“Selain itu, kamu juga jangan sebar masalah ini, jaga mulutmu!”Mendengar ucapan ketus sang ibu, Clara merasa sedikit bersedih. Sejak kecil, ibunya lebih memanjakan adiknya. Ketika Steve ditekan oleh Brandon, jujur saja Clara merasa cukup gembira. Jika tidak, sepertinya ibunya akan semakin memanjakannya saja.“Iya,” balas Clara dengan tidak acuh.…Monica sudah berjalan ke lantai bawah. Saat ini, pencahayaan di ruang bawah tanah tergolong bagus. Bagaimanapun, sekarang masih pagi, matahari masih cukup terik.Hanny tidak menyadari kedatangan Monica. Dia sedang membelakangi Monica sambil mengemas barang-barangnya.Sebenarnya barang yang perlu dikemas Hanny juga tidaklah banyak. Hanya beberapa potong pakaian saja.Hanny juga tidak memiliki pakaiannya sendiri. Dia hanya memiliki 2-3 potong pakaian sendiri, itu pun sudah dicuci hingga warnanya memudar. Bukannya Hanny tidak memiliki uang, hanya saja dia tidak memerlukannya! Iya, Hanny yang tidak memiliki identitasnya sendiri, untuk apa dia me
Hanny terdiam. Dia sungguh tidak mengerti maksud ucapan Monica.“Masalah kita … berdua?” Hanny mengedipkan matanya merasa bingung.“Berlagak bodoh? Hah?” Jari tangan Monica mengelus bibir Hanny. Dia pun berbicara sambil menunjukkan senyuman meremehkan. “Hanny, aku merasa kamu sudah berubah banyak kali ini?”“Kak, nggak!” Dapat terlihat rasa takut di dalam mata Hanny. Dia pun berkata, “Aku tahu apa maksud Kakak, tapi aku nggak melakukannya! Serius! Kak, aku akui aku memang suka sama dia, tapi cuma sekadar suka saja. Sewaktu bersamanya, aku juga nggak pernah katakan hal yang nggak seharusnya aku katakan.”“Tentu saja aku nggak bakal kasih tahu dia masalah sebesar ini. Selain papa dan mama, masalah kita cuma diketahui beberapa orang di rumah saja, sumpah aku nggak beri tahu siapa pun. Aku nggak mungkin kasih tahu dia!” Hanny berbicara dengan sangat cepat, seakan-akan khawatir Monica tidak memercayainya.Hanny tidak berani bergerak. Dia membiarkan Monica mencubit dagunya, dia bahkan tidak
“Aku nggak tahu ternyata kamu jago masak.” Setelah meneguk hampir setengah mangkuk sup, Monica merasa lebih nyaman.“Dulu aku masih nggak pengertian. Sejak dimarahi Kakak waktu itu, aku berjanji aku bakal jaga dan bantuin Kakak. Karena bantuin Kakak sama saja dengan bantu diriku sendiri!”Monica mengangguk tanda dirinya merasa puas. “Aku kembali istirahat di kamar dulu. Nanti aku suruh sopir antar kamu ke perusahaan.”“Emm! Kakak istirahat, ya. Kakak harus jaga kesehatan!” Hanny berdiri di belakang menatap kepergian Monica. Dalam sesaat, senyuman di wajahnya langsung menghilang.Selesai meletakkan mangkuk dari tangannya, Hanny menepuk-nepuk tangannya, lalu berjalan ke arah lemari pakaian. Berhubung Hanny disuruh keluar, tentu saja dia mesti memilih pakaian yang cantik.…Kedatangan Amara sepertinya di luar dugaan Yuna. Dia sungguh tidak menyangka setelah kejadian waktu itu, Amara masih akan kemari.Waktu itu, Yuna tahu tujuan kedatangannya. Jadi, dia bisa mempersiapkan semuanya. Namun
Di lantai bawah, Amara sedang duduk di sofa sembari mencicipi secangkir teh. Dari raut wajah Amara, Yuna dapat melihat betapa capek dirinya. Sepertinya Amara bukan datang untuk mencari gara-gara.“Nek,” panggil Yuna, lalu berjalan ke ruang tamu.“Yang pelan.” Amara melihat perut Yuna sambil berkata, “Sekarang kamu sudah berbadan dua. Jalannya jangan cepat-cepat. Kamu harus lebih hati-hati.”“Iya,” Yuna mengangguk sambil tersenyum. “Kenapa hari ini Nenek punya waktu luang ke sini?”“Emm ….” Setelah meletakkan cangkir teh, Amara mengamati sekeliling. “Brandon, dia tidak di rumah?”Yuna mengangguk. “Dia masih belum pulang. Sekarang dia masih di perusahaan. Seharusnya Nenek tahu.”Maksud ucapan Yuna adalah Amara jelas tahu Brandon sedang tidak berada di rumah. Dia bisa datang pada waktu ini pasti karena ada masalah.Ucapan Yuna membuat Amara tersenyum canggung. Dia kembali memegang gelas, lalu menyesapnya. “Iya, pada saat ini, dia seharusnya berada di perusahaan. Dia sama seperti kakeknya,
Masalah sudah berkembang hingga tahap sekarang. Tidak mungkin Amara tidak mengungkapkan masalah yang membuat hatinya penat.“Sudahlah, kamu tidak perlu bersikap seperti ini. Semua itu bukan kebetulan. Sekarang aku ingin tahu apakah kitab rahasia itu ada di tangan kalian?”Steve mengatakan Brandon telah membuat jebakan untuknya dan kitab rahasia yang diambilnya adalah versi palsu. Berhubung semua ini adalah jebakan, kenapa mereka tidak menangkap Steve dan membiarkan Steve mengambilnya begitu saja? Jangan-jangan masih ada yang direncanakan mereka?“Nek, mengenai masalah kitab rahasia, aku benar-benar nggak jelas. Gimana kalau kita tunggu Brandon saja? Biar Nenek nanya langsung sama dia?”Amara memang sangat terus terang, tetapi apa yang bisa dikatakan Yuna? Meski dia berkata jujur, apa mungkin Nenek akan memercayainya?Jangan-jangan Amara datang membantu Steve untuk mencari tahu kenyataan? Atau ada yang ingin dilakukannya lagi?Jadi, Yuna mesti meningkatkan kewaspadaannya. Bagaimanapun,
Brandon menggeleng. Dia sendiri juga tidak mengerti maksud kedatangan Amara yang mendadak itu.“Tadi kamu bilang, Nenek suruh kamu mengikuti rapat keluarga hari Sabtu nanti?” Setelah berpikir sejenak, Brandon pun bertanya.Yuna mengangguk. “Iya, Nenek berkata seperti ini, hanya saja dia juga nggak memaksakan diri. Dia hanya bilang dia bakal senang kalau aku bisa hadir. Kenapa? Apa ada masalah dengan hari Sabtu nanti?”“Bahkan kamu juga menyadari ada yang aneh?” Brandon mencubit pelan hidung Yuna, lalu berkata dengan tersenyum, “Jangan takut! Mereka tidak akan bisa melakukan apa-apa.”“Menurutmu, ommu sudah menyadari bahwa kitab yang dia curi itu adalah kitab palsu. Kenapa dia nggak datang buat cari kamu?”“Kamu juga bilang dia itu mencuri, mana mungkin dia berani datang? Hanya saja, dia seharusnya kesal lantaran kitab yang diambil Monica barulah kitab asli.”“Jadi, hari Sabtu nanti aku ikut atau nggak?” Setelah dipikir-pikir, Yuna pun bertanya.“Bagaimana menurutmu? Kalau kamu ingin pe
“Oke.” Hanny mengangguk, lalu melambaikan tangannya. “Kamu keluar dulu. Aku ingin istirahat sebentar.”Si sekretaris sangat tahu diri, segera berpamitan. Jari tangan Hanny menekan telepon kantor, hanya saja, dia masih belum mengangkat gagang teleponnya.Hanny tidak memiliki ponsel, satu-satunya ponsel yang dimiliki Hanny adalah ponsel yang diberikan Monica ketika dirinya diberi misi ke luar rumah. Kegunaannya adalah untuk memudahkan dia berhubungan dengan Monica. Namun setelah pulang ke rumah, ponsel itu akan disita.Hanny tidak diizinkan untuk memasang aplikasi apa pun di dalam ponsel. Dia juga tidak diizinkan untuk menyimpan nomor telepon siapa pun. Dia hanyalah sesosok bayangan. Sebagai sesosok bayangan, dia tidak boleh memiliki teman sendiri.Jadi selama ini, Hanny tidak pernah berinisiatif untuk menghubungi Steve. Hanya saja … diam-diam dia telah menghafal nomor telepon Steve.Tentu saja Hanny juga tidak berani menggunakan ponsel itu. Sebab, Monica sudah memasang alat penyadap dan
“Aku nggak punya waktu!” Kedua tangan memegang gagang telepon. Dia merasa sangat gugup.Ketemu? Tentu saja Hanny menginginkannya!Sudah berapa hari Hanny tidak bertemu dengan Steve. Setiap harinya Hanny selalu memimpikannya. Mereka berdua kelihatan sangat gembira ketika di dalam mimpinya. Steve juga mengatakan banyak kata-kata gombal dan bibirnya dikecup dengan hangat. Semua itu … adalah mimpi indah Hanny. Namun, hanya sebatas mimpi saja.Hanny tahu Steve melakukan semua itu juga karena ada maksud dan tujuannya. Meskipun Hanny tahu tidak semua ucapannya itu adalah kenyataan, Hanny juga rela untuk membohongi dirinya sendiri. Dia memberi tahu dirinya, sebenarnya ada dirinya di dalam hati Steve.Selama 20 tahun ini, Hanny hanyalah bayangan Monica, dia bukanlah Hany. Namun, Steve malah memanggilnya Nini dan melamarnya di hadapan orang banyak. Dia berjanji akan membahagiakan Nini selamanya.Sejak saat itu, Hanny semakin serakah saja. Dia berharap dan mulai mendambakan memiliki kehidupan sen
Dengan kata lain, CCTV pun tidak menangkap adegan di mana Rainie melarikan diri. Dalam situasi seperti ini hanya ada dua kemungkinan. Pertama, ada pengkhianat yang bersekongkol dengan Rainie, yang tidak hanya membuat Rainie menghindari pengawasan CCTV tapi juga menghindari pantauan semua orang. Kedua … dia benar-benar bisa menghilang!Apa pun kemungkinannya, tidak ada yang berani menyimpulkan sebelum mereka mendapatkan hasil pemeriksaan yang jelas. Edgar tidak mungkin bisa mendapatkan hasilnya hanya dalam waktu satu hari. Karena itu mereka pun bubar setelah menemui jalan buntu. Hasil tes DNA kedua anak itu juga kebetulan sudah keluar. Ketika melihat hasil tesnya, dalam sekejap Brandon langsung ingin meneteskan air mata. Kedua anak itu benar adalah anak kandungnya. Kedua anak kembar yang belum pernah dia temui semenjak mereka dilahirkan di dunia ini akhirnya sudah berada di sisinya kini. Namun demikian, Brandon masih diterpa oleh perasaan yang rumit. Anaknya sudah kembali, tetapi Yuna m
“Siapa pun bisa, berarti aku juga bisa?” tanya Fred datar tetapi berisikan ancaman.Di saat itu Rainie sadar kalau dia sudah salah bicara. Lantas dia pun segera menundukkan kepalanya dan membungkuk seraya berkata, “Nggak, bukan itu maksudku! R20 sepenuhnya akan kuserahkan padamu. Terserah kamu mau pakai ke siapa. Aku … aku mana berani pakai R20 ke kamu ….”“Nggak apa-apa, aku cuma asal ngomong saja. Kalaupun kamu mau pakai R20 itu ke aku, apa kamu bisa? Sebenarnya kamu lumayan juga. Aku rasa kamu bisa berguna untukku. Untuk sekarang kamu tinggal di sini dulu saja. Nanti aku minta anak buahku untuk siapkan kamar. Tapi demi keamanan kamu sendiri, jangan pergi ke mana-mana. Mengerti?”“Iya. Mulai hari ini aku akan mengikuti perintahmu!”Merasa puas dengan sikap yang Rainie tunjukkan padanya, Fred memanggil anak buahnya untuk membawa Rainie pergi ke kamarnya. Sesudah Rainie pergi dari kantornya, senyum sinis di wajahnya itu sirna. Dia membuka botol kecil itu untuk melihat apa isinya karena
Yang paling penting sekarang, jika Rainie tidak bisa bekerja sama dengan Fred, dia sudah tidak punya tempat lagi untuk pergi.“Sejujurnya, selama ini aku selalu meneliti tentang cara mengendalikan pikiran orang lain!” jawab Rainie dengan tegas, setelah melalui pemikiran yang matang.Dengan satu jari menyusuri tulang hidungnya, Fred mengulangi ucapan Rainie. “Pikiran?”Kurang lebih Fred mengerti ke mana arah penelitian yang Rainie maksud.“Kamu pasti pernah main boneka yang dikendalikan pakai tali, ‘kan? Kurang lebih seperti it.”“Jadi kamu bisa mengendalikan perilaku orang lain seperti boneka? Terus apa menariknya?!”Fred memiliki ambisi untuk mengendalikan Yuraria, bahkan seluruh dunia. Akan tetapi yang dia inginkan adalah mengendalikan orang lain yang masih hidup, agar mereka tunduk di bawahnya, bukannya boneka yang tidak memiliki pemikirannya sendiri. Apa serunya mengendalikan orang yang mudah untuk dikendalikan.“Oh, jelas ini menarik banget!” kata Rainie. “Aku tahu kamu mau orang
Fred tidak berkomentar ataupun membalasnya. Dia hanya menatap wajah dan mata Rainie dengan serius. Meski tidak berkata apa-apa, dalam hatinya dia tahu setiap tutur kata yang wanita yang ada di depan matanya ini ucapkan sangat akurat. Setelah situasi tenggelam dalam kesunyian singkat, Fred berdeham dan bertanya.“Nama kamu ….”“Rainie.”“Orang itu sudah mati dari beberapa hari yang lalu. Berarti kamu juga sudah lama memegang barang itu, tapi kenapa kamu baru datang sekarang?”“Awalnya aku juga nggak tahu apa ini. Aku terus mencari mencari kalian tapi nggak berhasil. Setelah itu aku ditangkap sama Brandon dan kawan-kawannya.”“Brandon?! Brandon dan temannya?”“Iya! Aku berhasil kabur dengan susah payah dan langsung teringat sama kamu. Aku tahu kamu cuma yang bisa kasih semua yang aku mau. Dan cuma aku yang bisa membantu kamu!” kata Rainie dengan rasa percaya diri yang membumbung tinggi.“Gimana kamu bisa kabur dari mereka?”Perhatian Fred tertuju kepada hal itu. Dia sudah merasakan langs
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung