“Kakek Juan ....”Baru saja Chermiko hendak bicara, Juan telah menyerahkan obat padanya dan berkata, “Minum sampai habis.”Suara Juan begitu kasar. Namun bagi Chermiko, obat ini adalah yang paling enak di dunia. Dia juga tidak bertanya obat apa itu. Dia langsung meminum semuanya dalam sekali teguk.Obat itu sangat panas, tapi Chermiko tidak peduli lagi. Dia menghabiskan obat itu dengan sangat cepat, lalu berdecak dan berkata, “Manis banget.”Juan memelototinya, “Sudah tambah dua kali lipat coptis di dalamnya. Manis banget? Aku rasa otakmu jadi bodoh setelah terbentur mobil.”Meskipun perasaannya terluka, Chermiko juga tidak peduli. Dia tetap tersenyum bahagia, “Kakek Juan, terima kasih sudah menyelamatkan aku.”“Sudah kubilang, aku nggak sesenggang itu. Nanti papamu akan datang jemput kamu, jangan bertele-tele. Jangan tinggal lama-lama di sini, lihat kamu saja bikin aku pusing.” Juan terdiam sejenak, lalu berkata lagi, “Oh ya, kasurku, seprai, selimut, nanti harus dibuang semuanya. Sur
“Buka bajumu,” perintah Juan.Chermiko tidak bertanya apa-apa. Dia segera melepas bajunya. Setelah itu, Juan melihat tubuhnya dari depan ke belakang, lalu mundur dua langkah dan melihat dari ke atas hingga ke bawah. “Lepaskan celanamu juga,” kata Juan.Chermiko, “....”“Kakek Juan ....”“Nggak usah banyak omong kosong. Memangnya harus aku yang lepas?” tukas Juan dengan ketus.Apa daya, Chermiko mau tidak mau harus melepas celananya. Meski masih mengenakan pakaian dalam, tetap saja cukup memalukan harus telanjang di depan Juan.Juan berjongkok dan melihat betis Chermiko. Dia juga menjentik kaki Chermiko. Setelah itu, dia berdiri perlahan dan mundur lagi. Dia memegang janggut di dagunya dengan satu tangan sambil menyipitkan mata, seperti sedang melihat sesuatu, juga seperti sedang berpikir.“Kakek Juan ....”Chermiko tahu Juan sedang memeriksanya. Akan tetapi, sungguh memalukan berdiri dengan kondisi telanjang begini. Dia juga tidak tahu apakah Juan telah selesai memeriksanya atau tidak.
“Sayang, tempat ini nggak seru untuk main. Kakek bawa kamu tempat yang seru, ya.” Usai berkata, Juan menggendong Kenzi dan hendak membawanya keluar.Sedangkan Chermiko yang masih berdiri di sana dengan malu tertegun sejenak, “Kakek Juan, racun di tubuhku ....”“Racun apanya, aku sudah bilang kamu nggak keracunan!” tukas Juan dengan ketus. Setelah itu, Juan langsung pergi tanpa menoleh ke belakang lagi.Chermiko berdiri di sana sambil terpelongo cukup lama, lalu dia berjalan ke kamar mandi di dalam kamar. Dia berdiri di depan cermin besar, memandangi dirinya yang hampir telanjang. Dia hanya mengenakan celana pendek. Karena tadi Juan memintanya melepas bajunya, sekarang Chermiko bisa melihat dirinya sepenuhnya.Entah sudah berapa hari Chermiko tidak memperhatikan dirinya seperti ini. Berat badannya turun banyak. Jika tidak memiliki persiapan mental, sekarang dia pasti sudah terkejut setengah mati.Kedua pipinya menjadi cekung, ada dua lingkaran hitam besar menggantung di bawah matanya. K
Yuna menarik kembali tangannya dan menghela napas. Kemudian, dia diam-diam meninggalkan kamar Dora dan pergi ke kamar sebelah. Brandon belum tidur, pria itu sudah bisa bangun dan berjalan mengelilingi ruangan, terlihat seperti orang normal.“Dokter Yuna datang untuk periksa lagi?” Brandon berkata dengan nada setengah bercanda, tapi dia tetap sangat kooperatif dan mengulurkan tangannya dengan patuh.Yuna meliriknya sebentar, “Aku lihat kamu sudah cukup baik, mungkin besok sudah pergi dari sini.”“Oh ya? Tapi aku rasa belum bisa.” Brandon mengangkat alisnya sambil memperhatikan Yuna memeriksa denyut nadinya. Tidak peduli sudah berapa kali memeriksa Brandon, Yuna selalu menanggapi hal ini dengan serius dan tegas.Setelah sengaja memeriksa lebih lama, Yuna baru melepaskan tangannya. Wajahnya yang tegang jelas terlihat jauh lebih rileks. Ada rasa lega juga di sorot matanya, “Kamu sudah pulih sepenuhnya. Denyut nadimu sudah sangat stabil, semuanya normal. Besok kamu benar-benar sudah bisa ke
Setibanya Yuna di area lab, dia melihat Moses sedang berdiri tercengang di sana.“Dokter Moses?”“Yuna, lihat ini ….”Raut wajah Moses ketika dia menatap Yuna tampak sangat tidak mengenakkan. Dengan jarinya dia menuntun Yuna melihat ke arah yang dia maksud, di mana seekor tikus yang berada dalam kotak sudah tergeletak dengan perut menghadap ke atas.“Kenapa bisa begini?” tanya Yuna seraya berlari menghampiri tikus-tikusnya. Setelah diperiksa lebih dalam, hampir semua tikus yang ada di sana sudah sekarat. Hanya dua ekor saja yang masih terlihat cukup sehat, tapi itu pun kondisi mental mereka juga terlihat aneh. Mereka hanya terbaring lesu di dalam kotak. Yuna pun membuka kotak tersebut dan memeriksa setiap tikus yang masih bertahan, tapi sayangnya mereka semua tidak akan hidup untuk lama lagi.“Aku nggak ngapa-ngapain,” kata Moses ketika Yuna melirik ke arahnya. “Aku lihat sudah begitu pas aku baru sampai, habis itu nggak lama kamu datang.”Yuna tidak mengatakan apa-apa dan hanya menata
“Wah ….”Semua orang serempak berseru kaget. Dalam suatu eksperimen, tentu ada situasi di mana tikus percobaan akan mati, tapi jarang sekali ditemukan kasus semua tikus percobaan mati tanpa ada satu pun yang tersisa. Apalagi, beberapa hari lalu semuanya masih baik-baik saja, lantas mengapa tiba-tiba mereka mati?“Kita semua tahu kalau tikus-tikus ini cuma makan obat yang kuracik, jadi aku yang akan bertanggung jawab atas kematian mereka,” kata Yuna.“Jadi kamu mengaku kalau obat yang kamu racik itu bermasalah?” tanya Malvin.“Nggak, justru sebaliknya, obat yang kuracik nggak bermasalah sedikit pun.”“Tapi kita semua sudah lihat sendiri, persentase kematiannya 100%! Kamu masih bisa-bisa bilang obatmu nggak ada masalah? Apa kamu mau bilang yang bermasalah itu tikusnya?”“Ya! Memang tikus di kotak ini yang bermasalah.”“Hah?!”“Ada seseorang yang melakukan sesuatu ke tikus-tikus ini, makanya mereka semua bisa mati.”“Pembelaan kamu itu lucu banget! Semua orang juga tahu tikus percobaan ki
Sikap Yuna yang begitu lugas dan tekanan dari tatapan orang lain membuat Malvin terkesiap.“Apa maksudmu?! Yuna, coba jelaskan!”“Apa masih kurang jelas? Terkait kenapa tikus-tikus ini bisa mati, aku yakin kamu pasti tahu jawabannya.”“Jadi kamu bilang aku yang meracuni tikus-tikus itu? Ngelawak! Semua orang di sini juga tahu kita dibagi jadi dua area yang terpisah. Aku jarang banget datang ke area ini, gimana mau meracuni mereka? Apalagi kamu selalu mengunci ruangan ini, gimana caranya aku bisa masuk?!”“Iya, memang dikunci, tapi semua orang bisa masuk. Kenapa cuma kamu saja yang nggak bisa?”“Semua kuncinya bisa diakses, tapi cuma kamu sendiri saja yang nggak bisa …,” jawab Malvin.“Kamu tahu dari mana nggak bisa? Kamu pernah coba?”“Aku … aku cuma dengar-dengar saja …. Jangan pikir dengan bertingkah jadi korban, kamu bisa lari dari tanggung jawab ini. Aku ngga ada kaitannya sedikit pun dengan tikus-tikus itu! Jelas-jelas obat kamu yang bermasalah!”“Jangan menghindari pertanyaanku.
Ketika rekaman CCTV lab ditayangkan, di video tersebut terlihat ada seseorang yang diam-diam masuk. Si pelaku itu mengenakan pakaian pelindung lengkap. Begitu masuk, dia berhenti sejenak seperti sedang memperhatikan sekelilingnya, setelah itu dia pergi ke tempat kotak tikus berada dan berhenti lagi. Dia mengeluarkan sesuatu dari sakunya ….Ketika Yuna memperlihatkan video itu kepada yang lain, mereka semua terbelalak, termasuk Malvin. Akan tetapi ketika Malvin melihat orang itu mengenakan pakaian pelindung yang tidak menampilkan wajah, dia merasa jauh lebih lega.Ketika video terhenti ketika sosok yang mencurigakan itu keluar, Malvin langsung berdiri dan mendengus, “Hmph, cuma begitu doang?! Orang yang masih waras bisa lihat sendiri muka si pelaku nggak kelihatan di video itu! Bisa saja rekaman video ini palsu. Kalaupun asli, atas dasar apa kamu menuduh aku cuma dari rekaman itu doang? Cuma pakai video yang sepotong untuk menuduh aku? Dokter Yuna, kamu punya kemampuan nggak seberapa, t
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat
Chermiko mulai menyadari Shane lagi-lagi terbawa oleh perasaan sedihnya. Dia pun segera melurusan, “Eh … maksudku. Aku cuma nggak menyangka ternyata kamu bisa ngurus anak juga. Kalau aku jadi kamu, aku pasti sudah panik. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, dua anak ini mukanya lumayan mirip sama Brandon, ya. Menurut kamu gimana?”Mendengar itu, Shane melirik kedua bayi yang sedang tertidur pulas dan melihat, benar seperti yang tadi Chermiko bilang, bagian kening mereka sedikit mirip dengan Brandon, sedangkan mulut mereka mirip dengan Yuna.“Kelihatannya memang mirip, ya. Tapi kita jangan tertipu dulu. Aku merasa makin lama kita lihat jadi makin mirip. Kalau sekarang aku bilang mereka nggak mirip, apa kamu masih merasa mereka mirip?”Benar juga, andaikan mereka bukan anaknya Brandon, dengan sugesti seperti itu Chermiko percaya saja kalau mereka tidak mirip.“Waduh, aku rasanya kayak lagi berhalusinasi!” ucapnya.“Makanya sekarang kita jangan berpikir mirip atau nggak mirip dulu. Lebih baik k
“Itu normal. Dulu waktu Nathan masih kecil juga aku kayak begini,” kata Shane. “Hampir semalaman penuh kamu nggak mungkin bisa tidur. Begitu kamu taruh mereka, mereka pasti langsung nangis, jadi kamu harus gending mereka terus. Waktu itu tanganku juga sudah mau patah rasanya.”“Kamu gendong anak sendiri? Bukannya pakai pengasuh?!”“Waktu itu aku masih belum sekaya sekarang, istriku nggak mau pakai pengasuh, jadi aku yang gendong.” Shane tidak mau mengingat masa lalunya lagi karena itu hanya akan membuatnya sedih. Shane lalu menghampiri Brandon dan hendak mengambil anak itu dari tangannya. “Sudah pagi, biar aku yang jagain. Kamu istirahat dulu.”“Nggak usah!”“Jangan begini lah! Kalau kamu merasa berutang sama Yuna dan anak-anak kamu, masih ada waktu lain untuk menebus, tapi sekarang kamu harus istirahat! Kalau kamu sampai tumbang, siapa lagi yang bisa jagain mereka, dan siapa yang bisa nolongin Yuna!”Ketika mendengar itu, akhirnya Brandon mengalah dan memberikan kedua anaknya kepada S
Kemampuan medis Yuna tak diragukan membuat Fred kagum kepadanya, tetapi Yuna punya perang yang lebih penting dari itu. Lagi pula sifat Yuna yang sangat keras membuatnya tidak mungkin dijadikan kawan oleh Fred. Dibiarkan hidup juga tidak ada gunanya.“Bagus … bagus sekali!”Setelah memahami apa yang sesungguhnya terjadi, Fred menarik napas panjang dan mengatur kembali emosinya. Dia mengucapkan kata “bagus” berulang kali, dan ini merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya. Selama ini selalu dia yang mengerjai orang lain. Tak pernah sekali pun Fred berpikir dirinya tertipu oleh sebuah trik murahan. Bukan berarti Fred bodoh karena tidak menyadari hal itu, hanya saja terlalu banyak hal yang harus dia kerjakan sehingga dia tidak bisa berpikir dengan jernih.“Yuna, kali ini kamu menang! Tapi sayang sekali kamu nggak akan bisa melihat akhir dari semua ini! Sebentar lagi kita sudah mau masuk ke tahap terakhir dari R10. kamu sudah siap?”Fred menyunggingkan seulas senyum yang aneh di waja
“Tadi kamu ada diare lagi?” Yuna bertanya.“Nggak ada,” jawab Fred menggeleng, tetapi dia marah menyadari dirinya malah dengan lugu menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan. “Itu nggak ada urusannya! Sekarang juga aku mau obat itu!”“Sudah nggak sakit perut dan nggak diare, rasa mual juga sudah mendingan, ya? Paling cuma pusing sedikit dan kadang kaki terasa lemas. Iya, ‘kan?”Fred tertegun diberikan sederet pertanyaan oleh Yuna, dia pun mengingat lagi apa benar dia mengalami gejala yang sama seperti Yuna sebutkan.“Kayaknya … iya!”Meski sudah berkat kepada dirinya sendiri untuk tidak terbuai oleh omongannya, tetap saja tanpa sadar Fred menjawab dengan jujur. Setelah Fred menjawab, Yuna tidaklagi bertanya dan hanya tersenyum.“Kenapa kamu senyum-senyum?! Aku tanya mana obatnya, kamu malah ….”“Pencernaan kamu sehat-sehat saja, nggak kayak orang yang lagi keracunan!”“Kamu ….”Fred lantas meraba-raba perut dan memukul-mukul dadanya beberapa kali. Dia merasa memang benar sudah jauh lebi