Mungkin Brandon terlalu berwibawa, alhasil semua orang terbengong di tempat.Tak lama setelah Brandon pergi, Amara baru tersadar dari bengongnya dan berteriak dengan terisak-isak, “Anak durhaka macam apa ini!”“Ma, kamu jangan menangis. Mama juga bukan baru tahu kalau dia itu anak durhaka. Dia nggak sedikit pun mirip dengan anggota Keluarga Setiawan! Dia nggak dekat sama kita. Aku sudah bilang dari dulu, Keluarga Setiawan nggak boleh jatuh ke tangannya, tapi Papa malah nggak mau dengar! Buktinya, dia bahkan nggak menganggap Mama sebagai neneknya!”Setiap ucapan Steve sangatlah menusuk di telinga dan hati Amara. Dia sungguh membenci Brandon. Hanya saja, dia tidak tahu harus berbuat apa.Sewaktu suaminya masih hidup, Amara sempat bertengkar beberapa kali dengannya. Dia ingin menyerahkan Keluarga Setiawan kepada Steve. Lagi pula, tidaklah masuk akal untuk mewarisi kekuasaan dan kekayaan langsung ke tangan cucu. Hanya saja, suaminya sangatlah keras kepala. Ditambah lagi, dialah kepala kel
Ucapan Clara juga menumbuhkan rasa curiga di hati Steve. “Ma, apa mungkin kalau dia itu bukan darah daging Keluarga Setiawan?”“Apa yang sedang kamu katakan!” Amara menepuk tangan Steve, lalu berkata dengan marah, “Apa masalah seperti ini boleh dijadikan bahan candaan?”Amara memang sudah memukul Steve, hanya saja pukulannya tidaklah kuat. Steve tahu bahwa ibunya tidak benar-benar marah. Dia pun berkata dengan tidak acuh, “Aku juga nggak salah bicara. Mereka nikahnya di luar, ketika kembali, kakak iparku itu juga sudah mengandung. Siapa tahu dia itu mengandung anaknya Kakak atau bukan? Kakak orangnya sangat lapang dada atau bisa jadi Kakak nggak tahu masalah ini … atau Kakak tahu, tapi dia sengaja merahasiakannya?”Selesai Steve bicara, tidak ada lagi yang berbicara. Hanya saja, mereka semua juga mulai mencurigai masalah ini.“Gimana kalau … kita lakukan tes DNA?” tanya Steve.“Bagaimana caranya melakukan tes? Kakakmu sudah meninggal bertahun-tahun, wanita itu juga ….” Amara menghela n
Tentu saja Monica tidak berharap Steve bisa menegakkan keadilan untuknya. Hal yang paling dipedulikan Monica saat ini hanyalah dari mana Brandon mempelajari ilmu seni bela diri? Apa dia menyimpan kitab rahasia yang sedang diincar-incarnya?Setelah belajar selama beberapa tahun, tiba-tiba Monica merasa dirinya bagai seorang amatir saja. Ternyata masih banyak yang belum dipelajari Monica. Kepikiran hal ini, dia semakin kesal lagi.Sekarang meski Monica masih dalam kondisi terluka, dia juga tidak bisa menunggu lagi. Dia segera mengutus bawahannya untuk menyelidiki tempat latihan Brandon semasa kecil dulu.Tiba-tiba Monica mendapat panggilan dari anggota perusahaan. Belakangan ini, urusan perusahaan memang ditelantarkan oleh Monica. Dia hanya fokus dalam mencari kitab rahasianya.Memang ada asisten yang membantu Monica untuk mengurus masalah perusahaan. Hanya saja, masih ada beberapa hal yang perlu ditanganinya sendiri.Baru saja Monica hendak berdiri, dia malah batuk-batuk dan dadanya ter
Sebelumnya Monica menyuruh Hanny untuk kembali ke Kediaman Yukardi. Sekarang Monica malah menyuruhnya untuk pergi ke perusahaan. Kenapa Monica bisa berubah pikiran dalam secepat ini?“Bagus kalau bukan! Ingat, kamu dihidupi oleh aku. Kamu hanya perlu melakukan semua perintahku. Kamu itu cuma bayanganku saja!” Monica menegaskan sekali lagi. Entah sudah berapa kali Monica mengulangi ucapan ini. Sepertinya dia ingin Hanny ingat dengan identitasnya.“Baik, aku sudah ingat! Aku cuma bayanganmu, aku bisa hidup juga berkat kamu,” ulang Hanny sekali lagi. Sikap penurut Hanny mulai meredakan emosi di hati Monica. Dia pun berbicara dengan puas, “Ada dokumen yang perlu ditangani. Nanti Rossa akan beri tahu kamu untuk tanda tangan di sebelah mana. Kamu jangan berbicara terlalu banyak. Segera kembali setelah selesai. Kamu seharusnya sudah mengerti, ‘kan? Kamu juga bukan pertama kali.”“Aku mengerti!” Setelah mengangguk, Monica mengibaskan tangannya mengisyaratkan Hanny untuk pergi. Kemudian, dia k
Orang tua mereka tidaklah berbakat dalam soal seni bela diri, hanya saja mereka sangat berbakat dalam dunia bisnis. Bisnis Keluarga Yukardi memang tidak tergolong sangat besar, tetapi tergolong cukup stabil. Kantor cabang di Kota Kanita juga baru berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini. Mereka juga berencana mengekspansi bisnis mereka di sini. Itulah sebabnya meski Monica tidak suka berbisnis, dia juga harus mengelolanya.Sebenarnya Hanny lebih memahami bisnis keluarganya dibanding dengan Monica. Terkadang dia memang akan mewakili Monica untuk menandatangani dokumen. Hanya saja, setiap kalinya Hanny akan membaca isi dokumen dengan saksama, bukan hanya sekadar tanda tangan saja. Dia akan membaca setiap halaman dokumen, bahkan menunjukkan kesalahan dari isinya.Hanya saja, Monica tidak mengizinkan Hanny untuk menghadiri rapat penting. Dia takut para eksekutif akan menyadari perbedaan mereka.Setelah menuruni mobil, raut wajah Hanny langsung berubah menjadi dingin dan begitu pula de
Hanya saat kakaknya membutuhkannya saja, Hanny baru bisa keluar untuk menghirup udara segar. Terkadang Hanny sungguh berharap Monica sibuk tidak memiliki waktu luang.Sekarang Hanny sungguh gembira lantaran memiliki waktu bebas di dalam kantor. Mengenai masa depannya, Hanny juga tidak pernah memikirkannya. Mungkin dia juga tidak memiliki masa depan.“Tut ….” Telepon kantor berbunyi. Terdengar suara Rossa. “Bu Monica, Tuan Setiawan datang untuk bertamu. Tapi dia tidak melakukan janji sebelumnya. Dia ….”Tuan Setiawan?Jantung Hanny seketika berdegup kencang. Terlintas wajah lelaki itu di benak Hanny. Namun, dia berusaha untuk menyadarkan dirinya. Tidak! Sebelumnya Hanny sempat berharap kedatangan Steve, tak disangka orang yang bertamu ke rumah adalah Brandon. Lagi pula, ada banyak orang yang bermarga Setiawan di dunia ini.Tak peduli siapa pun lelaki itu, Hanny juga tidak berhak memutuskan untuk menemuinya atau tidak. Namun saat Hanny hendak menghubungi kakaknya, pintu ruangannya pun su
Hanny hanya berdiri di tempat. Dia menatap Steve dengan terdiam, tidak tahu apa yang sedang dipikirkan lelaki itu.Sikap Hanny saat ini membuat Steve tidak berani untuk bergerak. Dia menghentikan langkahnya, tidak berani berdiri terlalu dekat dengan wanita itu. Steve sudah cukup trauma dikasari calon istrinya.Steve kembali mengangkat kepalanya untuk melihat ekspresi Monica. Monica yang bersolek itu tidak kelihatan sepucat sebelumnya lagi, sepertinya kondisinya sudah membaik.“Monica, kamu baik-baik saja, ‘kan? Apa lukamu sudah membaik?” tanya Steve dengan penuh hati-hati. Sepertinya Steve tidak salah bicara, ‘kan? Seharusnya dia tidak akan marah, ‘kan?Namun, ternyata dugaan Steve salah!Sebenarnya hati Hanny merasa bergejolak ketika melihat kedatangan Steve. Dia sudah beberapa hari tidak bertemu dengan Steve. Sejak kakaknya tinggal di kediaman Setiawan, Hanny pun tidak berkesempatan untuk bertemu dengannya. Hanny sungguh merindukannya.Sebelumnya Hanny tidak pernah merindukan seseora
Steve memandang ke arah pintu. Hmm, tidak tergolong jauh! Jika Monica benar-benar hendak mengasarinya, Steve bisa langsung berdiri dan melarikan diri.Nanti Steve juga bisa menyiram kopi di tangannya untuk mengulur sedikit waktu. Kepikiran hal ini, dia tidak lagi mencicipi kopinya. Menyadari Steve duduk begitu jauh, suasana hati Hanny semakin buruk lagi. Dia berkata dengan sinis, “Apa kamu begitu membenciku?”“Ahh? Ahh ….” Pertanyaan yang sangat mendadak itu sungguh mengagetkan Steve. Dia segera menggeleng, “Nggak! Kenapa aku mesti membencimu? Aku malah suka sama kamu. Kenapa … kenapa kamu bertanya seperti ini? Aku khawatir dengan kondisi tubuhmu. Jadi, aku datang untuk menjengukmu. Apa … kamu masih merasa nggak enak badan? Jadi … kamu, kamu, kamu ….”Tiba-tiba Steve menjadi terbata-bata lantaran melihat wanita mengerikan itu berjalan mendekatinya.Dia … dia … dia! Apa dia mau turun tangan? Sebenarnya kesalahan apa yang sudah diperbuatnya? Steve sungguh tidak mengerti!“Aku … tiba-tib
Yang paling penting sekarang, jika Rainie tidak bisa bekerja sama dengan Fred, dia sudah tidak punya tempat lagi untuk pergi.“Sejujurnya, selama ini aku selalu meneliti tentang cara mengendalikan pikiran orang lain!” jawab Rainie dengan tegas, setelah melalui pemikiran yang matang.Dengan satu jari menyusuri tulang hidungnya, Fred mengulangi ucapan Rainie. “Pikiran?”Kurang lebih Fred mengerti ke mana arah penelitian yang Rainie maksud.“Kamu pasti pernah main boneka yang dikendalikan pakai tali, ‘kan? Kurang lebih seperti it.”“Jadi kamu bisa mengendalikan perilaku orang lain seperti boneka? Terus apa menariknya?!”Fred memiliki ambisi untuk mengendalikan Yuraria, bahkan seluruh dunia. Akan tetapi yang dia inginkan adalah mengendalikan orang lain yang masih hidup, agar mereka tunduk di bawahnya, bukannya boneka yang tidak memiliki pemikirannya sendiri. Apa serunya mengendalikan orang yang mudah untuk dikendalikan.“Oh, jelas ini menarik banget!” kata Rainie. “Aku tahu kamu mau orang
Fred tidak berkomentar ataupun membalasnya. Dia hanya menatap wajah dan mata Rainie dengan serius. Meski tidak berkata apa-apa, dalam hatinya dia tahu setiap tutur kata yang wanita yang ada di depan matanya ini ucapkan sangat akurat. Setelah situasi tenggelam dalam kesunyian singkat, Fred berdeham dan bertanya.“Nama kamu ….”“Rainie.”“Orang itu sudah mati dari beberapa hari yang lalu. Berarti kamu juga sudah lama memegang barang itu, tapi kenapa kamu baru datang sekarang?”“Awalnya aku juga nggak tahu apa ini. Aku terus mencari mencari kalian tapi nggak berhasil. Setelah itu aku ditangkap sama Brandon dan kawan-kawannya.”“Brandon?! Brandon dan temannya?”“Iya! Aku berhasil kabur dengan susah payah dan langsung teringat sama kamu. Aku tahu kamu cuma yang bisa kasih semua yang aku mau. Dan cuma aku yang bisa membantu kamu!” kata Rainie dengan rasa percaya diri yang membumbung tinggi.“Gimana kamu bisa kabur dari mereka?”Perhatian Fred tertuju kepada hal itu. Dia sudah merasakan langs
Sekarang di dalam ruang kantor itu hanya ada Fred dan wanita tersebut. Fred masih tak bergerak di kursinya seraya mengamati wanita itu. Pakaiannya lusuh dan terlihat sangat kasihan meski dia sudah berusaha untuk bersikap elegan.“Kamu ….”“Aku Rainie, bawahannya asisten yang paling kamu percaya itu. Aku pernah bekerja ….”“Aku nggak tertarik kamu siapa. Aku cuma mau tahu apa tujuan kamu datang ke sini? Dari mana kamu tahu aku kepalanya di sini?”“Soal itu, ya. Sebenarnya awalnya aku juga nggak tahu siapa yang bertanggung jawab atas organisasi ini, sampai … aku menemukan kartu nama yang ada bosku pegang.”“Kartu nama apa? Maksud kamu kepingan kecil itu? Itu paling cuma koin untuk main game atau sejenisnya,” kata Fred menyangkal. Dia tentu saja tidak mau secepat itu mengakuinya. Yang dia lakukan sekarang ini adalah menguji apakah Rainie benar-benar tahu sesuatu atau hanya sekadar asal bicara.Akan tetapi Rainie sudah menduga hal seperti ini pasti terjadi. Dia tidak tampak kebingungan dan
“Yang Mulia jangan berpikir begitu. Kita justru saling menguntungkan satu sama lain. Yang Mulia bisa kembali muda, sedangkan aku mendapat kekuasaan penuh. Bukankah begitu lebih bagus?”“Hmph!”Sang Ratu sudah malas membicarakan ini. Namun bagi Fred itu tidak masalah. Selama semua berjalan sesuai dengan rencananya, apa yang ingin dia capai sebentar lagi akan berhasil. Tidak ada lagi seorang pun yang bisa menghentikannya. Di saat itu pula dari luar Fred mendengar suara lirih yang memanggilnya.“Pak Fred!”“Ada apa?”Sebenarnya Fred sedikit kesal karena dia sudah berpesan untuk jangan mengganggu kecuali ada hal penting. Namun lagi-lagi yang datang adalah mereka. Fred masih lebih suka dengan si cacat yang menjadi bos Rainie dan Shane dulu. Meski cacat secara fisik, dia cukup pintar dan banyak membantu Fred. Sayang sekali dia sudah tidak ada …. Tanpa berpikir panjang, Fred melihat di tangan orang itu ada sebuah botol kecil seperti botol parfum yang dijual di luar sana. Perbedaannya, cairan
“Apa lagi ini?”Dalam berkas yang berisikan surat wasiat tersebut tertulis jelas bahwa sang Ratu mengetahui kesehatannya yang makin menurun dan sudah dekat ajalnya, karena itu selagi masih sadar, sang Ratu dengan sukarela menyerahkan posisinya kepada keturunannya, dan Fred diberikan kepercayaan penuh untuk menjadi penasihat mereka.“Kamu masih berani mengaku nggak mau merebut posisiku?! cucuku usianya baru empat tahun, tahu apa merea? Lagi pula bukannya menurunkan ke anakku, tapi malah langsung ke cucuku. Orang waras pasti sudah tahu apa maksudnya ini.”“Nggak juga, cucu Yang Mulia sangat pintar dan punya bakat untuk jadi penguasa yang baik. Saya cuma bertugas memberi nasihat, tapi pada akhirnya kekuasaan tertinggi tetap jatuh kepada mereka. Terkait masalah pewaris, apa Yang Mulia masih nggak sadar juga seperti apa mereka? Mereka sama sekali nggak cocok untuk jadi penguasa!”“Fred, kenapa baru sekarang aku sadar kalau ternyata ambisimu setinggi itu, ya?”“Bukan, Yang Mulia. Yang Mulia
Ketik sang Ratu tersadar, dia sudah berada di atas kasur. Dia berbaring dengan sangat nyaman ditutupi oleh selimut yang rapi. Di sampingnya ada semacam alat medis yang mengeluarkan suara nyaring. Walau demikian, sang Ratu tidak merasa nyaman.“Fred! Fred!” sahutnya.Mengira tidak akan ada yang datang, tak disangka Fred sendiri yang muncul di hadapannya.“Ada yang bisa dibantu, Yang Mulia?”“Lepasin aku!”“Wah, sayang sekali Yang Mulia, tapi nggak bisa! Eksperimennya sudah mau kita jalankan dua hari lagi. Yang Mulia nggak boleh ke mana-mana sampai dua hari ke depan.”“Eksperimen apaan. Kamu cuma mau membunuhku dan mengambil alih jabatanku, bukan?”“Yang Mulia, saya mana berani melakukan itu. Kalau saya membunuh Yang Mulia, apa saya perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk membangun lab dan semua eksperimen ini? Saya benar-benar berniat baik untuk Yang Mulia, tapi Yang Mulia malah terbuai sama omongan si cewek licik itu dan nggak percaya lagi sama saya. Sayang sekali!” kata Fre
“Aku?” kata Chermiko. “Nggak, aku cuma merasa itu terlalu aneh! Apa pun yang keluar dari mulut cewek gila itu, aku ….”Kata-kata yang hendak Chermiko katakan tersangkut di lehernya saat ditatap oleh Shane. Tadinya dia mau bilang tidak akan menganggap serius apa pun yang Rainie katakan, tetapi setelah dipikir-pikir, dia juga akan berpikir hal yang sama dengan Shane.“Oke, mau dia benar-benar bisa menghilang atau nggak, selama masih ada kemungkinan itu benar sekecil apa pun, kita harus cari tahu!” kata Brandon. Dia tidak menganggap ini sebagai sesuatu yang patut ditertawakan. Kalau sampai Rainie melarikan diri, maka bahaya terhadap masyarakat akan sangat besar.“Shane, jaga anak-anak!”Brandon pertama-tama langsung menghubungi Edgar agar dia bisa mengerahkan koneksinya untuk mencari Rainie di setiap sudut kota. ***Pintu kamar di mana Ratu sedang tidur siang diketuk sebanyak tiga kali, kemudian pintu itu dibuka begitu saja tanpa seizinnya. Sang Ratu membuka matanya sejenak dan langsung
“Seaneh apa pun ini pasti ada penjelasannya,” kata Brandon. Dia mengamati bantal di atas kasur itu dan menaruhnya kembali, lalu berkata, “Ayo kita keluar dulu sekarang!”Di kamar itu sudah tidak ada orang dan sudah tidak perlu dikunci lagi. Mereka berdua pun satu per satu keluar dan setela mereka kembali ke tempat Shane berada.“Rainie benar-benar menghilang?” tanya Shane.“Iya,” jawab Chermiko menganggu.“Kok bisa? Apa ada orang lain dari organisasi itu yang menolong dia?”“Aku nggak tahu.”Tidak ada satu orang pun di antara mereka yang tahu mengapa Rainie bisa menghilang. Mereka bertiga sama bingungnya karena tidak ada penjelasan yang masuk di akal. Brandon tak banyak bicara, dia mengerutkan keningnya membayangkan kembali ada apa saja yang dia lihat di kamar itu. Dia merasa ada sesuatu yang mengganjal pikirannya, tetapi dia tidak tahu apa itu.Shane, yang entah sedang memikirkan apa, juga tiba-tiba berkata, “Apa mungkin …? Nggak, itu mustahil ….”“Apaan? Apa yang nggak mungkin?” Cher
Chermiko sudah menahannya sebisa mungkin, tetapi suara gemetar bercampur dengan napas terengah-engah tetap saja menakutkan untuk didengar. Saat mendengar itu, Shane langsung terbelalak dan menyahut, “Apa?!”“Rainie … Rainie nggak ada di kamarnya!” kata Chermiko sembari menunjuk ke belakang.“Ngomong yang jelas, kenapa dia bisa nggak ada?” Ucapan ini datang dari belakang, membuat Chermiko kaget dan menoleh, dan menemukan ternyata Brandon sudah ada di belakangnya entah dari kapan.Brandon baru tidur sebentar dan belum lama terbangun. Semua masalah yang mereka alami membuat kualitas tidurnya terganggu. Anak dan istri tidak ada, dan sekarang ditambah lagi dengan sekian banyak masalah serius yang datang tak habis-habis. Bagaimana dia bisa tidur lelap? Apalagi sekarang ada dua bayi yang entah anaknya atau bukan datang membutuhkan penjagaan.Tidur singkat sudah cukup untuk memulihkan energinya, setelah itu Brandon mandi dan mengganti pakaian, lalu turun untuk melihat anak-anaknya, dan ternyat