Yuna tertegun sejenak, lalu melanjutkan, “Ponselku disadap. Kamu nggak usah khawatir. Aku sudah ganti nomor telepon dan sudah memperketat pengamanan ponselku. Aku juga sudah ganti ponsel baru. Seharusnya nggak akan terjadi apa-apa.”“Aku tahu kamu khawatir sama aku dan juga anak. Tapi kamu juga mesti tahu, bukan berarti kita nggak ketemu, bahaya itu akan menghilang. Lagi pula, bahaya ini juga bukan disebabkan olehmu. Jadi, biarkan aku ketemu sama kamu!”Entah ucapan Yuna berhasil meluluhkan hati Brandon atau Brandon tidak ingin menghalanginya lagi, Brandon berhenti sejenak, lalu berkata, “Kamu harus perhatikan keselamatanmu. Bawa pengawal juga. Kalau kamu bertemu bahaya, segera pulang, jangan memaksakan diri.”“Emm,” balas Yuna. Dia takut akan mengganggu waktu istirahat Brandon. Dia juga tidak berani banyak bicara, lalu mengakhiri panggilan. Beberapa saat kemudian, Brandon mengirim alamat kemari.Sesuai dengan lacakan Yuna tadi, lokasi tempat tinggal Brandon memang seperti titik yang d
“Kakimu terluka?” Pada saat ini, Shane baru menyadari ada perban di kakinya. Bekas darah juga sudah mengering.“Semua ini berkatmu!” Chermiko mendengus. Dia merasa Shane sedang pura-pura baik saja.Shane mengangkat-angkat alisnya. “Bukan aku.”“Bukannya kalian satu komplotan?” Chermiko merasa sangat geram. Dia merasa Shane tidak ada bedanya dengan Rainie.Awalnya Shane hendak menjulurkan tangannya, tetapi dia mengurungkan niatnya. “Kalau kamu berbicara seperti itu, aku pergi dulu. Kamu tinggal di sini saja.”Chermiko masih saja tidak ingin mengalah. Hanya saja, ketika melihat Shane benar-benar hendak pergi. Dia pun terpaksa menurunkan egonya. “Sebentar!”Shane menghentikan langkahnya, lalu membalikkan tubuhnya untuk melihat Chermiko.“Aku pergi bersamamu.” Chermiko berusaha untuk berdiri, lalu berjalan di belakang Shane dengan kaki pincangnya.Ketika berjalan ke sisi pintu, ada dua orang yang menghalangi langkahnya. “Tuan Shane ….”“Kenapa? Apa kalian ingin menghalangiku?” Raut wajah S
Jika tahu Chermiko cerewet sekali, Shane pasti tidak akan membawanya keluar.Setelah digalaki, Chermiko pun tidak berbicara lagi. Namun, rasa penasaran di hatinya masih belum memudar. Apalagi ketika melihat Shane mengendarai mobil dengan pemandangan yang familier nan asing di luar sana. “Sekarang kita mau ke mana? Apa kamu akan antar aku ke rumah? Apa kamu tahu alamat rumahku? Atau kita pergi lapor polisi dulu? Gimana kalau kita ke kantor polisi dulu, mungkin lukaku perlu di ….”“Kata siapa aku akan menyelamatkanmu?”Shane melirik Chermiko dari kaca spion tengah. Ujung bibirnya tampak melengkung ke atas.“Kalau kamu bukan ingin menyelamatkanku, kamu ingin bawa aku ke mana?” Chermiko masih merasa bingung. Seandainya Shane bukan ingin menyelamatkannya, kenapa Shane mengeluarkannya? Jangan-jangan … Shane ingin membunuhnya di tempat lain?Kepikiran dengan kemungkinan ini, Chermiko segera meningkatkan kewaspadaannya. Dia melebarkan kedua mata untuk melihat Shane. “Apa yang ingin kamu lakuka
Jalan raya semakin sempit dan sinyal semakin lemah, Yuna mulai masuk ke dalam hutan. Tak lama kemudian, dia menemukan sebuah rumah kayu di ujung sana.Bagaimana mendeskripsikannya, ya? Rumah kayu itu bagai rumah kayu yang ada di dalam dongeng saja lantaran berada di dalam hutan. Namun, rumah kayu ini tidak seindah kenyataannya.Tampaknya rumah kayu ini sudah lapuk. Bahkan, ada lumut hijau di atas genteng sana. Jika tidak diperhatikan dengan saksama, tidaklah gampang untuk menemukan rumah kayu ini. Di depan sana dikelilingi oleh pagar yang sederhana. Kelihatannya bagai rumah petani biasa saja.Setelah melihat alamat di atas ponsel, Yuna mengangkat kepalanya melihat rumah di depan sana. Dia juga sudah memastikan tidak ada rumah lain di sekitar tempat ini. Mobil dihentikan. Saat tiba di depan pintu, Yuna menyadari sepertinya rumah ini tidak sesederhana penampilannya.Di atas sana dipasang beberapa kamera CCTV dan juga sistem pengamanan. Kali ini, Yuna benar-benar merasa lega. Setidaknya
Berhubung Yuna sudah tiba di sini, dia juga tidak mungkin mundur lagi. Dia memegang pisau yang dikaitkan di bagian pinggangnya. Dia melangkahkan kakinya ke sisi anak tangga. Setelah itu, dia baru berjalan ke bawah dengan perlahan.Setelah berjalan beberapa langkah, Yuna menyadari hanya sisi tangga saja yang tidak dipasang lampu. Setelah turun ke paling bawah, tampak sumber cahaya di dalam sana. Ternyata tempat ini adalah ruang bawah tanah yang sangat rahasia.Tak disangka akan ada ruangan rahasia seperti ini di dalam hutan. Tempat ini memang sangat cocok untuk memulihkan penyakit dan menghindari bahaya.Baru saja Yuna mulai melanjutkan langkah kakinya, terdengar suara batuk dari dalam sana. Akhirnya Yuna bisa mendengar suara Brandon!Yuna seketika menjadi bersemangat. Dia melangkah maju, lalu memanggil, “Brandon!”Tempat ini tidak seperti yang dibayangkan Yuna. Ruangan ini malah lebih mirip dengan ruang baca saja. Ada rak buku, meja baca, dan juga telah dipasang internet. Ranjang dilet
Setelah masker dilepas, selain wajah Brandon yang agak pucat, semuanya terasa normal.Wabah penyakit ini kedengarannya sangat mengerikan. Namun ketika terjangkit wabah penyakit itu, sepertinya kondisi tidak tergolong sangat parah.Seperti yang diberitakan, setelah terjangkit wabah penyakit, orang tersebut akan mengalami batuk. Kondisi paling parah adalah akan muntah darah. Namun, setelah diperiksa, kondisi Brandon saat ini masih tergolong normal.“Keluarkan lidahmu!” perintah Yuna.Brandon terbengong sejenak, lalu tersenyum. “Ternyata banyak yang tidak aku ketahui!”“Jangan omong kosong! Keluarkan lidahmu!” Raut wajah Yuna tampak serius. Dia seolah-olah bagai seorang dokter yang sangat serius.Brandon menunjukkan senyuman lembut, lalu menuruti apa kata istrinya. Dia mulai menjulurkan lidahnya.Bagian tengah lidah Brandon tampak agak memutih ….Yuna sudah bertahun-tahun mempelajari ilmu pengobatan dari Juan. Namun, ini adalah pertama kalinya Yuna mengobati pasien. Dulu Yuna tidak memili
Ide Brandon memang sangat bagus. Sepertinya Brandon juga sudah berpesan kepada Hanson untuk melakukan sistem perlindungan dengan sangat ketat.“Itu ….” Yuna terdiam sejenak, lalu bertanya, “Gimana dengan Frans?”Ketika mendengar nama itu, Brandon langsung terdiam. Raut wajahnya juga sangat serius.Sepertinya kondisi Frans tidaklah bagus. Hati Yuna seketika terasa penat. Di satu sisi, Yuna menginginkan jawaban. Namun di sisi lain, dia juga takut untuk mengetahui jawaban.Seandainya terjadi sesuatu yang buruk dengan Frans, bagaimana dengan Stella?“Ada banyak pekerja pabrik yang meninggal ….” Brandon menjawab dengan perlahan, “Ada yang meninggal karena peperangan dan juga ada yang meninggal karena wabah penyakit. Aku tahu aku tidak bisa tinggal lama di tempat itu lagi. Aku harus kembali.”Brandon tertegun sejenak, lalu melanjutkan, “Waktu itu kondisi agak kacau. Saat kami pergi, kami tak sengaja bertemu dengan tentara yang lagi berperang. Demi melindungiku, Frans pun tertembak ….”“Jadi,
“Bagaimana kabar putra kita?” Saat ini, Brandon mulai mencemaskan kondisi Kenzi.Yuna menjawab, “Aku menitipkannya di tempat yang sangat aman. Dia baik-baik saja.”“Dia tidak di rumah?” Brandon merasa kaget.“Nggak.” Yuna menggeleng. Tetiba dia kepikiran sesuatu. “Oh ya, si Yovi bermasalah.”“Pengasuh baru itu?” Kening Brandon tampak berkerut. “Aku sudah menyelidiki latar belakangnya. Setelah memastikan tidak ada masalah, aku baru menyuruhnya ke rumah. Kenapa? Apa yang dia lakukan?”Yovi adalah pengasuh yang dipekerjakan khusus untuk menjaga putranya. Seandainya ada apa-apa dengan Yovi, bisa jadi keselamatan putranya akan dalam bahaya. Permasalahannya, padahal mereka sudah menyelidiki latar belakang Yovi, mereka bahkan tidak menemukan penemuan apa-apa.“Dia juga nggak ngapa-ngapain.” Yuna menggeleng. Dia masih tidak sempat mengatasi masalah ini, tetapi entah kenapa dia merasa semuanya tidaklah normal. “Kenzi belajar sesuatu sama dia.”“Sesuatu? Belajar apa?” Brandon semakin kebingungan
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta