Chermiko membuka kelopak matanya dengan linglung. Namun, kelopak matanya terlalu berat, dia pun menutupnya kembali dengan perlahan.Chermiko tidak tahu sudah berapa lama berlalu. Rasanya seperti setahun telah berlalu ketika dia membuka matanya lagi. Dia melihat di atas kepalanya, bukan lagi langit-langit putih yang membuat orang panik, melainkan atap kayu. Dia melihat ke sekelilingnya, lemari, meja, kursi, tempat tidur tempat dia berbaring, selimut ....Semua ini bukan lagi benda-benda yang dingin seperti sebelumnya. Hampir tanpa sadar, Chermiko mengangkat tangannya dan menampar wajahnya sendiri.Plak!Argh, sakit sekali. Akan tetapi, rasa sakit itu justru membuatnya bahagia. Ini bukan mimpi, ini sungguh bukan mimpi. Dengan kata lain, akhirnya dia lolos dari tempat bagaikan neraka itu. Akhirnya dia tidak perlu menderita siang dan malam di tempat itu lagi.Chermiko sudah tidak sabar ingin turun dari tempat tidur. Namun, baru saja dia mengangkat selimutnya, kakinya terasa lemas saat meny
“Kakek Juan ....”Baru saja Chermiko hendak bicara, Juan telah menyerahkan obat padanya dan berkata, “Minum sampai habis.”Suara Juan begitu kasar. Namun bagi Chermiko, obat ini adalah yang paling enak di dunia. Dia juga tidak bertanya obat apa itu. Dia langsung meminum semuanya dalam sekali teguk.Obat itu sangat panas, tapi Chermiko tidak peduli lagi. Dia menghabiskan obat itu dengan sangat cepat, lalu berdecak dan berkata, “Manis banget.”Juan memelototinya, “Sudah tambah dua kali lipat coptis di dalamnya. Manis banget? Aku rasa otakmu jadi bodoh setelah terbentur mobil.”Meskipun perasaannya terluka, Chermiko juga tidak peduli. Dia tetap tersenyum bahagia, “Kakek Juan, terima kasih sudah menyelamatkan aku.”“Sudah kubilang, aku nggak sesenggang itu. Nanti papamu akan datang jemput kamu, jangan bertele-tele. Jangan tinggal lama-lama di sini, lihat kamu saja bikin aku pusing.” Juan terdiam sejenak, lalu berkata lagi, “Oh ya, kasurku, seprai, selimut, nanti harus dibuang semuanya. Sur
“Buka bajumu,” perintah Juan.Chermiko tidak bertanya apa-apa. Dia segera melepas bajunya. Setelah itu, Juan melihat tubuhnya dari depan ke belakang, lalu mundur dua langkah dan melihat dari ke atas hingga ke bawah. “Lepaskan celanamu juga,” kata Juan.Chermiko, “....”“Kakek Juan ....”“Nggak usah banyak omong kosong. Memangnya harus aku yang lepas?” tukas Juan dengan ketus.Apa daya, Chermiko mau tidak mau harus melepas celananya. Meski masih mengenakan pakaian dalam, tetap saja cukup memalukan harus telanjang di depan Juan.Juan berjongkok dan melihat betis Chermiko. Dia juga menjentik kaki Chermiko. Setelah itu, dia berdiri perlahan dan mundur lagi. Dia memegang janggut di dagunya dengan satu tangan sambil menyipitkan mata, seperti sedang melihat sesuatu, juga seperti sedang berpikir.“Kakek Juan ....”Chermiko tahu Juan sedang memeriksanya. Akan tetapi, sungguh memalukan berdiri dengan kondisi telanjang begini. Dia juga tidak tahu apakah Juan telah selesai memeriksanya atau tidak.
“Sayang, tempat ini nggak seru untuk main. Kakek bawa kamu tempat yang seru, ya.” Usai berkata, Juan menggendong Kenzi dan hendak membawanya keluar.Sedangkan Chermiko yang masih berdiri di sana dengan malu tertegun sejenak, “Kakek Juan, racun di tubuhku ....”“Racun apanya, aku sudah bilang kamu nggak keracunan!” tukas Juan dengan ketus. Setelah itu, Juan langsung pergi tanpa menoleh ke belakang lagi.Chermiko berdiri di sana sambil terpelongo cukup lama, lalu dia berjalan ke kamar mandi di dalam kamar. Dia berdiri di depan cermin besar, memandangi dirinya yang hampir telanjang. Dia hanya mengenakan celana pendek. Karena tadi Juan memintanya melepas bajunya, sekarang Chermiko bisa melihat dirinya sepenuhnya.Entah sudah berapa hari Chermiko tidak memperhatikan dirinya seperti ini. Berat badannya turun banyak. Jika tidak memiliki persiapan mental, sekarang dia pasti sudah terkejut setengah mati.Kedua pipinya menjadi cekung, ada dua lingkaran hitam besar menggantung di bawah matanya. K
Yuna menarik kembali tangannya dan menghela napas. Kemudian, dia diam-diam meninggalkan kamar Dora dan pergi ke kamar sebelah. Brandon belum tidur, pria itu sudah bisa bangun dan berjalan mengelilingi ruangan, terlihat seperti orang normal.“Dokter Yuna datang untuk periksa lagi?” Brandon berkata dengan nada setengah bercanda, tapi dia tetap sangat kooperatif dan mengulurkan tangannya dengan patuh.Yuna meliriknya sebentar, “Aku lihat kamu sudah cukup baik, mungkin besok sudah pergi dari sini.”“Oh ya? Tapi aku rasa belum bisa.” Brandon mengangkat alisnya sambil memperhatikan Yuna memeriksa denyut nadinya. Tidak peduli sudah berapa kali memeriksa Brandon, Yuna selalu menanggapi hal ini dengan serius dan tegas.Setelah sengaja memeriksa lebih lama, Yuna baru melepaskan tangannya. Wajahnya yang tegang jelas terlihat jauh lebih rileks. Ada rasa lega juga di sorot matanya, “Kamu sudah pulih sepenuhnya. Denyut nadimu sudah sangat stabil, semuanya normal. Besok kamu benar-benar sudah bisa ke
Setibanya Yuna di area lab, dia melihat Moses sedang berdiri tercengang di sana.“Dokter Moses?”“Yuna, lihat ini ….”Raut wajah Moses ketika dia menatap Yuna tampak sangat tidak mengenakkan. Dengan jarinya dia menuntun Yuna melihat ke arah yang dia maksud, di mana seekor tikus yang berada dalam kotak sudah tergeletak dengan perut menghadap ke atas.“Kenapa bisa begini?” tanya Yuna seraya berlari menghampiri tikus-tikusnya. Setelah diperiksa lebih dalam, hampir semua tikus yang ada di sana sudah sekarat. Hanya dua ekor saja yang masih terlihat cukup sehat, tapi itu pun kondisi mental mereka juga terlihat aneh. Mereka hanya terbaring lesu di dalam kotak. Yuna pun membuka kotak tersebut dan memeriksa setiap tikus yang masih bertahan, tapi sayangnya mereka semua tidak akan hidup untuk lama lagi.“Aku nggak ngapa-ngapain,” kata Moses ketika Yuna melirik ke arahnya. “Aku lihat sudah begitu pas aku baru sampai, habis itu nggak lama kamu datang.”Yuna tidak mengatakan apa-apa dan hanya menata
“Wah ….”Semua orang serempak berseru kaget. Dalam suatu eksperimen, tentu ada situasi di mana tikus percobaan akan mati, tapi jarang sekali ditemukan kasus semua tikus percobaan mati tanpa ada satu pun yang tersisa. Apalagi, beberapa hari lalu semuanya masih baik-baik saja, lantas mengapa tiba-tiba mereka mati?“Kita semua tahu kalau tikus-tikus ini cuma makan obat yang kuracik, jadi aku yang akan bertanggung jawab atas kematian mereka,” kata Yuna.“Jadi kamu mengaku kalau obat yang kamu racik itu bermasalah?” tanya Malvin.“Nggak, justru sebaliknya, obat yang kuracik nggak bermasalah sedikit pun.”“Tapi kita semua sudah lihat sendiri, persentase kematiannya 100%! Kamu masih bisa-bisa bilang obatmu nggak ada masalah? Apa kamu mau bilang yang bermasalah itu tikusnya?”“Ya! Memang tikus di kotak ini yang bermasalah.”“Hah?!”“Ada seseorang yang melakukan sesuatu ke tikus-tikus ini, makanya mereka semua bisa mati.”“Pembelaan kamu itu lucu banget! Semua orang juga tahu tikus percobaan ki
Sikap Yuna yang begitu lugas dan tekanan dari tatapan orang lain membuat Malvin terkesiap.“Apa maksudmu?! Yuna, coba jelaskan!”“Apa masih kurang jelas? Terkait kenapa tikus-tikus ini bisa mati, aku yakin kamu pasti tahu jawabannya.”“Jadi kamu bilang aku yang meracuni tikus-tikus itu? Ngelawak! Semua orang di sini juga tahu kita dibagi jadi dua area yang terpisah. Aku jarang banget datang ke area ini, gimana mau meracuni mereka? Apalagi kamu selalu mengunci ruangan ini, gimana caranya aku bisa masuk?!”“Iya, memang dikunci, tapi semua orang bisa masuk. Kenapa cuma kamu saja yang nggak bisa?”“Semua kuncinya bisa diakses, tapi cuma kamu sendiri saja yang nggak bisa …,” jawab Malvin.“Kamu tahu dari mana nggak bisa? Kamu pernah coba?”“Aku … aku cuma dengar-dengar saja …. Jangan pikir dengan bertingkah jadi korban, kamu bisa lari dari tanggung jawab ini. Aku ngga ada kaitannya sedikit pun dengan tikus-tikus itu! Jelas-jelas obat kamu yang bermasalah!”“Jangan menghindari pertanyaanku.