“Aku akan suruh orang periksa,” kata Liman, “bagaimana kamu tahu dia diracuni?”Begitu Liman selesai bertanya, dia pun merasa pertanyaannya itu tidak diperlukan. Pengobatan tradisional memang bisa mendeteksi banyak masalah yang tidak terlihat dari luar.“Jadi menurutmu, siapa yang racuni dia?” Liman bertanya lagi.Yuna menggelengkan kepala, “Aku nggak bisa memastikan, juga nggak bisa langsung ambil kesimpulan. Tapi masalah ini sangat serius. Nggak peduli siapa yang racuni Dora, apa tujuan orang itu? Apa niatnya? Selain itu, ada orang seperti itu di sini sungguh sangat berbahaya.”“Benar sekali.” Liman mengangguk setuju, lalu dia menoleh ke arah Moses dan bertanya, “Bagaimana menurutmu?”“Aku rasa Dokter Yuna benar. Nggak peduli siapa orang itu, kita harus temukan dia. Aku nggak menyangka bisa-bisanya ada orang seperti itu bersembunyi di sini. Benar-benar menakutkan.”Liman berpikir sejenak, “Kalau begitu, penyakit anak ini ....”“Dora nggak apa-apa. Aku sudah kasih dia obat penawar, ra
Chermiko membuka kelopak matanya dengan linglung. Namun, kelopak matanya terlalu berat, dia pun menutupnya kembali dengan perlahan.Chermiko tidak tahu sudah berapa lama berlalu. Rasanya seperti setahun telah berlalu ketika dia membuka matanya lagi. Dia melihat di atas kepalanya, bukan lagi langit-langit putih yang membuat orang panik, melainkan atap kayu. Dia melihat ke sekelilingnya, lemari, meja, kursi, tempat tidur tempat dia berbaring, selimut ....Semua ini bukan lagi benda-benda yang dingin seperti sebelumnya. Hampir tanpa sadar, Chermiko mengangkat tangannya dan menampar wajahnya sendiri.Plak!Argh, sakit sekali. Akan tetapi, rasa sakit itu justru membuatnya bahagia. Ini bukan mimpi, ini sungguh bukan mimpi. Dengan kata lain, akhirnya dia lolos dari tempat bagaikan neraka itu. Akhirnya dia tidak perlu menderita siang dan malam di tempat itu lagi.Chermiko sudah tidak sabar ingin turun dari tempat tidur. Namun, baru saja dia mengangkat selimutnya, kakinya terasa lemas saat meny
“Kakek Juan ....”Baru saja Chermiko hendak bicara, Juan telah menyerahkan obat padanya dan berkata, “Minum sampai habis.”Suara Juan begitu kasar. Namun bagi Chermiko, obat ini adalah yang paling enak di dunia. Dia juga tidak bertanya obat apa itu. Dia langsung meminum semuanya dalam sekali teguk.Obat itu sangat panas, tapi Chermiko tidak peduli lagi. Dia menghabiskan obat itu dengan sangat cepat, lalu berdecak dan berkata, “Manis banget.”Juan memelototinya, “Sudah tambah dua kali lipat coptis di dalamnya. Manis banget? Aku rasa otakmu jadi bodoh setelah terbentur mobil.”Meskipun perasaannya terluka, Chermiko juga tidak peduli. Dia tetap tersenyum bahagia, “Kakek Juan, terima kasih sudah menyelamatkan aku.”“Sudah kubilang, aku nggak sesenggang itu. Nanti papamu akan datang jemput kamu, jangan bertele-tele. Jangan tinggal lama-lama di sini, lihat kamu saja bikin aku pusing.” Juan terdiam sejenak, lalu berkata lagi, “Oh ya, kasurku, seprai, selimut, nanti harus dibuang semuanya. Sur
“Buka bajumu,” perintah Juan.Chermiko tidak bertanya apa-apa. Dia segera melepas bajunya. Setelah itu, Juan melihat tubuhnya dari depan ke belakang, lalu mundur dua langkah dan melihat dari ke atas hingga ke bawah. “Lepaskan celanamu juga,” kata Juan.Chermiko, “....”“Kakek Juan ....”“Nggak usah banyak omong kosong. Memangnya harus aku yang lepas?” tukas Juan dengan ketus.Apa daya, Chermiko mau tidak mau harus melepas celananya. Meski masih mengenakan pakaian dalam, tetap saja cukup memalukan harus telanjang di depan Juan.Juan berjongkok dan melihat betis Chermiko. Dia juga menjentik kaki Chermiko. Setelah itu, dia berdiri perlahan dan mundur lagi. Dia memegang janggut di dagunya dengan satu tangan sambil menyipitkan mata, seperti sedang melihat sesuatu, juga seperti sedang berpikir.“Kakek Juan ....”Chermiko tahu Juan sedang memeriksanya. Akan tetapi, sungguh memalukan berdiri dengan kondisi telanjang begini. Dia juga tidak tahu apakah Juan telah selesai memeriksanya atau tidak.
“Sayang, tempat ini nggak seru untuk main. Kakek bawa kamu tempat yang seru, ya.” Usai berkata, Juan menggendong Kenzi dan hendak membawanya keluar.Sedangkan Chermiko yang masih berdiri di sana dengan malu tertegun sejenak, “Kakek Juan, racun di tubuhku ....”“Racun apanya, aku sudah bilang kamu nggak keracunan!” tukas Juan dengan ketus. Setelah itu, Juan langsung pergi tanpa menoleh ke belakang lagi.Chermiko berdiri di sana sambil terpelongo cukup lama, lalu dia berjalan ke kamar mandi di dalam kamar. Dia berdiri di depan cermin besar, memandangi dirinya yang hampir telanjang. Dia hanya mengenakan celana pendek. Karena tadi Juan memintanya melepas bajunya, sekarang Chermiko bisa melihat dirinya sepenuhnya.Entah sudah berapa hari Chermiko tidak memperhatikan dirinya seperti ini. Berat badannya turun banyak. Jika tidak memiliki persiapan mental, sekarang dia pasti sudah terkejut setengah mati.Kedua pipinya menjadi cekung, ada dua lingkaran hitam besar menggantung di bawah matanya. K
Yuna menarik kembali tangannya dan menghela napas. Kemudian, dia diam-diam meninggalkan kamar Dora dan pergi ke kamar sebelah. Brandon belum tidur, pria itu sudah bisa bangun dan berjalan mengelilingi ruangan, terlihat seperti orang normal.“Dokter Yuna datang untuk periksa lagi?” Brandon berkata dengan nada setengah bercanda, tapi dia tetap sangat kooperatif dan mengulurkan tangannya dengan patuh.Yuna meliriknya sebentar, “Aku lihat kamu sudah cukup baik, mungkin besok sudah pergi dari sini.”“Oh ya? Tapi aku rasa belum bisa.” Brandon mengangkat alisnya sambil memperhatikan Yuna memeriksa denyut nadinya. Tidak peduli sudah berapa kali memeriksa Brandon, Yuna selalu menanggapi hal ini dengan serius dan tegas.Setelah sengaja memeriksa lebih lama, Yuna baru melepaskan tangannya. Wajahnya yang tegang jelas terlihat jauh lebih rileks. Ada rasa lega juga di sorot matanya, “Kamu sudah pulih sepenuhnya. Denyut nadimu sudah sangat stabil, semuanya normal. Besok kamu benar-benar sudah bisa ke
Setibanya Yuna di area lab, dia melihat Moses sedang berdiri tercengang di sana.“Dokter Moses?”“Yuna, lihat ini ….”Raut wajah Moses ketika dia menatap Yuna tampak sangat tidak mengenakkan. Dengan jarinya dia menuntun Yuna melihat ke arah yang dia maksud, di mana seekor tikus yang berada dalam kotak sudah tergeletak dengan perut menghadap ke atas.“Kenapa bisa begini?” tanya Yuna seraya berlari menghampiri tikus-tikusnya. Setelah diperiksa lebih dalam, hampir semua tikus yang ada di sana sudah sekarat. Hanya dua ekor saja yang masih terlihat cukup sehat, tapi itu pun kondisi mental mereka juga terlihat aneh. Mereka hanya terbaring lesu di dalam kotak. Yuna pun membuka kotak tersebut dan memeriksa setiap tikus yang masih bertahan, tapi sayangnya mereka semua tidak akan hidup untuk lama lagi.“Aku nggak ngapa-ngapain,” kata Moses ketika Yuna melirik ke arahnya. “Aku lihat sudah begitu pas aku baru sampai, habis itu nggak lama kamu datang.”Yuna tidak mengatakan apa-apa dan hanya menata
“Wah ….”Semua orang serempak berseru kaget. Dalam suatu eksperimen, tentu ada situasi di mana tikus percobaan akan mati, tapi jarang sekali ditemukan kasus semua tikus percobaan mati tanpa ada satu pun yang tersisa. Apalagi, beberapa hari lalu semuanya masih baik-baik saja, lantas mengapa tiba-tiba mereka mati?“Kita semua tahu kalau tikus-tikus ini cuma makan obat yang kuracik, jadi aku yang akan bertanggung jawab atas kematian mereka,” kata Yuna.“Jadi kamu mengaku kalau obat yang kamu racik itu bermasalah?” tanya Malvin.“Nggak, justru sebaliknya, obat yang kuracik nggak bermasalah sedikit pun.”“Tapi kita semua sudah lihat sendiri, persentase kematiannya 100%! Kamu masih bisa-bisa bilang obatmu nggak ada masalah? Apa kamu mau bilang yang bermasalah itu tikusnya?”“Ya! Memang tikus di kotak ini yang bermasalah.”“Hah?!”“Ada seseorang yang melakukan sesuatu ke tikus-tikus ini, makanya mereka semua bisa mati.”“Pembelaan kamu itu lucu banget! Semua orang juga tahu tikus percobaan ki
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta