Delon tertegun sejenak, lalu mengeluarkan suara tawa. “Lugu sekali! Apa Tuan Shane sedang bercanda? Apa kamu tidak tahu apa kegunaan dari penelitian ini? Apa Bos tidak beri tahu kamu? Seandainya masalah ini sampai ketahuan sama Yuna, apa kamu rasa dia akan melanjutkan penelitian?”“Kenapa tidak?” tanya Shane kembali. “Kamu hanya perlu beri tahu dia, demi keselamatan dan keberhasilan penelitian, semua obat yang mengandung racun akan dieliminasi. Kalian hanya akan menjalankan penelitian yang berguna untuk membugarkan dan mengobati pasien.”Seusai berbicara, kedua mata Delon pun terbelalak. “Mana mungkin!”“Tuan Shane, kamu suruh aku membohonginya? Dia tidak mungkin akan tertipu dengan gampangnya! Lagi pula, penelitian ini harus diselesaikan olehnya. Tidak ada artinya aku membohonginya!”Delon merasa Shane sangatlah lugu. Apa dia merasa Yuna bisa dibohongi dengan gampangnya? Jika Yuna bisa dikelabui, apa mungkin Delon akan merasa sakit kepala seperti ini?“Sejak kapan aku suruh kamu membo
Pagi-pagi, ketika Stella pergi ke studio, dia menyadari pintu studio dalam keadaan terbuka dan lampu dalam keadaan menyala. Bahkan, terdengar suara mesin eksperimen di dalam ruangan. Stella merasa bingung. Dia sedang berpikir kembali apakah dirinya lupa mematikan semuanya semalam.Alhasil, baru saja Stella berjalan beberapa langkah, terdengar ada suara dari dalam sana. Salah satu ruang eksperimen dalam keadaan tertutup. Ada orang di dalam sana.Selain bahan wewangian, studio mereka hanya memiliki tanaman saja. Harga mesin-mesin di dalam studio memang tidaklah murah, tetapi tidaklah gampang untuk dipindahkan, apalagi dijual. Sepertinya tidak mungkin studio mereka kemalingan?Lantaran berpikir seperti ini, Stella mencondongkan kepalanya hendak pergi membuka pintu. Dia memutar gagang pintu dan pintu pun didorong.Suara di dalam ruangan berhenti dalam sesaat. Stella melihat sekilas, lalu berkata, “Lho! Kenapa kamu bisa ke sini?”Stella sungguh tidak menyangka ternyata orang di dalam ruanga
Beberapa saat ini Yuna sibuk dengan masalah di institut penelitian. Dia juga tidak sempat untuk mengurus masalah studio. Apalagi Yuna juga tidak tertarik dengan proyek seperti ini. Jadi, dia pun memilih untuk menolaknya.Yuna berjalan ke depan, lalu menuangkan segelas air dan meneguknya. Dia memalingkan kepalanya baru menyadari Stella masih sedang mengikutinya. Sepertinya ada yang ingin dikatakan Stella kepadanya.“Ada apa?”“Tapi orderan itu dari keluarga kerajaan. Kalau ditolak … sepertinya agak nggak memungkinkan.”Seandainya klien mereka adalah orang kaya biasa, semuanya juga tidak masalah. Namun mereka berasal dari keluarga kerajaan Negara Yuraria. Jadi, jika menolak orderan mereka, nantinya malah dianggap tidak menghormati mereka.“Memangnya ada apa dengan keluarga kerajaan? Bilang saja kita nggak sanggup untuk melakukannya.”Yuna juga tidak peduli dengan keluarga kerajaan itu. Lagi pula, dia tidak pernah kepikiran untuk mengembangkan kariernya di Negara Yuraria. Justru karena kl
“Hei!” Suara dingin itu mengejutkan Chermiko. Dia spontan melangkah mundur, lalu terdengar lagi ucapan selanjutnya. “Mohon jauhi mobilku!”Chermiko terdiam membisu. Dia melihat sekeliling, tetapi dia tidak bisa menemukan batang hidung orang itu. Kemudian, tatapan Chermiko tertuju pada kamera CCTV kecil dan speaker di depan pintu gerbang. Sepertinya suara berasal dari tempat itu.Berhubung merasa penasaran, Chermiko berjalan maju beberapa langkah, lalu mengangkat kepalanya untuk melihat kamera CCTV. Kemudian, dia mengangkat jarinya menunjuk mobil sport tersebut. “Mobil ini … punyamu?”Di dalam studio.Yuna melihat wajah di depan monitor tiba-tiba membesar. Dia pun merasa sangat lucu. Stella yang berada di samping langsung tertawa keras.“Dia … lucu juga!”“Kalau bukan punyaku, memangnya punyamu? Jauhi mobilku! Kalau nggak, aku akan lapor polisi!” ucap Yuna dengan tidak sungkan.Seumur hidup Chermiko, dia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Apa mereka mengira dirinya hendak mencuri mo
Waktu itu di depan institut penelitian, Chermiko menceramahi Yuna apa-apa saja yang tidak seharusnya dia lakukan. Chermiko juga memaksanya untuk mundur dari tim penelitian. Kali ini, si lelaki menjengkelkan ini malah datang ke studionya. Jika Chermiko mengatakan dirinya hanya kebetulan melewati tempat ini, sepertinya Yuna tidak akan memercayainya.“Kalau aku bilang aku lewat, apa kamu akan percaya?”Yuna hanya tertawa. “Hehe ….”Setelah tertawa, Yuna juga tidak berbicara lagi. Dia menatap Chermiko, lalu menunjukkan senyuman sinis di wajahnya.Aneh sekali! jelas-jelas Chermiko hanya melewati tempat ini, kenapa dia malah merasa gugup ketika dipandang si wanita? Seolah-olah dirinya sedang mencari alasan saja.Kepikiran hal ini, Chermiko langsung membusungkan dadanya, lalu menunjuk mobil di depan sana. “itu mobilmu?”Yuna mengalihkan pandangannya melihat ke arah yang ditunjuk Chermiko. “Memangnya kenapa kalau iya?” Beberapa saat kemudian, Yuna melanjutkan, “Memangnya kenapa juga kalau buka
Yuna menjawab sambil tersenyum tipis, “Tentu saja kenal.”Chermiko langsung bertanya dengan semangat, “Siapa? Apa aku juga kenal orangnya?”“Seharusnya kamu juga kenal.” Yuna menyilangkan tangannya di depan dada, lalu mengamati Chermiko sambil berkata dengan tenang, “Murid terakhir Pak Juan itu ... bukannya kamu?”“Aku ....” Setelah tertegun sejenak, Chermiko baru menyadari maksud Yuna.“Kenapa? Apa Tuan Chermiko sendiri sudah lupa? Di Kanita, eh salah. Di seluruh negeri ini, siapa yang nggak tahu kalau kamu itu murid terakhir Pak Juan? Kenapa hari ini kamu tiba-tiba tanya soal murid terakhir Pak Juan lagi? Memangnya kamu sendiri nggak tahu?”Chermiko yang biasanya berlidah tajam pun tidak bisa berkata-kata setelah disindir oleh Yuna. Saat mengingat kedekatan Yuna dengan Kakek Juan, Chermiko bisa menebak bahwa Yuna seharusnya tahu dirinya bukanlah murid terakhir Kakek Juan. Lagi pula, Chermiko juga tidak perlu menutupinya dari Yuna. Jadi, Chermiko pun berkata dengan jujur, “Aku tidak
Seluruh tubuh Chermiko berputar tak terkendali, lalu lengannya dipelintir ke belakang sehingga dia merasa sangat kesakitan. Begitu Yuna mengerahkan sedikit tenaga lagi, tangannya pasti akan patah. Hal yang paling mengejutkan adalah … padahal Yuna sedang hamil, tetapi mampu memelintir lengannya hanya dengan sebelah tangan. Chermiko ingin melepaskan diri dari cengkeraman Yuna, tetapi lengannya yang terpelintir itu sama sekali tidak bisa digerakkan.“Yuna, beraninya kamu main tangan!” teriak Chermiko dengan marah. Dia melambaikan tangannya yang satu lagi ke arah Yuna agar Yuna melepaskan cengkeramannya.Namun, reaksi Yuna sangat cepat. Dia menghindari serangan Chermiko itu, lalu menendang punggung Chermiko sambil melepaskan cengkeramannya.“Ah!” Chermiko pun berteriak sebelum terjatuh ke lantai.“Tuan Chermiko, mungkin ingatanmu agak bermasalah.” Yuna meletakkan kedua tangannya di sisi pintu, lalu menatap Chermiko yang tersungkur di lantai sambil berkata, “Bukannya kamu yang duluan main t
Saat menjelang malam, Brandon datang ke studio untuk menjemput Yuna pulang ke rumah. Setelah masuk ke mobil dan mengenakan sabuk pengaman, Yuna melihat ada sebuah kotak besar yang dibungkus dengan cantik dan dihiasi pita di tempat duduk belakang.Yuna tersenyum, lalu menggoda Brandon, “Wanita beruntung mana yang akan mendapatkan hadiah itu?”“Selain kamu, memangnya ada wanita mana lagi yang layak mendapatkan hadiah dariku?” tanya Brandon sambil melirik Yuna dengan penuh kasih sayang.“Hari ini bukan hari penting, ‘kan? Kenapa kamu tiba-tiba memberiku hadiah?” Meskipun berkata begitu, Yuna tetap merasa gembira karena mendapatkan hadiah. Dia bertanya dengan penasaran, “Apa itu?”“Siapa bilang hari ini bukan hari penting? Apa kamu sudah lupa hari ini hari apa?” tanya Brandon.Setelah mendengar pertanyaan Brandon, Yuna pun tertegun dan mulai memikirkannya. Hari ini bukanlah hari peringatan pernikahan mereka ataupun hari ulang tahun mereka dan putra mereka. Dia mengecek kalender ponsel, tet
Harus diakui, setiap tutur kata yang Yuna ucapkan sangat mengena di sanubari Ratu. Memang benar meski Ratu tidak bisa lagi menunggu, toh sekarang ada waktu kosong. Tidak ada salahnya bagi Ratu untuk memberi kesempatan kepada yuna untuk mencoba. Kalau yuna gagal, tinggal lakukan sesuai dengan rencana awal.Rencana R10 ini sejak awal memang sudah mendapat berbagai macam halangan. Pertama adalah perlawanan dari anaknya sendiri, kemudian jika diumumkan pun, entah akan seperti apa kritik dan tekanan dari opini publik. Namun di luar semua itu, yang paling penting adalah bahwa Ratu sendiri juga tidak yakin dengan keputusannya sendiri.Dari luar, Ratu mungkin terlihat tegas. Namun hanya dia sendiri yang tahu kalau sebenarnya dia pun sering meragukan keputusannya. Jika Ratu tidak ragu, pada hari itu juga dia akan tetap melanjutkan eksperimennya, bukan malah menunggu seperti sekarang. Dengan diberhentikannya eksperimen R10 untuk sementara, Ratu makin bimbang.“Kamu butuh apa?” tanya Ratu. Berhub
Saat Yuna mengatakan itu, ekspresi wajah Ratu masih tidak berubah. Ratu hanya menutup kelopak matanya untuk menutupi sorotan yang terpancar dari bola matanya. Tentu saja pada awal eksperimen ini dilakukan, dia menyembunyikan faktanya dari semua orang agar tidak ada yang tahu.Eksperimen ini sejatinya adalah sesuatu yang membahayakan nyawa manusia. Ratu tahu betul akan hal tersebut, karena untuk membuat dia hidup abadi, dia harus mengorbankan nyawa orang lain. Kalau sampai ada satu orang saja yang tahu dan kemudian tersebar luas, tentu saja seluruh dunia akan mengecamnya.Namun di sisi lain, Ratu tidak mungkin dan tidak akan mau menyerah. Makanya saat melakukan penelitian, dia hanya memberikan satu resep kepada setiap grup, kemudian meminta mereka untuk menjalankan eksperimen sesuai dengan instruksi yang tertera di setiap lembaran resepnya.Tentu untuk menutupi agar orang lain tidak bisa menerka apa yang sedang mereka lakukan, Ratu memberikan banyak resep yang sebenarnya sama sekali tid
Suara anak kecil yang menggemaskan itu membuat Yuna teringat, sewaktu dia terakhir kali bertemu dengan Nathan, saat itu dia memang sedang hamil. Seketika mendengar itu, Yuna pun tersenyum seraya memegangi perutnya yang kini sudah rata, “Mereka sudah lahir.”“Adik cowok, ya?” tanya Nathan penasaran.“Ada cowok dan cewek. Anak Tante yang lahir ada dua, lho!” ujar Yuna tersenyum sembari mengangkat dua jarinya.Sorot mata Nathan seketika bercahaya. Perasaannya yang sejak awal murung dan penuh waspada langsung berubah menjadi jauh lebih ceria selayaknya anak kecil pada umumnya.“Dua adik?! Wah, Tante hebat banget!”“Hahaha, makasih, ya! Nanti Tante ajak kamu ketemu mereka kalau ada kesempatan,” ujar Yuna tersenyum, nada bicaranya pun jauh lebih lembut saat dia berbicara dengan anak kecil. Melihat Nathan membuat Yuna teringat dengan anak-anaknya sendiri, hanya saja ….“Aku juga kangen sama mereka, tapi … kayaknya aku nggak bisa ketemu mereka lagi,” ucap Nathan dengan suaranya yang kian menge
Mungkin sekarang Nathan sudah tidak lagi disembunyikan seperti pada saat Fred yang memimpin. Namun tentu saat itu banyak hal yang Fred lakukan secara diam-diam. Dia mengira dia bisa menyembunyikan semuanya dari orang lain bahkan dari sang Ratu sekalipun. Namun dia tidak tahu bahwa sebenarnya Ratu sudah mengetahuinya sejak awal.Di luar kamar tempat Nathan ditahan ditempatkan seorang penjaga. Yuna sempat dicegat saat dia mau masuk ke dalam. Yuna menduga mungkin ini adalah perintah dari Ratu. Mereka semua juga diawasi dan dapat berkomunikasi dengan intercom.Nathan sangat patuh sendirian di dalam tidak seperti kebanyakan anak seumurannya. Bahkan sewaktu melihat Yuna, dia masih bisa tersenyum dengan santun dan menyapanya.“Halo, Tante.”“Kamu masih mengenali aku?” tanya Yuna.“Iya, Tante Yuna,” jawab Nathan mengangguk.Yuna pernah menyelamatkan nyawa Nathan saat mereka berada di Prancis. Yuna juga banyak membantu Nathan dan ada suatu waktu Nathan sering main ke rumah Yuna, tetapi kemudian
Tangan yang mulanya Ratu gunakan untuk mengelus wajah Ross langsung ditarik. Raut wajahnya juga dalam sekejap berubah menjadi berkali-kali lipat lebih sinis.“Jadi dari tadi kamu ngomong panjang lebar ujung-ujungnya cuma mau aku membuang eksperimen ini.”“Aku mau kamu merelakan diri sendiri,” kata Ross sambil berusaha meraih tangan ibunya lagi, tetapi Ratu menghindarinya.“Aku cape. Kamu juga balik ke kamarmu saja untuk istirahat,” ucap sang Ratu seraya berpaling.“Ma ….”Sayangnya panggilan itu tidak membuat Ratu tergerak, bahkan untuk sekadar menoleh ke belakang pun tidak.“Ricky!”Ricky yang dari awal masih menunggu di depan pintu segera menyahut, “Ya, Yang Mulia.”“Bawa Ross balik ke kamarnya.”Saat Ricky baru mau masuk untuk mengantar pangerannya pergi, Ross langsung berdiri dan bilang, “Aku bisa jalan sendiri.”Maka Ross pun segera berbalik pergi, tetapi belum terlalu jauh dia melangkahkan kakinya, dia kembali menoleh ke belakang dan berkata, “Ma, aku tahu apa pun yang aku bilang
Seketika itu Ratu syok karena dia jarang sekali melihat anaknya bersikap seperti ini. Saking syoknya sampai dia tidak bisa berkata-kata dan hanya terdiam menatap dan mendengar apa yang dia sampaikan.“Ma, aku tahu sebenarnya kamu pasti takut. Takut tua, takut mati, takut masih banyak hal yang belum diselesaikan. Aku thau kamu juga bukannya egois. Kamu melakukan eksperimen ini bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi, tetapi karena masih banyak hal yang mau kamu lakukan.”Di saat mendengar kata-kata Ross, tanpa sadar mata Ratu mulai basah, tetapi dia berusaha untuk menahan laju air matanya.“Aku juga tahu kamu pasti sudah capek. Orang lain melihat kamu berjaya, tapi aku tahu setiap malam kamu susah tidur, bahkan terkadang waktu aku pulang malam dan melewati kamarmu, aku bisa dengar suara langkah kaki lagi mondar-mandir. Kamu pasti capek banget karena harus menanggungnya sendirian. Sering kali aku mau membagi beban itu, tapi ….”Sampai di situ Ross terdiam dan tidak lagi meneruskan ka
“Aku nggak pernah dengar tentang itu,” sahut Ross dengan tenang.“Jelas kamu nggak pernah dengar. Itu hal yang sangat mereka rahasiakan, nggak mungkin mereka mau kamu tahu.”“Jadi Mama sendiri tahu dari mana?” Ross bertanya balik.“....” Ratu berdeham seraya berpaling, dia lalu mengatakan, “Aku punya jalur informasiku sendiri. Terserah kamu percaya atau nggak, tapi itu benar.”“Aku bukanya nggak percaya, tapi kamu yang takut aku nggak percaya. Kalau memang dirahasiakan, pastinya nggak akan mudah untuk mendapat informasi itu. Aku cuma penasaran dari mana kamu tahu itu. Tentu saja kamu bisa bilang informasi itu didapat dari jalur informanu sendiri, tapi coba pikir lagi. Kamu sudah melakukan eksperimen ini selama bertahun-tahun, tapi siapa yang tahu sebelum ini terbongkar? Atau kamu pikir kamu lebih pandai merahasiakan ini dari mereka?”“.… Ross, kamu ….”Saat Ratu baru mau berbicara, dia lagi-lagi disela oleh Ross yang bicara dengan suara pelan. “Ma, tolong jangan marah. Kamu marah karen
Bagaimanapun yang namanya anak sendiri, ketika sudah meminta maaf, amarah Ratu sudah tidak lagi berkobar.“Iya, aku tahu aku salah,” kata Ross menunduk. “Aku nggak sepantasnya ngomong begitu.”“Kamu benar-benar sadar kalau salah?” tanyanya. “Angkat kepalamu. Tatap mataku.”Lantas Ross perlahan mengangkat kepalanya sampai matanya bertatapan, tetapi tetap tidak ada satu pun dari mereka yang mengatakan apa-apa. Selagi menatap Ross dalam-dalam, Rat tersenyum dan berkata, “Ross, kamu nggak tahu kamu salah. Tatapan mata kamu memberi tahu kalau kamu sebenarnya masih nggak rela!”Bagaimana mungkin Ratu tidak memahami anaknya sendiri. Tatapan mata Ross mengatakan dengan sangat jelas kalau dia masih tidak mengaku salah, tetapi dia hanya mengalah agar ibunya tidak marah. Hanya saja setelah mengalami masa kritis dan setelah mengobrol dengan Juan dan Fred, pemikiran dan suasana hati Ratu sudah sedikit berubah.“Ross, kamu sudah lama tinggal di negara ini, jadi pemikiran kamu sudah terpengaruh sama
Ricky sudah menunggu di luar menantikan Ratu keluar dari kamar tersebut. Dia langsung memegang kursi roda tanpa mengatakan apa-apa, dan mendorongnya dalam kesunyian. Begitu pun dengan Ratu, dia juga hanya diam saja selama mereka berjalan menuju lift.“Pangeran Ross minta bertemu,” kata Ricky.Ratu memejamkan kedua matanya guna menyembunyikan perasaan yang mungkin bisa terlihat dari sorotan mata. Dia tidak menjawab dan hanya mengeluarkan desahan panjang. Walau begitu, Ricky mengerti apa yang ingin Ratu sampaikan dan dia pun tidak lagi banyak bertanya.Seiringan dengan lift yang terus naik, tiba-tiba Ratu berkata, “Bawa dia temui aku.”“Yang Mulia?”“Bawa dia temui aku.”Selesai Ratu berbicara, kebetulan lift juga sudah sampai di lantai tujuan. Ratu mendorong kursi rodanya sendiri keluar dari lift. Ricky sempat tertegun sesaat, tetapi kemudian dia kembali menekan tombol lantai di mana Ross berada.Tak lama kemudian, Ricky mengantar Ross masuk kamar tidur Ratu. Dia mengetuk pintunya, teta