“Cukup!” Tiba-tiba terdengar suara jeritan. Bahkan, Amara yang menangis pun terkejut dan tidak lagi menangis.Amara melebarkan matanya menatap lelaki di hadapannya. Amara sungguh bingung tidak tahu kenapa dia bisa marah?Biasanya Brandon memang sangat tegas dalam mengambil keputusan. Namun, berhubung mereka adalah anggota keluarga dan senior Brandon, jadi dia sangat menoleransi perbuatan mereka. Hanya saja, mereka sudah semakin keterlaluan saja.Beberapa tahun ini Brandon diam-diam menyingkirkan benalu dari dalam perusahaan. Sebenarnya jika Steve tidak berulah, Brandon juga bersedia membiarkannya untuk bekerja di perusahaan. Namun, Steve malah menggelapkan dana dan mengacaukan pembukuan perusahaan cabang. Pada akhirnya, Brandon terpaksa mencabut kuasanya dari perusahaan. Dia diberi jabatan kosong dan menerima pembagian dividen.Namun, mereka masih tidak puas. Sekarang, mereka malah menyalahkan Brandon. Brandon juga tidak bisa bersabar lagi.“Aku adalah cucu dari Keluarga Setiawan. Kali
Mungkin Brandon terlalu berwibawa, alhasil semua orang terbengong di tempat.Tak lama setelah Brandon pergi, Amara baru tersadar dari bengongnya dan berteriak dengan terisak-isak, “Anak durhaka macam apa ini!”“Ma, kamu jangan menangis. Mama juga bukan baru tahu kalau dia itu anak durhaka. Dia nggak sedikit pun mirip dengan anggota Keluarga Setiawan! Dia nggak dekat sama kita. Aku sudah bilang dari dulu, Keluarga Setiawan nggak boleh jatuh ke tangannya, tapi Papa malah nggak mau dengar! Buktinya, dia bahkan nggak menganggap Mama sebagai neneknya!”Setiap ucapan Steve sangatlah menusuk di telinga dan hati Amara. Dia sungguh membenci Brandon. Hanya saja, dia tidak tahu harus berbuat apa.Sewaktu suaminya masih hidup, Amara sempat bertengkar beberapa kali dengannya. Dia ingin menyerahkan Keluarga Setiawan kepada Steve. Lagi pula, tidaklah masuk akal untuk mewarisi kekuasaan dan kekayaan langsung ke tangan cucu. Hanya saja, suaminya sangatlah keras kepala. Ditambah lagi, dialah kepala kel
Ucapan Clara juga menumbuhkan rasa curiga di hati Steve. “Ma, apa mungkin kalau dia itu bukan darah daging Keluarga Setiawan?”“Apa yang sedang kamu katakan!” Amara menepuk tangan Steve, lalu berkata dengan marah, “Apa masalah seperti ini boleh dijadikan bahan candaan?”Amara memang sudah memukul Steve, hanya saja pukulannya tidaklah kuat. Steve tahu bahwa ibunya tidak benar-benar marah. Dia pun berkata dengan tidak acuh, “Aku juga nggak salah bicara. Mereka nikahnya di luar, ketika kembali, kakak iparku itu juga sudah mengandung. Siapa tahu dia itu mengandung anaknya Kakak atau bukan? Kakak orangnya sangat lapang dada atau bisa jadi Kakak nggak tahu masalah ini … atau Kakak tahu, tapi dia sengaja merahasiakannya?”Selesai Steve bicara, tidak ada lagi yang berbicara. Hanya saja, mereka semua juga mulai mencurigai masalah ini.“Gimana kalau … kita lakukan tes DNA?” tanya Steve.“Bagaimana caranya melakukan tes? Kakakmu sudah meninggal bertahun-tahun, wanita itu juga ….” Amara menghela n
Tentu saja Monica tidak berharap Steve bisa menegakkan keadilan untuknya. Hal yang paling dipedulikan Monica saat ini hanyalah dari mana Brandon mempelajari ilmu seni bela diri? Apa dia menyimpan kitab rahasia yang sedang diincar-incarnya?Setelah belajar selama beberapa tahun, tiba-tiba Monica merasa dirinya bagai seorang amatir saja. Ternyata masih banyak yang belum dipelajari Monica. Kepikiran hal ini, dia semakin kesal lagi.Sekarang meski Monica masih dalam kondisi terluka, dia juga tidak bisa menunggu lagi. Dia segera mengutus bawahannya untuk menyelidiki tempat latihan Brandon semasa kecil dulu.Tiba-tiba Monica mendapat panggilan dari anggota perusahaan. Belakangan ini, urusan perusahaan memang ditelantarkan oleh Monica. Dia hanya fokus dalam mencari kitab rahasianya.Memang ada asisten yang membantu Monica untuk mengurus masalah perusahaan. Hanya saja, masih ada beberapa hal yang perlu ditanganinya sendiri.Baru saja Monica hendak berdiri, dia malah batuk-batuk dan dadanya ter
Sebelumnya Monica menyuruh Hanny untuk kembali ke Kediaman Yukardi. Sekarang Monica malah menyuruhnya untuk pergi ke perusahaan. Kenapa Monica bisa berubah pikiran dalam secepat ini?“Bagus kalau bukan! Ingat, kamu dihidupi oleh aku. Kamu hanya perlu melakukan semua perintahku. Kamu itu cuma bayanganku saja!” Monica menegaskan sekali lagi. Entah sudah berapa kali Monica mengulangi ucapan ini. Sepertinya dia ingin Hanny ingat dengan identitasnya.“Baik, aku sudah ingat! Aku cuma bayanganmu, aku bisa hidup juga berkat kamu,” ulang Hanny sekali lagi. Sikap penurut Hanny mulai meredakan emosi di hati Monica. Dia pun berbicara dengan puas, “Ada dokumen yang perlu ditangani. Nanti Rossa akan beri tahu kamu untuk tanda tangan di sebelah mana. Kamu jangan berbicara terlalu banyak. Segera kembali setelah selesai. Kamu seharusnya sudah mengerti, ‘kan? Kamu juga bukan pertama kali.”“Aku mengerti!” Setelah mengangguk, Monica mengibaskan tangannya mengisyaratkan Hanny untuk pergi. Kemudian, dia k
Orang tua mereka tidaklah berbakat dalam soal seni bela diri, hanya saja mereka sangat berbakat dalam dunia bisnis. Bisnis Keluarga Yukardi memang tidak tergolong sangat besar, tetapi tergolong cukup stabil. Kantor cabang di Kota Kanita juga baru berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini. Mereka juga berencana mengekspansi bisnis mereka di sini. Itulah sebabnya meski Monica tidak suka berbisnis, dia juga harus mengelolanya.Sebenarnya Hanny lebih memahami bisnis keluarganya dibanding dengan Monica. Terkadang dia memang akan mewakili Monica untuk menandatangani dokumen. Hanya saja, setiap kalinya Hanny akan membaca isi dokumen dengan saksama, bukan hanya sekadar tanda tangan saja. Dia akan membaca setiap halaman dokumen, bahkan menunjukkan kesalahan dari isinya.Hanya saja, Monica tidak mengizinkan Hanny untuk menghadiri rapat penting. Dia takut para eksekutif akan menyadari perbedaan mereka.Setelah menuruni mobil, raut wajah Hanny langsung berubah menjadi dingin dan begitu pula de
Hanya saat kakaknya membutuhkannya saja, Hanny baru bisa keluar untuk menghirup udara segar. Terkadang Hanny sungguh berharap Monica sibuk tidak memiliki waktu luang.Sekarang Hanny sungguh gembira lantaran memiliki waktu bebas di dalam kantor. Mengenai masa depannya, Hanny juga tidak pernah memikirkannya. Mungkin dia juga tidak memiliki masa depan.“Tut ….” Telepon kantor berbunyi. Terdengar suara Rossa. “Bu Monica, Tuan Setiawan datang untuk bertamu. Tapi dia tidak melakukan janji sebelumnya. Dia ….”Tuan Setiawan?Jantung Hanny seketika berdegup kencang. Terlintas wajah lelaki itu di benak Hanny. Namun, dia berusaha untuk menyadarkan dirinya. Tidak! Sebelumnya Hanny sempat berharap kedatangan Steve, tak disangka orang yang bertamu ke rumah adalah Brandon. Lagi pula, ada banyak orang yang bermarga Setiawan di dunia ini.Tak peduli siapa pun lelaki itu, Hanny juga tidak berhak memutuskan untuk menemuinya atau tidak. Namun saat Hanny hendak menghubungi kakaknya, pintu ruangannya pun su
Hanny hanya berdiri di tempat. Dia menatap Steve dengan terdiam, tidak tahu apa yang sedang dipikirkan lelaki itu.Sikap Hanny saat ini membuat Steve tidak berani untuk bergerak. Dia menghentikan langkahnya, tidak berani berdiri terlalu dekat dengan wanita itu. Steve sudah cukup trauma dikasari calon istrinya.Steve kembali mengangkat kepalanya untuk melihat ekspresi Monica. Monica yang bersolek itu tidak kelihatan sepucat sebelumnya lagi, sepertinya kondisinya sudah membaik.“Monica, kamu baik-baik saja, ‘kan? Apa lukamu sudah membaik?” tanya Steve dengan penuh hati-hati. Sepertinya Steve tidak salah bicara, ‘kan? Seharusnya dia tidak akan marah, ‘kan?Namun, ternyata dugaan Steve salah!Sebenarnya hati Hanny merasa bergejolak ketika melihat kedatangan Steve. Dia sudah beberapa hari tidak bertemu dengan Steve. Sejak kakaknya tinggal di kediaman Setiawan, Hanny pun tidak berkesempatan untuk bertemu dengannya. Hanny sungguh merindukannya.Sebelumnya Hanny tidak pernah merindukan seseora
Ratu meremas seprai ranjang dan baru melepasnya setelah beberapa saat. Dia pun kembali berbaring dan menghela napas panjang, seakan-akan ingin membuang pikiran negatif yang ada di kepalanya jauh-jauh. Seraya menatap plafon, sang Ratu berkata lirih, “Yuna gimana?”“Dia baik-baik saja. Dia sedang menunggu untuk jadi badan yang baru untuk Yang Mulia. Saya sudah merawat Yang Mulia dengan baik, jadi tenang saja!”“Badan baru? Fred, di mana badan barumu? Apa kamu sudah mencari orang yang cocok untuk kamu?”“... Yang Mulia ngomong apa? Saya masih cukup muda! Eksperimen kali ini adalah untuk Yang Mulia!”“Memang kamu masih cukup muda sekarang, tapi berapa lama itu bisa bertahan? Kamu pintar sekali ya. Selama ini kamu selalu ngomong apa pun yang kamu lakukan semuanya demi aku, padahal kamu cuma menjadikan aku sebagai objek percobaan!”“Saya ….”MulanyaFred ingin membantah tuduhan itu, tetapi dia tiba-tiba malah tertawa. Suara tawanya pelan di awal, tetapi lama kelamaan makin kencang sampai terb
“Ya, Yang Mulia. Ada apa?”“Kamu masih belum jawab aku. Gimana kalau eksperimennya nggak berjalan sesuai rencanamu?”“Pasti berhasil, aku jamin!” kata Fred seraya menepuk tangan sang Ratu seperti sedang membujuk anak kecil. Akan tetapi sang Ratu tidak membalas. Dia hanya menatap Fred dengan datar seperti sedang menonton sebuah tayangan yang membosankan.“Baiklah … kalau eksperimennya gagal, masih ada satu solusi, tapi sayangnya Yang Mulia nggak akan bisa melihat itu!”“Jadi kamu masih punya rencana cadangan? Sudah kuduga, kamu memang menyembunyikan sesuatu dariku.”“Bukankah setiap orang pasti punya rahasia yang mereka simpan untuk diri sendiri, Yang Mulia? Tapi apa pun itu, percayalah padaku. Semua yang aku lakukan selalu memprioritaskan Yang Mulia.”“Apa rencana cadanganmu itu?”“Itu ...,” Fred sempat ragu sesaat. Jelas dia tidak ingin membeberkan rencananya kepada orang lain, khususnya sang Ratu. “Yang Mulia nggak perlu tahu. Kalau Yang Mulia selamat, berarti eksperimennya berhasil
Karena semuanya terjadi begitu mendada, tidak ada orang yang tahu apa yang terjadi sebenarnya. Setelah Fred mengatur semuanya sesuai dengan rencananya, dia pergi ke kamar di mana sang Ratu berada. Dia mengutus orang kepercayaannya untuk berjaga, menjamin supaya kondisi kesehatan Ratu tetap prima. Namun dua hari terakhir tiba-tiba kondisinya memburuk.Awalnya Fred bahkan curiga sang Ratu bersekongkol dengan Yuna karena mereka berdua sama-sama jatuh sakit. Namun setelah dipikirkan lagi, mereka tidak punya alasan yang cukup meyakinkan untuk itu. Terlebih lagi mereka berdua juga sudah tidak berada di tempat yang sama. Tidak mungkin mereka bisa berkomunikasi dalam bentuk apa pun.Begitu masuk, Fred melihat Ratu yang terbaring lemas di atas ranjang. Dia menghampiri sang Ratu, membungkukkan badannya dan berkata dengan santun. “Yang Mulia? Yang Mulia?”Kelopak mata Ratu terlihat ada sedikit pergerakan, tetapi dia tidak membuka matanya entah karena memang tidak kuat, atau karena dia tidak ingin
Rainie duduk di pojokan seorang diri, berpikir mengapa Fred melakukan ini, dan mengapa dia mengumumkannya secara mendadak. Fred sendiri tahu ini terlalu mendadak, tetapi mau bagaimana lagi. Tubuh sang Ratu terus melemah dan sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi.Sejak awal Fred sudah tahu kalau kondisi kesehatan sang Ratu kurang baik, makanya dia mau menyelesaikan eksperimennya secepat mungkin, dan mencari tubuh pengganti yang sehat secara fisik. Tetapi dia malah menemui masalah yang berkepanjangan sampai detik ini. Sementara itu kesehatan sang Ratu terus memburuk. Meski sudah diobati oleh sekelompok dokter terpercaya pun, yang namanya penuaan memang tidak bisa dicegah. Organ-organ tubuhnya kian melemah. Proses penuaan yang dialami oleh sang Ratu membuat Fred ketakutan. Sekarang dia masih cukup sehat, tetapi sebentar lagi dia juga akan memasuki usia tua dan tubuhnya juga pasti perlahan akan ikut melemah.Semua orang sama di hadapan hidup dan mati. Tidak ada seorang pun yang bisa me
Saat Rainie bilang begitu, ekspresi yang terlihat di wajah Fred langsung berubah menjadi serius.“Ikut aku!” katanya.Rainie terus berjalan mengikuti Fred, mereka masih berada di lantai yang sama, tetapi mereka masuk ke sebuah ruangan lain. Selagi Rainie menutup kembali pintu ruangan itu, Fred duduk dan bertanya padanya, “Obat yang tadi kamu bilang itu maksudnya obat yang bisa bikin badan jadi nggak kelihatan?”“Iya! Tadi aku baru dapat kabar, kemungkinan dalam dua hari ini aku bisa dapat resepnya. Bukanya aku nggak mau kerja di lab, tapi aku takut kelewatan informasi penting.”“HP-mu ada di sini,” kata Fred. “Kalau ada apa-apa, aku bakal kasih tahu kamu segera.”“Tapi …,” Rainie berhenti sejenak dan melanjutkan dengan nada bicara yang pelan, “Cuma aku yang bisa mengendalikan pikirannya. Dia cuma mendengar perintahku. Aku takut kalau bukan aku, nanti bakal berpengaruh ke hipnotisnya. Bisa saja dia jadi sadar dan aku gagal dapat resepnya.”“Rainie, kamu sudah berani mengancamku, ya?”Se
“….”Berbagai macam protes dapat mereka dengar di sana. Rianie juga mengernyit tidak menyangka dia akan dipanggil secara tiba-tiba begini. Namun, Fred mengangkat kedua tangannya meminta mereka semua untuk tetap tenang, lalu dia berbicara, “Karena eksperimen ini sangat rumit dan mudah terjadi kesalahan, jadi mulai sekarang kalian semua harus bersiap-siap yang baik. Alasan lainnya … aku pernah bilang aku paling nggak suka dikhianati, dan orang yang bermulut ember. Jadi untuk menjamin keberhasilan eksperimen ini, tolong kerja sama dari kalian semua. Tapi jangan khawatir, soal kebutuhan dasar seperti makan dan minum pasti sudah kusiapkan. Tapi dengan syarat, semua perangkat komunikasi akan kusita sebentar!”Begitu Fred selesai berbicara, langsung ada orang yang maju dan menyerahkan semua barang bawaannya. Ponsel Rainie juga tentunya disita. Sebenarnya, sebelum ini pun, semua yang masuk ke lab tidak diperkenankan untuk membawa perangkat komunikasi apa pun, jadi kebanyakan yang disita kali i
Taka lama setelah Rainie menutup telepon, orang yang diutus oleh Fred datang memanggilnya, meminta dia untuk pergi ke lab. Panggilan yang terkesan terburu-buru membuat Rainie sedikit cemas apa mungkin terjadi sesuatu di sana.Apakah Rainie tidak memiliki ambisinya sendiri? Tentu ada. Jika dia berhasil membuat obat menghilang itu dan bisa menggunakan hipnotisnya dengan lebih baik, dia tidak perlu bergantung kepada Fred lagi. Selama Rainie memiliki dua hal itu, dia bisa melindungi dirinya sendiri dan tidak perlu takut untuk mengelilingi dunia lagi.Rainie tidak pernah tertarik dengan iming-iming kehidupan abadi. Di matanya, kehidupan abadi hanyalah impian kosong. Kalaupun menemukan satu orang lagi yang cocok, intinya mereka tetaplah dua orang yang berbeda, bagaimana mungkin bisa berpindah menjadi satu tubuh yang sama? Dengan teknologi yang maju seperti sekarang pun, donor organ saja masih bisa menunjukkan adanya gejala ketidakcocokkan, apalagi mentransfer jiwa yang abstrak.Namun tentu R
“Lho, bukannya dia ada di sana? Tunggu, kamu tahu dari mana anakmu ada di istana negara Yuraria? Siapa yang bilang begitu?”“.…”Sane jadi terbawa emosi karena tiba-tiba anaknya tidak diketahui keberadaannya, sampai-sampai dia kehilangan akal sehat dan baru sadar ketika ditanya balik oleh Rainie. Benar juga, Shane tahu dari mana kalau Nathan ada di sana? Dia tentu tidak bisa bilang kalau Ross yang memberi tahu.”“Aku … dari informasi yang Brandon dapat, dia bilang Nathan nggak ada di sana. Rainie, kan kamu sudah dipercaya sama Fred. Tolong bantu aku cari tahu keberadaan Nathan.”“Brandon?!”Benar Brandon memang selama ini terus mencari di mana Nathan berada, tetapi tidak pernah ada temuan yang berarti, jadi Shane menggunakan alasan itu untuk meyakinkan Rainie.“Kamu percaya sama omongan dia? Memangnya dia pernah pergi cari langsung ke istana negara sana? Apa dia ada ngajak kamu untuk nyari ke sana? Atau dia punya saudara di istana? Sekarang dia saja nggak bisa menolong istrinya sendiri
“Bukan begitu. Maksudku, istana negara kan besar, apa mungkin ….”“Nggak mungkin!” sela Ross, lalu tanpa ragu dia berkata, “Aku lahir dan tumbuh besar di sana. Seberapa besar tempat itu, bahkan sampai ada berapa ekor semut pun aku tahu. Kalau memang ada anak yang kamu maksud itu, aku pasti sudah lihat!”“.…”Mendengar itu, tatapan di kedua mata Shane langsung hampa dan dia tampak sedang berpikir dalam. Jelas sekali bantahan Ross memberikan pukulan yang sangat dalam baginya. Selama ini dia berasumsi Nathan ada di istana kerajaan Yuraria dan yakin kalau dia baik-baik saja meski tidak bisa melihatnya secara langsung. Selama Shane memiliki cara untuk menyelamatkannya, ayah dan anak bisa bersatu kembali, tetapi sayang Shane harus menelan fakta pahit bahwa Nathan tidak ada di sana.Lantas jika Nathan tidak ada di sana, ada di manakah dia?Ross jadi tidak enak hati melihat Shane begitu kecewa. “Jangan sedih dulu. Kalau nggak ada di istana, mungkin dia disembunyikan di tempat lain. Kalau Fred