Betapa besar kekuatan barang itu? Sesungguhnya, Rainie sendiri juga tidak berani memastikannya.Barang itu hanyalah produk baru yang berhasil diteliti Rainie. Dia menyimpannya dengan baik lantaran hasil itu adalah jerih payahnya. Rainie sendiri juga tidak bisa memastikan kestabilan dan efek samping dari produk itu. Sekarang Bos sudah mengetahui keberadaan produk itu. Dia bahkan ingin Rainie menggunakannya di diri Edgar. Saat ini hati Rainie sungguh gugup.“Kenapa? Tidak tega?” Bos mentertawakannya, lalu berkata, “Aku kira kamu tidak punya hati?”“Bukannya tidak tega, aku hanya tidak tega dengan jerih payahku,” balas Rainie.“Kalau kamu bisa berhasil membuat botol pertama, kamu pasti bisa membuat botol kedua, ketiga, dan seterusnya. Kenapa kamu malah merasa tidak tega? Setelah kamu berhasil mengendalikan Edgar, kamu akan mendapatkan markas vaksinasi. Pada saat itu, ada ruang penelitian yang lebih besar lagi untukmu. Kita juga akan mendapatkan aliran dana yang melimpah. Untuk apa kamu p
Yuna tertegun sejenak, lalu melanjutkan, “Ponselku disadap. Kamu nggak usah khawatir. Aku sudah ganti nomor telepon dan sudah memperketat pengamanan ponselku. Aku juga sudah ganti ponsel baru. Seharusnya nggak akan terjadi apa-apa.”“Aku tahu kamu khawatir sama aku dan juga anak. Tapi kamu juga mesti tahu, bukan berarti kita nggak ketemu, bahaya itu akan menghilang. Lagi pula, bahaya ini juga bukan disebabkan olehmu. Jadi, biarkan aku ketemu sama kamu!”Entah ucapan Yuna berhasil meluluhkan hati Brandon atau Brandon tidak ingin menghalanginya lagi, Brandon berhenti sejenak, lalu berkata, “Kamu harus perhatikan keselamatanmu. Bawa pengawal juga. Kalau kamu bertemu bahaya, segera pulang, jangan memaksakan diri.”“Emm,” balas Yuna. Dia takut akan mengganggu waktu istirahat Brandon. Dia juga tidak berani banyak bicara, lalu mengakhiri panggilan. Beberapa saat kemudian, Brandon mengirim alamat kemari.Sesuai dengan lacakan Yuna tadi, lokasi tempat tinggal Brandon memang seperti titik yang d
“Kakimu terluka?” Pada saat ini, Shane baru menyadari ada perban di kakinya. Bekas darah juga sudah mengering.“Semua ini berkatmu!” Chermiko mendengus. Dia merasa Shane sedang pura-pura baik saja.Shane mengangkat-angkat alisnya. “Bukan aku.”“Bukannya kalian satu komplotan?” Chermiko merasa sangat geram. Dia merasa Shane tidak ada bedanya dengan Rainie.Awalnya Shane hendak menjulurkan tangannya, tetapi dia mengurungkan niatnya. “Kalau kamu berbicara seperti itu, aku pergi dulu. Kamu tinggal di sini saja.”Chermiko masih saja tidak ingin mengalah. Hanya saja, ketika melihat Shane benar-benar hendak pergi. Dia pun terpaksa menurunkan egonya. “Sebentar!”Shane menghentikan langkahnya, lalu membalikkan tubuhnya untuk melihat Chermiko.“Aku pergi bersamamu.” Chermiko berusaha untuk berdiri, lalu berjalan di belakang Shane dengan kaki pincangnya.Ketika berjalan ke sisi pintu, ada dua orang yang menghalangi langkahnya. “Tuan Shane ….”“Kenapa? Apa kalian ingin menghalangiku?” Raut wajah S
Jika tahu Chermiko cerewet sekali, Shane pasti tidak akan membawanya keluar.Setelah digalaki, Chermiko pun tidak berbicara lagi. Namun, rasa penasaran di hatinya masih belum memudar. Apalagi ketika melihat Shane mengendarai mobil dengan pemandangan yang familier nan asing di luar sana. “Sekarang kita mau ke mana? Apa kamu akan antar aku ke rumah? Apa kamu tahu alamat rumahku? Atau kita pergi lapor polisi dulu? Gimana kalau kita ke kantor polisi dulu, mungkin lukaku perlu di ….”“Kata siapa aku akan menyelamatkanmu?”Shane melirik Chermiko dari kaca spion tengah. Ujung bibirnya tampak melengkung ke atas.“Kalau kamu bukan ingin menyelamatkanku, kamu ingin bawa aku ke mana?” Chermiko masih merasa bingung. Seandainya Shane bukan ingin menyelamatkannya, kenapa Shane mengeluarkannya? Jangan-jangan … Shane ingin membunuhnya di tempat lain?Kepikiran dengan kemungkinan ini, Chermiko segera meningkatkan kewaspadaannya. Dia melebarkan kedua mata untuk melihat Shane. “Apa yang ingin kamu lakuka
Jalan raya semakin sempit dan sinyal semakin lemah, Yuna mulai masuk ke dalam hutan. Tak lama kemudian, dia menemukan sebuah rumah kayu di ujung sana.Bagaimana mendeskripsikannya, ya? Rumah kayu itu bagai rumah kayu yang ada di dalam dongeng saja lantaran berada di dalam hutan. Namun, rumah kayu ini tidak seindah kenyataannya.Tampaknya rumah kayu ini sudah lapuk. Bahkan, ada lumut hijau di atas genteng sana. Jika tidak diperhatikan dengan saksama, tidaklah gampang untuk menemukan rumah kayu ini. Di depan sana dikelilingi oleh pagar yang sederhana. Kelihatannya bagai rumah petani biasa saja.Setelah melihat alamat di atas ponsel, Yuna mengangkat kepalanya melihat rumah di depan sana. Dia juga sudah memastikan tidak ada rumah lain di sekitar tempat ini. Mobil dihentikan. Saat tiba di depan pintu, Yuna menyadari sepertinya rumah ini tidak sesederhana penampilannya.Di atas sana dipasang beberapa kamera CCTV dan juga sistem pengamanan. Kali ini, Yuna benar-benar merasa lega. Setidaknya
Berhubung Yuna sudah tiba di sini, dia juga tidak mungkin mundur lagi. Dia memegang pisau yang dikaitkan di bagian pinggangnya. Dia melangkahkan kakinya ke sisi anak tangga. Setelah itu, dia baru berjalan ke bawah dengan perlahan.Setelah berjalan beberapa langkah, Yuna menyadari hanya sisi tangga saja yang tidak dipasang lampu. Setelah turun ke paling bawah, tampak sumber cahaya di dalam sana. Ternyata tempat ini adalah ruang bawah tanah yang sangat rahasia.Tak disangka akan ada ruangan rahasia seperti ini di dalam hutan. Tempat ini memang sangat cocok untuk memulihkan penyakit dan menghindari bahaya.Baru saja Yuna mulai melanjutkan langkah kakinya, terdengar suara batuk dari dalam sana. Akhirnya Yuna bisa mendengar suara Brandon!Yuna seketika menjadi bersemangat. Dia melangkah maju, lalu memanggil, “Brandon!”Tempat ini tidak seperti yang dibayangkan Yuna. Ruangan ini malah lebih mirip dengan ruang baca saja. Ada rak buku, meja baca, dan juga telah dipasang internet. Ranjang dilet
Setelah masker dilepas, selain wajah Brandon yang agak pucat, semuanya terasa normal.Wabah penyakit ini kedengarannya sangat mengerikan. Namun ketika terjangkit wabah penyakit itu, sepertinya kondisi tidak tergolong sangat parah.Seperti yang diberitakan, setelah terjangkit wabah penyakit, orang tersebut akan mengalami batuk. Kondisi paling parah adalah akan muntah darah. Namun, setelah diperiksa, kondisi Brandon saat ini masih tergolong normal.“Keluarkan lidahmu!” perintah Yuna.Brandon terbengong sejenak, lalu tersenyum. “Ternyata banyak yang tidak aku ketahui!”“Jangan omong kosong! Keluarkan lidahmu!” Raut wajah Yuna tampak serius. Dia seolah-olah bagai seorang dokter yang sangat serius.Brandon menunjukkan senyuman lembut, lalu menuruti apa kata istrinya. Dia mulai menjulurkan lidahnya.Bagian tengah lidah Brandon tampak agak memutih ….Yuna sudah bertahun-tahun mempelajari ilmu pengobatan dari Juan. Namun, ini adalah pertama kalinya Yuna mengobati pasien. Dulu Yuna tidak memili
Ide Brandon memang sangat bagus. Sepertinya Brandon juga sudah berpesan kepada Hanson untuk melakukan sistem perlindungan dengan sangat ketat.“Itu ….” Yuna terdiam sejenak, lalu bertanya, “Gimana dengan Frans?”Ketika mendengar nama itu, Brandon langsung terdiam. Raut wajahnya juga sangat serius.Sepertinya kondisi Frans tidaklah bagus. Hati Yuna seketika terasa penat. Di satu sisi, Yuna menginginkan jawaban. Namun di sisi lain, dia juga takut untuk mengetahui jawaban.Seandainya terjadi sesuatu yang buruk dengan Frans, bagaimana dengan Stella?“Ada banyak pekerja pabrik yang meninggal ….” Brandon menjawab dengan perlahan, “Ada yang meninggal karena peperangan dan juga ada yang meninggal karena wabah penyakit. Aku tahu aku tidak bisa tinggal lama di tempat itu lagi. Aku harus kembali.”Brandon tertegun sejenak, lalu melanjutkan, “Waktu itu kondisi agak kacau. Saat kami pergi, kami tak sengaja bertemu dengan tentara yang lagi berperang. Demi melindungiku, Frans pun tertembak ….”“Jadi,
“Terus gimana kalau dia sudah nggak berguna lagi?” tanya Chermiko.“.…”Seketika mereka langsung terdiam. Tidak ada yang thau pasti apa yang mereka lakukan, dan perasaan itu amat sangat membuat mereka tidak nyaman. ***Terlihat sekali betapa terburu-burunya Fred menanti Yuna bisa pilih kembali. Setiap hari dia meminta dokternya untuk memeriksa Yuna dan memberikannya berbagai macam obat yang sesungguhnya tidak diperlukan. Yuna tidak masalah dengan itu. Dia membiarkan mereka memasukkan berbagai macam vitamin dan obat ke tubuhnya. Namun satu-satunya permintaan dia adalah Juan harus tetap berada di sekitarnya. Dengan kata lain, Juan harus tetap berada di satu kamar yang sama. Karena hanya dengan begitulah dia bisa memastikan keamanan Juan.Karena takut Yuna akan melakukan percobaan bunuh diri untuk yang kedua kalinya, meski protes, Fred tetap memenuhi kemauannya karena dia tidak mau terjadi masalah lagi. Sudah cukup lama Yuna tidak berkesempatan untuk berdua saja dengan Juan di dalam satu
Setelah pembicaraan berakhir, Shane langsung mengetuk kamar Brandon dan Chermiko.“Dia mau resep obat itu,” katanya kepada mereka.Mereka berdua saling bertukar pandang sesaat, dan Chermiko berkata, “Mimpi.”“Dia benar-benar tamak juga ya ternyata,” timpal Brandon.“Jadi kita sebaiknya gimana?” tanya Shane.“Obat itu sejak awal memang nggak ada. Kalau kamu tanya kita harus gimana, apa kita perlu kasih obat palsu?” sahut Chermiko.Obat itu hanyalah karangan dan tidak pernah ada secara nyata, mau bagaimana caranya mereka memberikannya kepada Rainie? Namun di saat itu Brandon bilang kepada mereka, “Kurasa … bisa saja.”“Eh?”“Sekarang aku kasih kamu satu resep, aku bilang ini resep obat untuk bisa menghilang. Apa kamu bisa tahu kalau resep itu palsu?” tanya Brandon.“Nggak akan bisa, kecuali aku tes langsung melalui eksperimen,” jawab Chermiko. Dia tahu apa yang Brandon maksud, tetapi dia menepisnya, “Nggak bisa begitu! Dia pasti langsung tahu begitu aku selesai bereksperimen.”“Tapi pali
“Nggak ada apa-apa. Di sini tenan-tenang saja. Gimana anakku?”Seketika itu Rainie terdiam sesaat. Bahkan ketika di bawah pengaruh hipnotis pun Shane masih tidak bisa melupakan anaknya. Kalau Rainie memberi tahu kalau anaknya sudah mati, dia pasti akan menggila dan bisa jadi terlepas dari pengaruhnya.“Aku masih cari cara, tapi kamu tahu sendiri aku nggak bisa keluar dengan bebas. Aku nggak bisa ke Yuraria. Kalaupun aku mau menolong, aku nggak bisa. Waktu itu kamu ada bilang soal obat yang bisa bikin menghilang. Itu gimana?”“Aku nggak ngerti. Maksudnya apa?”“Kamu pernah bilang mereka menemukan komposisi obat itu, terus mereka teliti, bukan? Hasilnya gimana?”Meskipun Rainie merasa itu tidak masuk akal, Shane tidak punya alasan untuk membohonginya. Dan karena Shane sudah bilang begitu, mungkinkah memang ada kemungkinan? Rainie tidak berhasil meneliti obat tersebut, tetapi jika mereka mendapat kemajuan, siapa tahu itu bisa menjadi inspirasi untuk Rainie, dan dia bisa memanfaatkan Shane
“Tapi gimana kalau gagal?” tanya Rainie.Berdasarkan histori dan data-data yang Rainie lihat di lab, dia tidak yakin eksperimen Fred akan berhasil. Akan tetapi dia tidak berani berkata jujur karena Fred tidak pernah mau menerima yang namanya kegagalan. Membuat Fred kecewa tidak akan memberikan hal baik, tetapi … Rainie sendiri sesungguhnya berharap eksperimen itu gagal.Jika berhasil, Fred akan senang, tetapi itu tidak ada untungnya bagi Rainie. Jika gagal, Fred pasti akan mencobanya lagi, dan di saat itu dia mau tidak mau akan bergantung kepada Rainie.“Kerja yang benar, nanti pasti kuberi imbalan yang sesuai!” kata Fred. “Terus awasi Ross, sama si Shane itu juga. Oh ya, akhir-akhir ini apa Shane ada mencari anaknya lagi?”“Ada, sih. Dia bahkan sudah tahu anaknya ada di istana kerajaan Yuraria, tapi dia nggak bisa apa-apa juga,” balas Rainie.“Ya, dia nggak akan berani macam-macam! Berhubung kamu juga sudah berhasil mengendalikan pikiran dia, kasih tahu dia kalau anaknya sudah mati. B
“Eh? Yang benar? Kalau begitu aku ….”“Tapi ingat, kamu bebas keluar masuk di dalam gedung, bukan keluar dari tempat ini. Paham? Kalau kamu berani keluar satu langkah saja, aku nggak bisa melindungi kamu!” kata Fred sembari menepuk bahu Rainie dengan ringan.Seketika itu juga hanya dalam sekejap kegirangan Rainie langsung menghilang. Di detik itu dia mengira sudah bisa bebas keluar masuk kedutaan dan mendapatkan kembali kebebasannya. Namun ketika dipikirkan lagi dengan baik, apa yang Fred katakan tidaklah salah. Lagi pula apa untungnya juga Rainie keluar. Dengan kondisi sekarang ini, dia keluar sedikit saja pasti akan langsung ditangkap oleh anak buahnya Brandon atau Edgar.Bicara soal Edgar membuat Rainie teringat dengan lab yang sudah dihancurkan itu, serta kedua orang tua dan juga rumahnya. Rainie sempat berpikir untuk mengunjungi rumahnya semenjak dia bebas dari Brandon. Tetapi dari kejauhan Rainie melihat ada orang yang memindahkan barang-barang di rumahnya. Dan dari omongan orang
Ross melihat ke sana kemari seolah-olah sedang khawatir ada orang yang sewaktu-waktu datang mengejarnya. Rainie yang menyadari perilaku itu segera berkata, “Pak Fred ada pertanyaan untuk Pangeran. Dia pasti berniat baik, jadi tolong Pangeran jawab pertanyaannya dengan baik, ya?”Kemudian, Rainie sekali lagi mengetuk jarinya ke botol. Ross tampak mengernyit dan sedikit kebingungan, tetapi dia lalu mengangguk dan berkata, “Ya!”Rainie berbalik menatap Fred dan mundur ke belakangnya. Sembari menatap Ross dari balik layar ponsel, dia berdeham, “Pangeran Ross, selama perjalanan apa sudah dapat kabar tentang Yang Mulia?”Sudah pasti belum ada, tetapi Fred sengaja bertanya seperti itu kepada Ross. Benar saja, Ross menggelengkan kepala menjawab, “Belum ada. Tapi kurasa karena aku baru pergi satu hari, jadi belum terlalu jauh. Kamu bilang mamaku pergi ke tempatnya suku Maset atau semacamnya, ‘kan? Mungkin perlu beberapa hari baru bisa sampai ke sana.”“Iya, betul. Yang Mulia bilang mau pergi ke
Selagi Rainie sedang berpikir, Fred masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.“Hari ini kamu sudah hubungi dia?”“Sudah, baru saja. Lokasinya sesuai. Aku juga sudah video call, nggak masalah,” jawab Rainie.Dia tidak berani mengatakan kepada Fred kalau dia memiliki kecurigaan terhadap Ross. Dia tidak mau Fred tahu kalau karyanya belum sempurna.“Ok,e coba hubungi dia lagi!”“Eh?”“Kenapa, ada masalah?”“Nggak, tapi tadi baru saja aku telepon. Apa … ada pertanyaan yang mau disampaikan?”“Nggak ada, aku cuma mau ngobrol langsung sama dia sebentar. Nggak boleh?”“... oh, tentu saja boleh.”“Kalau begitu tunggu apa lagi ? Cepat telepon dia lagi!”Rainie pun kembali menghubungi nomor Ross sembari memegang erat botol birnya, berharap semua berjalan lancar sesuai rencana. Telepon sempat berdering beberapa saat sampai akhirnya diangkat oleh ross. Di video call tersebut Ross memakai topi dan kacamata sehingga separuh wajahnya tertutup oleh bayangan objek di sekitarnya.“Tadi kenap
Di malam hari, Ross mengirimkan lokasi GPS-nya kepada Rainie. Tentu saja lokasi itu sudah dipalsukan sesuai dengan rencana perjalanannya semula, mengubah alamat IP, dan mengirimkannya kepada Rainie. Tak lama Rainie menghubunginya dengan video call.Untungnya Brandon sudah bersiaga dengan menyiapkan latar yang meyakinan, jadi ketika Rainie menelepon, Ross hanya perlu berdiri di depan latar dan menerima panggilan Rainie.Ketika panggilan tersambung, Rainie langsung memperhatikan apa yang ada di belakang Ross. “Pangeran, di belakang sana banyak pepohonan lebat. Sudah sampai di pinggir kota?”“Tempatnya agak jauh dan terpencil. Supaya menghindari pengawasan dari pihak berwenang, aku nggak bisa lewat jalan besar,” jawab Ross, kemudian dia gantian bertanya, “Urusan di kedutaan lancar? Fred bisa menanganinya?”“Pak Fred pasti bisa, maaf jadi merepotkan Pangeran,” jawab Rainie.“Nggak apa-apa! Memang ini sudah kewajibanku menjaga keamanan mamaku sendiri.”“Baiklah kalau begitu, Pangeran. Selam
Yuna memiringkan kepalanya sedikit sembari menarik tangan Juan, lalu menatap wajahnya dan berkata dengan penuh amarah, “Kamu dipukuli?!”“Nggak apa-apa!”“Apanya nggak apa-apa! Kamu dipukuli mereka?!”Yuna spontan mengubah posisi duduk, tetapi dia baru saja sadar dari koma dan tubuhnya masih lemah, alhasil napasnya jadi sedikit terengah-engah.“Siapa? Fred?!”“Kamu kira aku nggak bisa menangkis? Kalau aku serius, dia nggak bakal bisa mengenaiku sedikit pun!”“Beraninya dia memukulmu?!”Jelas sekali ucapan Juan sama sekali tidak digubris oleh Yuna. Dia sudah terlanjur diselimuti oleh kemarahan melihat gurunya disakiti oleh orang lain. Mulut Yuna memang sering kali kasar ketika sedang berbicara dengan Juan, tetapi jauh di lubuk hati dia sangat menghormati gurunya. Waktu Yuna berguru dengan Juan memang tidak terlalu lama dan putus nyambung, tetapi dia sudah belajar banyak sekali darinya. Bagi Yuna, Juan adalah senior yang sangat berjasa dalam hidupnya. Yang lebih membuat Yuna marah, di us