“Iya, iya, kamu tidak bodoh!” balas Susan, kemudian dia bergumam dengan suara kecil, “Kalau kamu tidak bodoh, kenapa kamu tidak sadar dirimu sudah diracuni dalam waktu selama ini?”“Apa kata Tante?” Bella berlagak tidak mendengar apa-apa.“Tidak, tidak, kok.” Susan melambaikan tangannya. “Hanya saja, obat ini ….”“Aku akan bawa obat ini untuk dikonsumsi di rumah Kak Yuna. Mulai besok, aku nggak bakal sering di rumah. Tante juga nggak usah sering ke sini. Nanti Tante sia-sia datang ke sini. Kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi aku.” Bella duluan mengingatkan.“Tapi dokter genius sudah berpesan sebelumnya, dia berpesan agar kamu tidak sembarangan makan di luar sana. Lebih baik kamu malah di rumah ….”“Dokter genius juga bilang aku keracunan, seharusnya ada yang sengaja ingin meracuniku,” sela Bella lagi, “Aku rasa waktu itu dokter genius juga nggak berpikir dengan saksama. Dia berpesan kepadaku untuk jangan sembarangan makan di luar sana. Tapi mungkin dia lupa makanan di rumah lebih berb
“Keluarga Setiawan akan ketiban sial? Kenapa?” Ketika mendengar ucapan ini, Bella mulai merasa gugup.Bella menganggap Yuna sebagai teman terbaiknya. Tentu saja dia tidak berharap terjadi apa-apa dengan Keluarga Setiawan. “Haish, kamu jangan tanya lagi!” balas Susan. Dia tak menyangka dirinya malah keceplosan.“Tante, katakanlah. Jangan setengah-setengah!” ucap Bella dengan buru-buru.Berhubung Susan sudah keceplosan, dia pun terpaksa mengatakannya, “Sebenarnya masalah ini bukan rahasia lagi. Telah terjadi sesuatu dengan bisnis Grup Setiawan, ada keracunan massal di pabrik Asia Selatan. Insiden ini memang tidak tergolong besar, tapi Brandon malah turun tangan sendiri. Dengar-dengar situasi negara itu sangat kacau, sering terjadi perang dan juga lagi ada wabah penyakit. Sepertinya dia tidak mungkin bisa kembali dengan selamat.”“Coba kamu pikir sendiri, kalau terjadi apa-apa dengan Brandon, itu berarti Keluarga Setiawan … akan menjadi kacau balau, ‘kan? Bukankah Keluarga Setiawan akan
“Tuan Brandon ke luar negeri. Apa telah terjadi sesuatu dengan bisnis keluarga kalian?” Bella kembali melanjutkan, “Kak Yuna, aku nggak tahu telah terjadi masalah serius di keluarga kalian. Beberapa hari ini, kamu masih bisa-bisanya sibuk dengan masalahku. Kamu pasti merasa sedih banget, ‘kan? Maaf, ya. Aku nggak memikirkan perasaanmu. Sebelumnya aku malah sempat mencurigaimu. Aku sungguh minta maaf!”Semakin dipikir-pikir, Bella merasa dirinya sangat berengsek. Padahal Yuna sudah susah payah ingin membantunya, dia malah mencurigai Yuna.“Apa ada yang bisa aku bantu?” Ini pertama kalinya Bella ingin membantu seseorang dengan menggunakan kekuasaan ayahnya.“Nggak usah.” Yuna menggeleng. Akhirnya dia mengerti kenapa Bella begitu tergesa-gesa. Dia pun tersenyum, lalu membalas.“Kamu nggak usah sungkan sama aku. Aku memang nggak bisa bantu banyak, tapi asalkan kamu buka suara, aku pasti akan berusaha!” ucap Bella dengan serius.Yuna mengangkat salah satu tangannya, menepuk-nepuk pundak Bel
Setelah Yuna meninggalkan laboratorium, setiap harinya suasana di dalam ruangan terasa semakin tertekan.Chermiko sangat obsesif dalam bekerja. Dia selalu mengurung diri di dalam laboratorium tanpa melihat waktu. Dia berulang kali melakukan penelitian dan hasilnya masih tetap gagal. Alhasil, temperamen Chermiko semakin buruk lagi. Anggotanya juga semakin gugup saja.Chermiko sungguh tidak habis pikir. Jelas-jelas sudah ada contoh yang berhasil sebelumnya, data sebelumnya juga sudah dipulihkan, seharusnya ada kemajuan besar dalam penelitian. Hanya saja, kenapa penelitian malah semakin sulit saja.Pengambilan ekstraksi obat herbal bukanlah hal sulit bagi Chermiko. Hanya saja, dia sulit dalam menggabungkan wewangian ke dalam ekstraksi obat herbal. Sebelumnya Chermiko juga pernah mencoba untuk mengatur komposisi dengan menurunkan kadar kekentalan obat, lalu meningkatkan kadar wewangian. Hanya saja, khasiat obat malah berkurang drastis. Jadi, kadar kekentalan obat tidak boleh diturunkan la
Chermiko terdiam sejenak.Disusul, tampak bibir delima Rainie dikerucutkan ke sisinya. Bibir itu kelihatan sangat menggoda, seolah-olah sedang menunggu untuk dikecup Chermiko saja.Chermiko terdiam sejenak.Jantung Chermiko seketika berdegup kencang. Tenggorokannya juga terasa kering. Dia spontan melihat keluar, tetapi tidak ada yang melewati. Seketika dia merasa bagai sedang melakukan kesalahan saja.Apa yang sedang dilakukan Rainie? Mereka memang sedang berada di balkon dan tidak ada orang di sini, tetapi tempat ini adalah area publik. Semua orang bisa melewati kapan saja.Seiring semakin mendekatnya Rainie, Chermiko pun hendak menjauhinya. Hanya saja, tubuhnya malah tidak bisa dikendali terpaku di tempat. Dia melebarkan matanya melihat Rainie. Wajah wanita itu semakin mendekatinya saja ….Saat Chermiko merasa gugup hendak menjerit, tiba-tiba bibir si wanita terbuka …. Rainie mengembuskan asap rokok ke wajahnya!Kepulan asap diembuskan ke wajah Chermiko. Berhubung Chermiko sedang mem
Chermiko tersenyum sinis, lalu melirik Rainie. “Kalau Nona Rainie paham, kenapa kamu tidak bukakan resep untuk adikmu?”“Terserah aku dong mau buka resep atau nggak.” Rainie menatapnya, lalu berkata dengan datar, “Tapi resep obatmu itu … nggak berguna!”Lagi-lagi resep obat Chermiko dikatakan tidak berguna. Chermiko merasa agak marah. “Sepertinya tidak seharusnya kamu berbicara seperti ini kepadaku. Kamu seharusnya bilang sama ibumu, bisa jadi ibumu akan mendengar masukanmu. Lagi pula, aku juga malas untuk pergi ke rumahnya.”Maksud ucapan Chermiko adalah jika bukan karena ibunya Rainie memaksa Chermiko untuk pergi mengobati Bella, dia juga tidak berminat untuk melakukannya.“Kamu nggak ingin atau kamu nggak bisa?” Rainie sedang tersenyum. Hanya saja, senyuman itu membuat Chermiko merasa dirinya bagai disindir saja. “Bukankah aku sudah bilang sebelumnya, jangan ikut campur biar reputasimu nggak hancur nantinya.”“Sepertinya Nona Rainie tidak berharap adik sepupumu bisa sembuh?” Chermik
Chermiko sungguh tidak percaya dirinya malah dipermainkan wanita ini lagi.Hatinya terasa sangat penat. Namun, dia tidak menemukan tempat untuk melampiaskannya. Awalnya Chermiko pergi ke balkon untuk menghirup udara segar. Sekarang, hatinya malah terasa semakin penat lagi!…Selama dua hari ini, Yuna terus mengikuti perkembangan situasi di Asia Selatan. Informasi yang disiarkan di dalam negeri sangatlah terbatas. Secuil informasi di internet itu tidak sanggup menenangkan hati Yuna. Terlebih … sudah beberapa hari Yuna tidak mendapatkan kabar Brandon.Yuna tahu sinyal di sana tidaklah bagus. Hanya saja, apa sinyalnya seburuk itu? Bukankah tempat yang ditempati Brandon tergolong area yang aman? Selain peperangan dan wabah penyakit, Yuna juga tidak tahu apa yang telah terjadi di sana.Yuna bahkan sempat berpikir, jika Brandon meneleponnya lagi, dia akan membujuk Brandon untuk kembali dulu. Lagi pula dia juga sudah memahami kondisi di sana, dia seharusnya sudah memahaminya. Pada akhirnya, m
“Janggutku!”Juan sungguh kesakitan. Pada akhirnya, dia tidak sanggup menjaga janggutnya.Sementara, si Kenzi sedang merangkak di atas tubuh Juan. Tangan kecilnya diayunkan. Setiap jari tangannya terjepit satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh helai janggut putih. Inilah “mainan” yang paling disukai Kenzi.“Kalian sudah ambilkan mainannya belum? Cepat bawakan camilan ke sini!” jerit Juan.Meskipun demikian, Juan juga tidak tega untuk memukul si kecil. Dia hanya bisa berdiri dengan perlahan.Yuna berjalan pergi menggendong Kenzi, lalu memarahinya, “Nggak boleh bersikap seperti ini! Nggak sopan!”“Hah?” Kenzi menggaruk kepalanya dengan bingung. Dia tidak mengerti maksud ucapan Yuna.Ekspresi kekanak-kanakan ini membuat Juan tertawa terbahak-bahak. Dia membangkitkan tubuhnya sembari melambaikan tangannya. “Sudahlah, sudahlah, dia masih kecil, dia tidak mengerti apa-apa. Kalian saja yang terlalu lamban. Semua ini salah kalian!”Pelayan terdiam. Padahal gerakan mereka sangatlah gesit, da
“Bukan begitu. Maksudku, istana negara kan besar, apa mungkin ….”“Nggak mungkin!” sela Ross, lalu tanpa ragu dia berkata, “Aku lahir dan tumbuh besar di sana. Seberapa besar tempat itu, bahkan sampai ada berapa ekor semut pun aku tahu. Kalau memang ada anak yang kamu maksud itu, aku pasti sudah lihat!”“.…”Mendengar itu, tatapan di kedua mata Shane langsung hampa dan dia tampak sedang berpikir dalam. Jelas sekali bantahan Ross memberikan pukulan yang sangat dalam baginya. Selama ini dia berasumsi Nathan ada di istana kerajaan Yuraria dan yakin kalau dia baik-baik saja meski tidak bisa melihatnya secara langsung. Selama Shane memiliki cara untuk menyelamatkannya, ayah dan anak bisa bersatu kembali, tetapi sayang Shane harus menelan fakta pahit bahwa Nathan tidak ada di sana.Lantas jika Nathan tidak ada di sana, ada di manakah dia?Ross jadi tidak enak hati melihat Shane begitu kecewa. “Jangan sedih dulu. Kalau nggak ada di istana, mungkin dia disembunyikan di tempat lain. Kalau Fred
Ross terlihat santai santai meyeruput kopinya di ruang tamu, tetapi Shane tidak demikian. Dia terus mengubah tayangan di TV karena tidak bisa diam untuk menikmati suatu tayangan dengan tenang dari awal sampai habis.“Hey, nggak usah panik begitulah, santai saja!” kata Ross.“Aku juga maunya begitu, bisa duduk santai sambil ngopi kayak kamu. Tapi masalahnya aku nggak bisa.”“Ah, kondisi kita sekarang memang agak rumit, tapi jangan sampai gara-gara ini suasana hati kamu adi rusak,” kata Ross sembari menawarkan kudapan ke Shane. “Paling nggak untuk sekarang kita nggak sepenuhnya pasif. Iya, ‘kan?”Dengan kondisi di saat itu, Shane tidak ada nafsu untuk menyantap kudapan yang Ross tawarkan padanya. Dia hanya menatap wajah Ross dan hendak mengatakan sesuatu, tetapi kemudian dia menariknya kembali.“Tadi kamu mau ngomong sesuatu?” tanya Ross.Terbukti, dari tadi Ross memang memperhatikan Shane. Meski TV menyala, Ross tidak fokus ke sana dan malah terus menatap Shane yang beberapa kali sudah
Pernyataan itu membuat Yuna terkesiap. Dia sangat tidak menyangka Fred malah melindungi Rainie. Dari yang Yuna pikirkan selama ini , semestinya Fred tidak peduli dengan Rainie karena pada awalnya pun Fred sudah membuang Rainie di lab yang lama. Jika tidak begitu, untuk apa Rainie harus bersusah payah datang ke sini dan membuktikan dirinya kepada Fred.“Kamu pasti berpikir aku bakal membuang dia tanpa berat hati, ‘kan? Sayangnya kamu salah. Dia itu cukup pintar dan setia. Bagiku dia masih sangat berguna, jadi untuk apa kubuang? Masalah kamu mau menurut atau nggak, itu bukan kamu yang menentukan. Jangan terlalu lugu jadi orang! Bawa si tua bangka ini pergi, taruh dia di tempat terpisah!”Dari ucapannya itu, sudah jelas Fred tidak ada niat untuk membebaskan Juan.“Kamu sama saja dengan mencari masalah kalau nggak membebaskan guruku,” kata Yuna bermaksud mengingatkan bahwa akibatnya akan serius jika Fred masih tidak mau membebaskan Juan.“Masa iya? Tapi aku paling nggak takut sama yang nam
“Apa maksudmu?” tanya Fred.“Ingat, sebesar apa pun otoritas yang kedutaan punya, pada akhirnya mereka tetap harus tunduk sama hukum negara setempat. Hilangnya aku mungkin nggak begitu dipedulikan sama negara, tapi beda cerita dengan guruku. Guruku ini sangat dihormati banyak orang dan sudah banyak pejabat tinggi negara yang pernah dia tolong. Cuma menghilang satu atau dua hari saja mungkin belum ada yang sadar, tapi lama-lama pasti ada orang yang melapor ke polisi. Tinggal kita lihat saja bakal sebesar apa kehebohannya. Apa nanti kamu masih bisa menjalankan eksperimen kamu dengan tenang?”Kalimat terakhir memberikan dampak yang sangat serius terhadap Fred. Eksperimen itulah yang sangat dia pedulikan di antara banyak hal lainnya.“Kamu pikir aku takut sama pemerintah kalian yang nggak bisa kerja itu?”“Ha, kalau nggak takut, kenapa kamu harus sembunyi-sembunyi begini? Lagi pula mereka bukan pejabat yang nggak bisa kerja. Kalau kamu masih nggak mau membebaskan guruku, tunggu saja. Nanti
“Oh, jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar intinya cuma itu,” ujar Yuna sembari bersandar ke belakang dan kedua tangan bersila di depan adanya. “Bukannya kamu selalu bilang kamu yang paling hebat? Kenapa cuma catatan eksperimen saja kamu nggak bisa?”“Nggak usah congkak, itu juga bukan hasil jerih payahmu sendiri saja, tapi seluruh ilmuwan yang ada di lab kita dulu,” ucap Rainie menepis. “Waktu itu kamu yang bawa pergi catatannya dan database lab juga sudah rusak. Daripada kamu mati tanpa mewariskan apa-apa, mending kasih aku saja, biar aku yang memanfaatkannya!”Rainie sangat menginginkan catatan itu, tetapi di tahu catatan itu masih dipegang oleh Yuna, dan Yuna jelas tidak akan semudah itu memberikannya kepada orang lain, apalagi Rainie. Catatan eksperimen itu akan sangat berguna sebagai fondasi bagi eksperimen lain di masa depan. Rainie mana rela membiarkan Yuna menyimpan itu untuk dirinya sendiri saja. Sekarang mau tidak mau Rainie mengancamnya dengan membawa-bawa nama Brandon
Yuna tidak peduli ataupun memberikan tanggapan balik karena dia tidak percaya dengan satu pun dari kata-kata yang Rainie ucapkan. Kedatangan Rainie ke sini semata-mata hanya untuk membuat Yuna terpancing. Yuna tidak akan terjatuh semudah itu.Raine tentu saja merasa tersinggung dengan sikap Yuna yang cuek, dia pun berkata, “Kamu pasti berpikir aku cuma ngelantur, ‘kan? Sekarang mereka juga pasti lagi kesulitan, makanya selama ini mereka nggak bergerak. Selain itu aku juga sudah meneliti obat yang bisa mengendalikan pikiran orang lain. Sekarang Shane sudah ada di bawah genggamanku, tapi mereka masih belum menyadarinya. Coba kamu tebak, kalau aku suruh Shane untuk membunuh mereka semua sewaktu mereka lagi tidur, siapa yang akan jadi pemenang di antara kita?”“Sudah selesai bacotnya? Kalau sudah, boleh keluar sekarang?” balas Yuna. “Apa Fred segitu meremehkan amu sampai dia nggak kasih kamu kerjaan yang lebih penting?”“Hahaha, kamu salah. Sekarang semua lab sudah dipercayakan padaku. Aku
Yuna menarik tangan Juan dan berkata padanya dengan raut wajah serius. “Aku nggak demam, apalagi gila. Pokoknya kamu harus dengar apa kataku!”“Kamu bisa mati!”“Aku mungkin akal mati, tapi bisa juga nggak. Tapi yang jelas kalau eksperimen ini nggak dilakukan, semuanya nggak akan berakhir. Supaya kekacauan ini bisa segera selesai, eksperimen ini harus dilakukan.”“Benar apa yang dia bilang!”Seketika mereka mendengar ada suara orang lain yang datang dari luar. Pintu kamar terbuka dan Rainie pun masuk dengan wajah tersenyum.“Kamu siapa?” tanya Juan dengan wajahnya yang mengerut kesal. Siapa pun yang bisa bebas keluar masuk kamar ini berarti adalah kawannya Fred, dan mereka jelas bukan orang baik-baik.“Dia sama saja kayak Fred,” jawab Yuna.“Oh, kelihatan, sih.”Rainie tidak marah atau tersinggung mendengar itu, dia justru malah bangga.“Terus kenapa? Di sini yang kuat memakan yang lemah. Aku pemenangnya, dan kalian pecundang. Oh, salah, kamu bahkan bukan pecundang, tapi onggokan dagin
“Terus gimana kalau dia sudah nggak berguna lagi?” tanya Chermiko.“.…”Seketika mereka langsung terdiam. Tidak ada yang thau pasti apa yang mereka lakukan, dan perasaan itu amat sangat membuat mereka tidak nyaman. ***Terlihat sekali betapa terburu-burunya Fred menanti Yuna bisa pilih kembali. Setiap hari dia meminta dokternya untuk memeriksa Yuna dan memberikannya berbagai macam obat yang sesungguhnya tidak diperlukan. Yuna tidak masalah dengan itu. Dia membiarkan mereka memasukkan berbagai macam vitamin dan obat ke tubuhnya. Namun satu-satunya permintaan dia adalah Juan harus tetap berada di sekitarnya. Dengan kata lain, Juan harus tetap berada di satu kamar yang sama. Karena hanya dengan begitulah dia bisa memastikan keamanan Juan.Karena takut Yuna akan melakukan percobaan bunuh diri untuk yang kedua kalinya, meski protes, Fred tetap memenuhi kemauannya karena dia tidak mau terjadi masalah lagi. Sudah cukup lama Yuna tidak berkesempatan untuk berdua saja dengan Juan di dalam satu
Setelah pembicaraan berakhir, Shane langsung mengetuk kamar Brandon dan Chermiko.“Dia mau resep obat itu,” katanya kepada mereka.Mereka berdua saling bertukar pandang sesaat, dan Chermiko berkata, “Mimpi.”“Dia benar-benar tamak juga ya ternyata,” timpal Brandon.“Jadi kita sebaiknya gimana?” tanya Shane.“Obat itu sejak awal memang nggak ada. Kalau kamu tanya kita harus gimana, apa kita perlu kasih obat palsu?” sahut Chermiko.Obat itu hanyalah karangan dan tidak pernah ada secara nyata, mau bagaimana caranya mereka memberikannya kepada Rainie? Namun di saat itu Brandon bilang kepada mereka, “Kurasa … bisa saja.”“Eh?”“Sekarang aku kasih kamu satu resep, aku bilang ini resep obat untuk bisa menghilang. Apa kamu bisa tahu kalau resep itu palsu?” tanya Brandon.“Nggak akan bisa, kecuali aku tes langsung melalui eksperimen,” jawab Chermiko. Dia tahu apa yang Brandon maksud, tetapi dia menepisnya, “Nggak bisa begitu! Dia pasti langsung tahu begitu aku selesai bereksperimen.”“Tapi pali