepat atau lambat akan datang. Akan tetapi tak disangka bahkan setelah tiga hari berlalu pun, mereka tidak datang. Di luar kedua anak Yuna yang makin hari makin tak bisa diam, setiap hari Yuna lewati tanpa ada perbedaan.Dia hanya bisa bergerak di dalam kamar. Lambat laun badannya mulai terasa berat hingga untuk berjalan pun rasanya lamban. Jika dia mengambil tindakan, kesempatannya untuk lolos pun sangat kecil.“Hey, aku mau ketemu pimpinan kalian!” kata Yuna kepada dua orang yang berjaga di depan. Namun sama
Namun yang datang ternyata bukanlah pimpinan mereka seperti apa yang Yuna nantikan, ataupun seseorang yang misterius. Yang datang justru adalah orang mengenakan jubah dokter berwarna putih dan memakai masker. Dua orang perawat yang mengikutinya juga membawa kotak peralatan, yang mana dengan melihat sekilas saja sudah bisa ditebak mereka pasti dokter.Yuna sungguh tidak menyangka mereka begitu cerdas. Bukannya menampakkan diri, malah mengirimkan dokter. Tadi Yuna sudah berbohong mengatakan sudah mau melahirkan. Jika memang begitu, maka dokter tentu bisa membantu. Jika bukan, mereka akan tahu Yuna telah berbohong.Dokter itu berjalan makin lama makin mendekat, dan tanpa basa basi langsung memulai pemeriksaan. Dua perawat juga turut melakukan perintah dokter setelah mereka menaruh kotak peralatan.Si dokter ingin mengambil stetoskop, ketika kotak peralatannya terbuka, Yuna mencermati alat-alat yang ada di dalam, dan secepat kilat mengambil sebuah jarum, memiting leher si dokter itu dan me
Yuna melihat kedatangan seorang pria yang berpakaian jas berwarna putih kuam. Dengan satu tangannya memegang tongkat yang indah, dia berdiri di sana dan melayangkan senyumannya pada Yuna. Warna rambut kuning keemasan, mata yang biru cerah, dia terlihat masih berusia sekitar 30-an tahun. Gayanya terlihat seperti gentleman klasik yang elegan. Jika pertemuan mereka berdua bukan di tempat ini, mungkin Yuna sudah mengira kalau dia adalah pria baik-baik yang sopan santun.Kedua penjaga tadi langsung berdiri tegak dan memberi hormat padanya. Tidak ada lagi yang peduli tentang keselamatan si dokter ataupun situasi yang kacau ini. Bahkan di dokter yang sedang terancam juga tidak lagi berteriak. Semua itu hanya karena kedatangan pria itu.“Salam kenal, Yuna,” kata pria itu.“Jadi kamu pimpinan mereka? Apa kamu juga ketua organisasi ini?” tanya Yuna.Pria itu membalas pertanyaan Yuna dengan senyuman, bukan dengan kata-kata. Dia tidak mengiyakan ataupun membantah. Dia hanya melambaikan tangannya
Itu hanya dugaan Yuna saja, karena cara kerja mereka benar-benar membuat Yuna bertanya-tanya apa yang sebenarnya mereka lakukan. Mereka sangat misterius, dan benar seperti apa yang Shane pernah bilang, siapa pun yang ada di balik organisasi ini tidak sesederhana yang mereka pikirkan.Namun bukan berarti karena mereka terlalu kuat dan sulit dihadapi, Yuna hanya diam saja tidak berusaha untuk memberikan perlawanan. Itu bukan sifat Yuna. Setidakberdaya apa pun dia, dia yakin masih bisa melawan.Pria itu tidak merasa terburu-buru untuk menjawab. Dia hanya berdiri santai memegang tongkatnya, sambil memiringkan kepala mengamati Yuna dengan saksama. Di saat itu tiba-tiba Yuna jadi menyesal dia sudah terlalu gegabah dalam bertindak. Seharusnya Yuna tidak mesti terburu-buru, hanya saja dikurung selama tiga hari membuat dia kehilangan kesabaran dan ketenangan. Belum lagi dia jug tidak tahu apa saja yang terjadi di dunia luar.Lantas, Yuna tidak lagi bertanya. Dia mengangkat gelas yang ada di de
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi
“Gimana caranya aku bisa memastikan kalau anak-anak yang suamiku terima itu benar-benar anakku?”“Hmm? Mau beralasan apa lagi kamu?”“Nggak, aku cuma mau memastikan kalau mereka itu benar anakku, bukan anak orang lain yang dijadikan pengganti.”Sebelumnya Yuna juga sudah berpikir adanya kemungkinan ini terjadi, tetapi ketika melihat Brandon membawa kotak itu dan memeriksa napas anak-anaknya, dia hampir meneteskan air mata. Brandon dikenal sebagai orang yang sangat dingin, tetapi Yuna bisa melihat sewaktu Brandon melakukan itu, jarinya sampai gemetar. Kelihatan sekali selama beberapa hari ini dia juga sangat menderita.Semenjak memutuskan untuk masuk ke tempat ini, Yuna tidak mengira akan terperangkap di sini untuk waktu yang sangat lama, bahkan sampai anak-anaknya lahir. Sudah sebulan penuh sejak kelahiran mereka, tetapi Yuna masih bisa bisa keluar. Bahkan ada kemungkinan dia akan terperangkap di sini untuk seumur hidup.Hidup atau mati sering kali terjadi hanya dalam sekejap mata dan
“Yang perlu kita curigai sekarang adalah kalau anak-anak ini bukan punyaku, berarti mereka siapa? Dan dari mana datangnya mereka? Tapi kalau benar mereka anakku … apa mau mereka?”“Apa mungkin mereka mau menggunakan anak-anakmu untuk mengancammu?” kata Shane. “Atau ….”“Atau apa?”“Nggak, nggak apa-apa! Aku cuma asal ngomong saja.”Mendengar Shane bilang begitu, Brandon juga tidak bertanya lagi lebih dalam. Brandom mengamati raut wajah Chermiko kelihatannya kurang begitu baik. Dia tampak sangat serius dengan kening yang mengerut.“Apa pun keadaannya, anak-anak ini sudah ada di tangan kita. Kita tetap harus merawat mereka dengan baik. Kalian berdua tidur saja dulu, biar aku yang jaga mereka.”“Jangan, kamu sudah kelelahan dari beberapa hari belakangan. Banyak hal yang perlu kamu ambil keputusan langsung, jadi kamu saja yang tidur, biar aku yang jaga!” kata Shane.“Kalian berdua tidur saja. Aku dokter, biar aku yang jaga!” ucap Chermiko.“Sudah, sudah, jangan diperdebatkan lagi! Kemungki