Setelah masker dilepas, selain wajah Brandon yang agak pucat, semuanya terasa normal.Wabah penyakit ini kedengarannya sangat mengerikan. Namun ketika terjangkit wabah penyakit itu, sepertinya kondisi tidak tergolong sangat parah.Seperti yang diberitakan, setelah terjangkit wabah penyakit, orang tersebut akan mengalami batuk. Kondisi paling parah adalah akan muntah darah. Namun, setelah diperiksa, kondisi Brandon saat ini masih tergolong normal.“Keluarkan lidahmu!” perintah Yuna.Brandon terbengong sejenak, lalu tersenyum. “Ternyata banyak yang tidak aku ketahui!”“Jangan omong kosong! Keluarkan lidahmu!” Raut wajah Yuna tampak serius. Dia seolah-olah bagai seorang dokter yang sangat serius.Brandon menunjukkan senyuman lembut, lalu menuruti apa kata istrinya. Dia mulai menjulurkan lidahnya.Bagian tengah lidah Brandon tampak agak memutih ….Yuna sudah bertahun-tahun mempelajari ilmu pengobatan dari Juan. Namun, ini adalah pertama kalinya Yuna mengobati pasien. Dulu Yuna tidak memili
Ide Brandon memang sangat bagus. Sepertinya Brandon juga sudah berpesan kepada Hanson untuk melakukan sistem perlindungan dengan sangat ketat.“Itu ….” Yuna terdiam sejenak, lalu bertanya, “Gimana dengan Frans?”Ketika mendengar nama itu, Brandon langsung terdiam. Raut wajahnya juga sangat serius.Sepertinya kondisi Frans tidaklah bagus. Hati Yuna seketika terasa penat. Di satu sisi, Yuna menginginkan jawaban. Namun di sisi lain, dia juga takut untuk mengetahui jawaban.Seandainya terjadi sesuatu yang buruk dengan Frans, bagaimana dengan Stella?“Ada banyak pekerja pabrik yang meninggal ….” Brandon menjawab dengan perlahan, “Ada yang meninggal karena peperangan dan juga ada yang meninggal karena wabah penyakit. Aku tahu aku tidak bisa tinggal lama di tempat itu lagi. Aku harus kembali.”Brandon tertegun sejenak, lalu melanjutkan, “Waktu itu kondisi agak kacau. Saat kami pergi, kami tak sengaja bertemu dengan tentara yang lagi berperang. Demi melindungiku, Frans pun tertembak ….”“Jadi,
“Bagaimana kabar putra kita?” Saat ini, Brandon mulai mencemaskan kondisi Kenzi.Yuna menjawab, “Aku menitipkannya di tempat yang sangat aman. Dia baik-baik saja.”“Dia tidak di rumah?” Brandon merasa kaget.“Nggak.” Yuna menggeleng. Tetiba dia kepikiran sesuatu. “Oh ya, si Yovi bermasalah.”“Pengasuh baru itu?” Kening Brandon tampak berkerut. “Aku sudah menyelidiki latar belakangnya. Setelah memastikan tidak ada masalah, aku baru menyuruhnya ke rumah. Kenapa? Apa yang dia lakukan?”Yovi adalah pengasuh yang dipekerjakan khusus untuk menjaga putranya. Seandainya ada apa-apa dengan Yovi, bisa jadi keselamatan putranya akan dalam bahaya. Permasalahannya, padahal mereka sudah menyelidiki latar belakang Yovi, mereka bahkan tidak menemukan penemuan apa-apa.“Dia juga nggak ngapa-ngapain.” Yuna menggeleng. Dia masih tidak sempat mengatasi masalah ini, tetapi entah kenapa dia merasa semuanya tidaklah normal. “Kenzi belajar sesuatu sama dia.”“Sesuatu? Belajar apa?” Brandon semakin kebingungan
“Di tempat yang aman.” Yuna sengaja tidak memberi tahu Brandon.Masalah Yuna belajar ilmu pengobatan dari Juan juga tidak diketahui banyak orang. Yuna juga bukan sengaja ingin merahasiakannya dari Brandon. Hanya saja, Yuna merasa tidak ada artinya untuk memberi tahu masalah ini saat ini.“Di tempat yang aman?” Brandon menatap Yuna, lalu bertanya dengan tersenyum, “Sekarang kamu malah punya rahasia sama aku?”“Kenapa? Cuma kamu saja yang boleh punya tempat aman? Aku nggak boleh?” Yuna mengamati ruangan bawah tanah. Selain tidak ada pancaran sinar matahari, sepertinya persyaratan di ruangan ini cukup bagus.“Ada saluran ventilasi di sini. Jadi, meski tempat ini di bawah tanah, tidak akan terasa pengap. Tapi masalah pencahayaan memang tidak diatasi lagi. Yang paling penting saat ini adalah keselamatan.” Sepertinya Brandon bisa membaca pemikiran istrinya. Dia pun segera menjelaskan.“Emm.” Yuna mengangguk. “Oh ya, aku baca berita katanya setelah terkena wabah penyakit, bagian dada akan ter
Susan sudah mencari tahu selama dua hari ini. Namun, dia tidak menemukan apa-apa. Susan sudah mulai putus asa.Awalnya Susan menyepelekan masalah ini. Dia mengira tidaklah sulit untuk mendapatkan sedikit petunjuk dari gosip ini. Namun setelah bertanya seluruh teman bermain mahyongnya, semuanya malah tidak tahu apa-apa. Susan juga sudah bertanya pada temannya yang merupakan istri dari para anggota pemerintahan. Hanya saja, mereka juga tidak memberikan informasi apa-apa kepada Susan. Bahkan, ada orang yang penasaran dan kembali bertanya, sejak kapan Edgar mencari istri baru?Selama dua hari ini, Susan sudah kebanyakan bertanya hingga tenggorokannya terasa kering. Namun, dia tidak menemukan hal yang berguna. Fahrel juga semakin emosi lagi. Raut wajahnya juga semakin muram.“Setiap harinya cuma tahu ke klinik kecantikan dan main mahyong saja! Kamu memang tidak berguna! Kamu bahkan tidak bisa menyelesaikan hal sepele seperti ini!” omel Fahrel.“Hal sepele? Kalau kamu merasa hal ini sepele,
“Bukannya kalian bilang sendiri ingin minta maaf sama dia? Apa aku nggak boleh ke sana?” Rainie mengerutkan keningnya. Dia merasa agak kesal.Banyak sekali omong kosong mereka! Jika tahu seperti ini, Rainie akan pergi sendiri. Hanya saja, akan lebih gampang untuk membahas masalah vaksinasi jika pergi bersama mereka.Kepikiran dengan ucapan bos tadi, hati Rainie terasa penat. Dia semakin tidak sabar saja. “Jadi, kalian mau pergi atau nggak?”“Pergi!”“Tidak!”Kedua orang menjawab dengan serempak.Fahrel mengatakan “pergi”, dia merasa setelah Rainie meminta maaf, bisa jadi Edgar akan memaafkannya. Dia juga tidak ingin memutuskan hubungan dengan Edgar.Meskipun proyek vaksinasi tidak jatuh ke tangan Fahrel, setidaknya dia masih memiliki status adik iparnya Edgar. Dengan begitu, pasti masih ada kesempatan di kemudian hari. Seandainya status penting ingin menghilang, boleh dikatakan bahwa Fahrel bukanlah apa-apa lagi.Susan-lah yang menolak permintaan putrinya. Dia segera maju untuk menarik
Sepertinya ucapan Susan memang masuk akal. Hanya saja, Fahrel masih saja merasa aneh, tapi dia tidak tahu bagian mana yang aneh. Sudahlah, lagi pula sebentar lagi mereka akan tiba di rumah Edgar. Pada saat itu, Fahrel pun akan tahu apa yang terjadi.Namun, mereka bertiga malah ditahan di luar rumah. Pelayan berkata, “Nona Bella tidak di rumah. Kalian datangnya lain hari saja.”“Kenapa bisa tidak ada di rumah? Biasanya Bella selalu di rumah. Kenapa? Apa dia ke rumah Yuna lagi?” Susan menaikkan nada bicaranya. Dia sungguh marah saat ini.Biasanya Susan selalu dipersilakan masuk ke rumah. Namun gara-gara pertengkaran mereka waktu itu, pelayan malah menghalangi langkah mereka di depan pintu gerbang. Rasanya sungguh menjengkelkan!“Bukan, Nona Bella pergi jalan-jalan,” jawab si pelayan.“Jalan-jalan? Mana mungkin! Siapa juga yang tidak tahu Bella jarang keluar rumah? Mana mungkin dia pergi jalan-jalan? Apa dia masih marah? Tidak ingin bertemu kami? Biarkan kami ke dalam, biar aku jelaskan s
“Dokter genius!” jawab Susan dengan penuh semangat.Rainie spontan membalikkan kepala melihat ke sisi mereka berdua.“Dokter genius?” ulang Fahrel sekali lagi. Dia bahkan tidak sempat merespons.“Iya, gimanapun, dia sudah berhasil mengobati penyakit Bella, bahkan berhasil mendiagnosis ada racun di tubuh Bella. Edgar pasti merasa berutang budi terhadap dokter genius itu. Kamu sendiri juga kenal sama Edgar, orangnya memang kolot, tapi dia tidak suka berutang budi. Seandainya kita meminta dokter genius untuk membantu kita, bisa jadi semuanya akan terselesaikan.” Ketika kepikiran dengan kemungkinan ini, hati Susan terasa berbunga-bunga.Rainie kembali terdiam.Fahrel mengerutkan keningnya. “Apa dia bersedia untuk membantu kita? Seingatku, dokter genius itu … susah untuk diajak bicara?”Rainie spontan berdeham. Susan menjelaskan, “Dia memang kelihatannya arogan, tapi dia bersedia untuk mengobati penyakit Bella. Setelah berhubungan lama dengan dia, aku merasa dia tidaklah sulit untuk diajak
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta
Tidak peduli apa pun yang Ratu katakan, Fred selalu punya seribu satu alasan untuk berdalih.Fred menggeleng dan berkata, “Bukan pintar beralasan, tapi karena semuanya sudah aku pikirkan demi Yang Mulia. Sejak awal sudah kubilang, mereka itu licik dan banyak akal bulusnya. Jangan mudah percaya sama omongan mereka! Mereka pasti mencoba membujukmu untuk menghentikan eksperimennya. Jangan ikuti kemauan mereka. Yang Mulia coba pikirkan, kita sudah sejak lama melakukan penelitian, lalu untuk apa? Kalau sekarang kita menyerah, bukankah semua yang kita lakukan dulu jadi sia-sia? Semua kerja keras, waktu , dan uang yang kita bayar jadi nggak ada artinya! Ini cuma akal-akalan mereka, karena kalau eksperimennya berhasil, kita bisa menguasai dunia. Cuma penduduk Yuraria saja yang bisa kemampuan hidup abadi. Itu sudah cukup untuk menggemparkan dunia, termasuk mereka. Makanya mereka nggak mau eksperimen ini berhasil. Bisa jadi … mereka membujuk Yang Mulia untuk menyerah, tapi habis itu diam-diam me
“Karena kamu begitu setia padaku, aku kasih kamu satu kesempatan lagi,” kata sang Ratu mendesah ringan.“Mau aku jadi bahan percobaanmu? Nggak masalah!” kata Fred dengan alis terangkat. “Toh sekarang aku juga nggak bisa menolak, bukan?”“Apa kamu ada permintaan lain?”Bagaimanapun juga, mereka adalah tuan dan pelayan yang sudah bekerja bersama selama bertahun-tahun, yang sudah melewati suka dan duka bersama. Andaikan Fred memiliki niat untuk melakukan kudeta, dia sudah berkontribusi banyak dan layak untuk mendapatkan apa yang dia minta sebelum dieksekusi.“Yang Mulia tahu aku sudah nggak membutuhkan apa-apa lagi. Aku sudah lama bercerai dengan istriku dan anakku ikut dia ke luar negeri. Aku cuma sendiri mendedikasikan hidupku untukmu, Yang Mulia Ratu. Sekarang aku sudah nggak punya permintaan apa-apa lagi. Oh ya, kalau sampai ….”Fred berhenti sejenak, kemudian dia melanjutkan, “Kalau sampai eksperimen ini berhasil, aku bisa terus hidup lebih lama di dalam badan anak itu, aku berharap