Tongkat terus diketuk-ketuk ke atas lantai. Dapat diketahui betapa marahnya Amara saat ini.“Dia terluka?”Sebenarnya hal ini sudah tertebak oleh Brandon. Pada awalnya, Brandon juga tidak ingin bersikap keterlaluan dan Monica juga tidak mungkin akan terluka. Hanya saja, Monica malah tidak ingin mengakui kekalahannya, terus mengeluarkan jurus mematikan. Jadi, Brandon terpaksa bersikap lebih kasar terhadap Monica. Wajar kalau Monica bisa terluka.Sepertinya Monica telah mengadu?Brandon mengira Monica bukanlah tipe wanita seperti ini. Tak disangka, dia akan memanfaatkan senior Keluarga Setiawan untuk menekan Brandon?“Lukanya sangat parah. Dia bahkan muntah darah!” jerit Steve, lalu memalingkan kepalanya untuk menatap Amara. “Ma, Mama nggak nampak seberapa berantakan rumahnya Monica. Bahkan meja juga pada terbalik. Bukan hanya itu saja, Monica bahkan muntah darah. Sekarang dia sedang berobat di rumah. Kalau bukan karena dia menguasai seni bela diri, sepertinya nyawanya sudah dalam bahaya
Setelah mendengar ucapan Brandon, tiba-tiba Steve tidak tahu harus membalas apa lagi.Iya, wajar kalau ada yang menang dan ada yang kalah dalam suatu pertarungan. Lagi pula, Monica juga bukan wanita lemah. Saat ini, Clara yang menyaksikan pertunjukan dari samping malah bersuara, “Brandon, tidak seharusnya kamu berbicara seperti ini. Kamu bilang lagi berduel? Itu menurut kamu saja, ‘kan? Lagi pula, ngapain juga Monica berduel sama kamu? Sejak kapan kamu belajar seni bela diri? Kenapa aku sebagai tantemu dan bahkan nenekmu tidak mengetahui masalah ini.”Ucapan ini kembali menyadarkan Steve. Dia langsung kembali bersuara, “Betul! Betul! Sejak kapan kamu belajar seni bela diri? Kenapa kami nggak tahu? Sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan?”“Mengenai masalah ilmu seni bela diri, waktu itu Kakek yang membawaku untuk belajar. Tapi kami tidak pernah menutupinya dari kalian, kalian saja yang tidak peduli dengan masalahku. Mengenai apa yang ingin aku lakukan?” Tatapan tajam Steve seketika ter
“Cukup!” Tiba-tiba terdengar suara jeritan. Bahkan, Amara yang menangis pun terkejut dan tidak lagi menangis.Amara melebarkan matanya menatap lelaki di hadapannya. Amara sungguh bingung tidak tahu kenapa dia bisa marah?Biasanya Brandon memang sangat tegas dalam mengambil keputusan. Namun, berhubung mereka adalah anggota keluarga dan senior Brandon, jadi dia sangat menoleransi perbuatan mereka. Hanya saja, mereka sudah semakin keterlaluan saja.Beberapa tahun ini Brandon diam-diam menyingkirkan benalu dari dalam perusahaan. Sebenarnya jika Steve tidak berulah, Brandon juga bersedia membiarkannya untuk bekerja di perusahaan. Namun, Steve malah menggelapkan dana dan mengacaukan pembukuan perusahaan cabang. Pada akhirnya, Brandon terpaksa mencabut kuasanya dari perusahaan. Dia diberi jabatan kosong dan menerima pembagian dividen.Namun, mereka masih tidak puas. Sekarang, mereka malah menyalahkan Brandon. Brandon juga tidak bisa bersabar lagi.“Aku adalah cucu dari Keluarga Setiawan. Kali
Mungkin Brandon terlalu berwibawa, alhasil semua orang terbengong di tempat.Tak lama setelah Brandon pergi, Amara baru tersadar dari bengongnya dan berteriak dengan terisak-isak, “Anak durhaka macam apa ini!”“Ma, kamu jangan menangis. Mama juga bukan baru tahu kalau dia itu anak durhaka. Dia nggak sedikit pun mirip dengan anggota Keluarga Setiawan! Dia nggak dekat sama kita. Aku sudah bilang dari dulu, Keluarga Setiawan nggak boleh jatuh ke tangannya, tapi Papa malah nggak mau dengar! Buktinya, dia bahkan nggak menganggap Mama sebagai neneknya!”Setiap ucapan Steve sangatlah menusuk di telinga dan hati Amara. Dia sungguh membenci Brandon. Hanya saja, dia tidak tahu harus berbuat apa.Sewaktu suaminya masih hidup, Amara sempat bertengkar beberapa kali dengannya. Dia ingin menyerahkan Keluarga Setiawan kepada Steve. Lagi pula, tidaklah masuk akal untuk mewarisi kekuasaan dan kekayaan langsung ke tangan cucu. Hanya saja, suaminya sangatlah keras kepala. Ditambah lagi, dialah kepala kel
Ucapan Clara juga menumbuhkan rasa curiga di hati Steve. “Ma, apa mungkin kalau dia itu bukan darah daging Keluarga Setiawan?”“Apa yang sedang kamu katakan!” Amara menepuk tangan Steve, lalu berkata dengan marah, “Apa masalah seperti ini boleh dijadikan bahan candaan?”Amara memang sudah memukul Steve, hanya saja pukulannya tidaklah kuat. Steve tahu bahwa ibunya tidak benar-benar marah. Dia pun berkata dengan tidak acuh, “Aku juga nggak salah bicara. Mereka nikahnya di luar, ketika kembali, kakak iparku itu juga sudah mengandung. Siapa tahu dia itu mengandung anaknya Kakak atau bukan? Kakak orangnya sangat lapang dada atau bisa jadi Kakak nggak tahu masalah ini … atau Kakak tahu, tapi dia sengaja merahasiakannya?”Selesai Steve bicara, tidak ada lagi yang berbicara. Hanya saja, mereka semua juga mulai mencurigai masalah ini.“Gimana kalau … kita lakukan tes DNA?” tanya Steve.“Bagaimana caranya melakukan tes? Kakakmu sudah meninggal bertahun-tahun, wanita itu juga ….” Amara menghela n
Tentu saja Monica tidak berharap Steve bisa menegakkan keadilan untuknya. Hal yang paling dipedulikan Monica saat ini hanyalah dari mana Brandon mempelajari ilmu seni bela diri? Apa dia menyimpan kitab rahasia yang sedang diincar-incarnya?Setelah belajar selama beberapa tahun, tiba-tiba Monica merasa dirinya bagai seorang amatir saja. Ternyata masih banyak yang belum dipelajari Monica. Kepikiran hal ini, dia semakin kesal lagi.Sekarang meski Monica masih dalam kondisi terluka, dia juga tidak bisa menunggu lagi. Dia segera mengutus bawahannya untuk menyelidiki tempat latihan Brandon semasa kecil dulu.Tiba-tiba Monica mendapat panggilan dari anggota perusahaan. Belakangan ini, urusan perusahaan memang ditelantarkan oleh Monica. Dia hanya fokus dalam mencari kitab rahasianya.Memang ada asisten yang membantu Monica untuk mengurus masalah perusahaan. Hanya saja, masih ada beberapa hal yang perlu ditanganinya sendiri.Baru saja Monica hendak berdiri, dia malah batuk-batuk dan dadanya ter
Sebelumnya Monica menyuruh Hanny untuk kembali ke Kediaman Yukardi. Sekarang Monica malah menyuruhnya untuk pergi ke perusahaan. Kenapa Monica bisa berubah pikiran dalam secepat ini?“Bagus kalau bukan! Ingat, kamu dihidupi oleh aku. Kamu hanya perlu melakukan semua perintahku. Kamu itu cuma bayanganku saja!” Monica menegaskan sekali lagi. Entah sudah berapa kali Monica mengulangi ucapan ini. Sepertinya dia ingin Hanny ingat dengan identitasnya.“Baik, aku sudah ingat! Aku cuma bayanganmu, aku bisa hidup juga berkat kamu,” ulang Hanny sekali lagi. Sikap penurut Hanny mulai meredakan emosi di hati Monica. Dia pun berbicara dengan puas, “Ada dokumen yang perlu ditangani. Nanti Rossa akan beri tahu kamu untuk tanda tangan di sebelah mana. Kamu jangan berbicara terlalu banyak. Segera kembali setelah selesai. Kamu seharusnya sudah mengerti, ‘kan? Kamu juga bukan pertama kali.”“Aku mengerti!” Setelah mengangguk, Monica mengibaskan tangannya mengisyaratkan Hanny untuk pergi. Kemudian, dia k
Orang tua mereka tidaklah berbakat dalam soal seni bela diri, hanya saja mereka sangat berbakat dalam dunia bisnis. Bisnis Keluarga Yukardi memang tidak tergolong sangat besar, tetapi tergolong cukup stabil. Kantor cabang di Kota Kanita juga baru berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini. Mereka juga berencana mengekspansi bisnis mereka di sini. Itulah sebabnya meski Monica tidak suka berbisnis, dia juga harus mengelolanya.Sebenarnya Hanny lebih memahami bisnis keluarganya dibanding dengan Monica. Terkadang dia memang akan mewakili Monica untuk menandatangani dokumen. Hanya saja, setiap kalinya Hanny akan membaca isi dokumen dengan saksama, bukan hanya sekadar tanda tangan saja. Dia akan membaca setiap halaman dokumen, bahkan menunjukkan kesalahan dari isinya.Hanya saja, Monica tidak mengizinkan Hanny untuk menghadiri rapat penting. Dia takut para eksekutif akan menyadari perbedaan mereka.Setelah menuruni mobil, raut wajah Hanny langsung berubah menjadi dingin dan begitu pula de