Bug' Zana terjatuh cukup kuat, kakinya terbentur keras di halaman belakang. Para Kakek neneknya ada di sana, tetapi tak ada yang sadar jika Zana terjatuh karena Zana bermain cukup jauh dari mereka. Seorang anak laki-laki mendorong Zana karena ingin mengambil pita merah di kepala Zana. Di sisi lain, Zira-- kakak sepupu Zana yang berusia tiga belas tahun, tengah pergi untuk mengambil minum. "Pelit sekali!" ketus anak laki-laki tersebut sembari merampas jepitan rambut bentuk pita tersebut secara kasar dari kepala Zana. Seketika itu juga Zana menangis, rambutnya ikut tertarik dan sangat sakit. Ditambah lagi lututnya yang mengeluarkan darah, sakit dan terasa perih secara bersamaan. "Aaaa …." Tangisan Zana menggema, membuat Gabriel menoleh cepat ke arah sana. Dia langsung bangkit kemudian segera menghampiri cucunya. Sedangkan anak laki-laki yang mendorong Zana segera kabur. "Zana sayang," ucap Gabriel, langsung meraih Zana dalam gendongannya. "Kakimu terluka," gumam Gabriel cukup khaw
"Copet!!" teriak Kina. Dia panik, tak tahu harus bagaimana dan dia merasa bodoh. Menyedihkannya, tak ada satupun orang disekitar Kina yang bergerak untuk membantu. Kina menangis, tersinggung dengan sikap orang-orang tersebut. Mereka hanya diam, pura-pura tuli dengan sibuk pada handphone masing-masing. "Kalian manusia apa bukan," serak Kina, menatap orang-orang di sana. "Aku kecopetan dan …-" Upayanya bersuara berhenti. Percuma, orang-orang tersebut bahkan enggan mendengar Kina. Pada akhirnya Kina mengejar sendiri copet yang naik sepeda motor tersebut. Kina merasa dirinya telah gila. Apa yang dia kejar? pencopet itu sama sekali tak meninggalkan jejak lari ke arah mana. Ditambah Kina hanya berjalan, tak punya kendaraan untuk mengejar. Kina merasa semakin bodoh dan konyol. Sekarang Kina tak tahu harus kemana. Tasnya hilang, uang dan HP ada di sana. Perlahan Kina berkeringat dingin, berjalan tanpa arah dengan tatapan kosong. Dia tidak tahu harus kemana dan harus bagaimana. Tiba-tiba
Kina tidak tahu Zayyan kemana. Saat dia menyusul ke depan rumah, mobil pria itu sudah tak ada. "Mommy," panggil Zana tiba-tiba dari balik tembok, seperti sedang bersembunyi–terlihat ketakutan dan gelisah secara bersamaan. Perasaan Kina mencolos melihat Zana, hatinya sedih dan tak tenang. Dia langsung mendekati anak itu dan membawanya dalam pelukannya. "Nana kenapa, Sayang?" tanya Kina, sangat lembut dan penuh perhatian. Dia sangat mengkhawatirkan Zana, tatapan mata Zana yang berkaca-kaca membuat Kina sesak melihatnya. Apa saat dia pergi dari kediaman Azam telah terjadi sesuatu pada Zana? 'Memang yah, hanya aku yang benar-benar peduli pada anak ini. Sisanya … aku nggak tahu apakah mereka tulus atau tidak. Aku pergi bentar doang padahal tadi, tapi Zana sudah dalam kondisi ketakutan begini.' batin Kina, mengusap lembut rambut Zana lalu beralih menghapus air mata putri sambungnya yang sempat jatuh. "Katakan sama Mimi, kamu kenapa? Dimarahi Daddy?"Zana menggelengkan kepala, memelu
'Aku tidak ingin Zana sepertiku, Mas Zayyan. Membenci dan tidak ingin punya ayah,' bisik Kina pelan, nadanya santai dan tanpa beban namun berhasil membuat Zayyan yang tadinya senang karena mendapat dua kali ciuman dari Kina, mendadak terdiam dengan wajah tak enak. Zayyan menatap teduh ke arah Kina yang saat ini sudah berbicara santai dengan Zana. Seulas senyuman tipis tetapi tersirat kesedihan muncul di bibir Zayyan. Meskipun Kina mengatakan kalimat tadi dengan nada santai, tetapi Zayyan dapat merasakan kerapuhan di sana. Faktanya Kina adalah anak perempuan yang sangat berharap mendapatkan cinta dari ayah dan ibunya. Dan Zayyan seketika menyadari jika apa yang dia lakukan pada putrinya, hampir sama dengan apa yang Kina alami dari ayahnya. Dididik dengan keras dan penuh paksaan! Setiap langkah ditentukan oleh orangtuanya. Zayyan mengulurkan tangan ke atas kepala Kina, tiba-tiba berbicara lembut sembari tersenyum manis. "Baiklah, Wife, aku akan belajar menjadi Daddy yang manis. Tetap
"Lempar," titah Zayyan dingin, menatap orangtua Kina tajam dan penuh kemarahan. Kina tersentak, reflek menatap Zayyan kaget bercampur panik. Kita tak paham dan tak mengerti maksud Zayyan, pria ini sungguh menyuruhnya melempar batu pada mereka atau Zayyan sedang menegur?! Kina sangat bingung, juga takut karena melihat wajah Zayyan yang sangat mengerikan–telihat marah dan seperti ingin melenyapkan seseorang. "Ma-ma-mas," gugup dan panik Kina. Dari yang ingin menggila dengan melukai orang-orang di sana, Kina mendadak takut setelah Zayyan menyuruhnya melempar mereka. Zayyan menoleh pada Kina, membuat Kina semakin takut dan bergetar tubuhnya. Percayalah, Zayyan sangat menyeramkan jika sedang marah. Dan bagi Kina, tak ada yang lebih menakutkan dibandingkan melihat suaminya marah. "Kau tidak tahu cara melempar?" tanya Zayyan datar, tiba-tiba meraih batu di tangan Kina. "Aku akan mengajarimu, Kitten. Perhatikan," ucap Zayyan tenang tetapi terasa sangat mengintimidasi. Setelah itu, dia me
Zana putri kandung Nathalia dan Zayyan? Kina menggelengkan kepala kuat, entah kenapa dia sangat tidak terima akan hal tersebut. Hatinya sangat sakit hanya dengan mengucapkan kalimat 'Zana anak kandung Nathalia. Perasaan tak tenang itu kembali muncul, dada Kina bergemuruh hebat dan entah kenapa dia panik tanpa sebab. 'Nathalia Anj! Dia benar-benar membuatku kepikiran. Dan … jika benar Zana anak Nathalia, demi Tuhan, aku akan membenci mas Zayyan seumur hidupku!' *** Zayyan menghela napas, menatap sayu dan sendu ke arah istrinya. Untuk kesekian kalinya, Kina tidur dengan keringat yang membasahi tubuh. Waktu itu, Zayyan cukup marah pada Kina karena Kina seperti acuh tak acuh pada kondisi diri sendiri. Saat dia bertanya apakah Kina pernah berkeringat dingin saat malam hari atau saat tidur, Kina menjawab tak tahu. Dia kira Kina bercanda atau sepele padanya. Tetapi memang itulah letak kemirisan kondisi istrinya. Sangat malang! Kina tinggal bersama orangtuanya sendiri tetapi tak diu
Brak' Setelah mengatakan Zana putri kandung Kina, Zayyan segera beranjak dari sana–meninggalkan Kina yang terdiam membatu di tempat. Dengan tubuh yang mendadak lemas, Kina berjalan ke arah ranjang. Dia duduk sembari menyender di sana, terus mengingat ucapan Zayyan tadi padanya. Zana adalah putri kandungnya? "Ti-tidak mungkin." Kina menyangkal dengan bergumam pelan. "Tidak mungkin Zana pu-putriku. A--aku tidak pernah hamil, bagaimana bisa Zana menjadi putriku. Pa-pasti maksud Mas Zayyan Zana putriku, sudah seperti putri kandung karena dia anak dari kakak kandungku sendiri. Ya-yah, pasti itu." Kepala Kina mendadak sakit mengingat hal tersebut, pada akhirnya dia memilih membaringkan tubuh di ranjang. Tanpa sadar Kina tertidur dan ketika dia bangun, pakaiannya sudah berganti. Ini sudah jam sembilan pagi, artinya Zana telah berangkat ke sekolah dan Zayyan juga telah ke kantor. Kina menghela napas pelan. Harapannya untuk ke luar kota sudah tak ada, Kina sudah harus di kantor tersebut p
"Jangan salah paham, Kina. Samantha kekasihku, dia dan Zayyan tidak memiliki hubungan apa-apa selain pertemanan dan pekerjaan," ucap Jabier setelah memeluk pinggang Samantha secara tiba-tiba, di mana perempuan tersebut terlihat sudah membatu dan memerah pipinya. "O-oh, enggak salah paham kok, Pak." Kina menjawab kikuk. "Kakak saja," ucap Jabier kembali, isyarat supaya Kina memanggilnya kak. "Oh, iya, Kak." "Pernekalkan dirimu pada Ki …-"Jabier sebenarnya ingin menyuruh Samantha memperkenalkan diri secara langsung dan bisa dikatakan resmi pada Kina. Namun, sebelum ucapannya selesai, Kina tiba-tiba saja bangkit dari kursi lalu menautkan tangan pada Samantha. "Aku Kina Anggita, salam kenal, Kak," ucap Kina ramah, bersalaman dengan Samantha yang terlihat cukup kaget dengan tingkah Kina. Selama ini dia hanya memantau Kina dari kejauhan dan tak langsung. Ini kali pertama dia berkenalan langsung dengan Kina."Saya Samantha, Nyonya Kina. Saya do-- mak-maksduku ke-kekasih Tuan Jabier,"