Zana putri kandung Nathalia dan Zayyan? Kina menggelengkan kepala kuat, entah kenapa dia sangat tidak terima akan hal tersebut. Hatinya sangat sakit hanya dengan mengucapkan kalimat 'Zana anak kandung Nathalia. Perasaan tak tenang itu kembali muncul, dada Kina bergemuruh hebat dan entah kenapa dia panik tanpa sebab. 'Nathalia Anj! Dia benar-benar membuatku kepikiran. Dan … jika benar Zana anak Nathalia, demi Tuhan, aku akan membenci mas Zayyan seumur hidupku!' *** Zayyan menghela napas, menatap sayu dan sendu ke arah istrinya. Untuk kesekian kalinya, Kina tidur dengan keringat yang membasahi tubuh. Waktu itu, Zayyan cukup marah pada Kina karena Kina seperti acuh tak acuh pada kondisi diri sendiri. Saat dia bertanya apakah Kina pernah berkeringat dingin saat malam hari atau saat tidur, Kina menjawab tak tahu. Dia kira Kina bercanda atau sepele padanya. Tetapi memang itulah letak kemirisan kondisi istrinya. Sangat malang! Kina tinggal bersama orangtuanya sendiri tetapi tak diu
Brak' Setelah mengatakan Zana putri kandung Kina, Zayyan segera beranjak dari sana–meninggalkan Kina yang terdiam membatu di tempat. Dengan tubuh yang mendadak lemas, Kina berjalan ke arah ranjang. Dia duduk sembari menyender di sana, terus mengingat ucapan Zayyan tadi padanya. Zana adalah putri kandungnya? "Ti-tidak mungkin." Kina menyangkal dengan bergumam pelan. "Tidak mungkin Zana pu-putriku. A--aku tidak pernah hamil, bagaimana bisa Zana menjadi putriku. Pa-pasti maksud Mas Zayyan Zana putriku, sudah seperti putri kandung karena dia anak dari kakak kandungku sendiri. Ya-yah, pasti itu." Kepala Kina mendadak sakit mengingat hal tersebut, pada akhirnya dia memilih membaringkan tubuh di ranjang. Tanpa sadar Kina tertidur dan ketika dia bangun, pakaiannya sudah berganti. Ini sudah jam sembilan pagi, artinya Zana telah berangkat ke sekolah dan Zayyan juga telah ke kantor. Kina menghela napas pelan. Harapannya untuk ke luar kota sudah tak ada, Kina sudah harus di kantor tersebut p
"Jangan salah paham, Kina. Samantha kekasihku, dia dan Zayyan tidak memiliki hubungan apa-apa selain pertemanan dan pekerjaan," ucap Jabier setelah memeluk pinggang Samantha secara tiba-tiba, di mana perempuan tersebut terlihat sudah membatu dan memerah pipinya. "O-oh, enggak salah paham kok, Pak." Kina menjawab kikuk. "Kakak saja," ucap Jabier kembali, isyarat supaya Kina memanggilnya kak. "Oh, iya, Kak." "Pernekalkan dirimu pada Ki …-"Jabier sebenarnya ingin menyuruh Samantha memperkenalkan diri secara langsung dan bisa dikatakan resmi pada Kina. Namun, sebelum ucapannya selesai, Kina tiba-tiba saja bangkit dari kursi lalu menautkan tangan pada Samantha. "Aku Kina Anggita, salam kenal, Kak," ucap Kina ramah, bersalaman dengan Samantha yang terlihat cukup kaget dengan tingkah Kina. Selama ini dia hanya memantau Kina dari kejauhan dan tak langsung. Ini kali pertama dia berkenalan langsung dengan Kina."Saya Samantha, Nyonya Kina. Saya do-- mak-maksduku ke-kekasih Tuan Jabier,"
"Kalau kamu memang ibu kandung Zana, kenapa Mas Zayyan tidak menikahimu dan malah menikahiku setelah Kakakku meninggal?" "Cih." Nathalia berdecis sinis, menatap semakin remeh pada Kina. Wanita gila ini berani menggertaknya? "Jelas kamu tahu alasannya, Kina Stupid. Kamu! Alasannya karena kamu pengasuh gratis yang telah Zayyan siapkan." "Itu benar!" Stefania–sepupu Zayyan tersebut menimpali. Dia adalah shipper Zayyan dan Nathalia, dia pendukung garis keras hubungan keduanya. Oleh sebab itu dia membenci Sheila dan juga Kina yang menurutnya adalah duri dalam hubungan Zayyan Nathalia. "Kamu itu hanya pengasuh Zana. Kak Zayyan sengaja membiarkan Zana diasuh sama kamu karena mungkin supaya kamu menanggung kesalahan kakak kamu yang sudah merebut Kak Zayyan dari Nathalia. Sedangkan saat itu, setelah melahirkan, Nathalia terpaksa ke luar negeri untuk mengejar karir. Dan kamu-- seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, kamu hanya pengasuh. Lagian foto itu nggak cukup buat ngebuktiin kalau Zana
Setelah di sana, barulah Zayyan memperlihatkan wajah marah yang sangat mengerikan. "Kau meninggalkan Zana dipusat perbelanjaan. KENAPA?!" marah Zayyan, berteriak murka di akhir kalimat karena tak habis pikir pada Kina yang tega meninggalkan Zana di tempat seperti itu. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Zana? Bagaimana jika ada yang berniat melukai Zana saat dia mencari Kina? Kina tersentak kaget, tetapi reflek menggelengkan kepala dengan raut muka panik bercampur ketakutan. "A--aku tidak meninggalkan Zana di pusat perbelanjaan. Bahkan kami …-"Zayyan memotong lagi–mencengkeram kuat pundak Kina. "Kau bosan mengasuh Zana?! Kau kerepotan?! Jika iya-- katakan secara langsung padaku supaya aku mencari pengasuh untuk membantumu menjaga Zana. Jangan malah sengaja meninggalkan Zana di pusat perbelanjaan. Itu tencanamu supaya Zana hilang, benar?!" Kina menggelengkan kepala, tanpa bisa ia tahan dan bendung air matanya jatuh melintasi pipi. Tudingan Zayyan begitu jahat. Iya, Kina akui beber
Kasur terasa bergerak, membuat Kina terbangun dari tidurnya–dia mengintip diam-diam pada Zayyan yang bangkit dari ranjang. Setelah kejadian itu, di mana Zayyan marah besar dan hampir memukul Zana, mereka bertiga tertidur di ranjang kecil Zana. Ada kehangatan yang menelusup dalam hati Kina, ada rasa salut maupun bangga pada sosok Zayyan. Saat pria ini begitu marah, bisa dikatakan kehilangan kontrol diri, tetapi Zayyan mampu menangkan mereka. Meskipun tempramental, tetapi bisahkah Kina sebut Zayyan seorang suami yang perfect. Tak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan Zayyan yang punya sifat tempramental. Namun, dibalik itu, dia mengagumkan. Dia bertanggung jawab dengan perbuatannya, dia mampu mengobati rasa takut Kina dan Zana pada saat yang bersamaan. Zayyan menenangkan dia dan Zana sekaligus. Bagaimana bisa seorang pria pemarah melakukan itu? Di sana lah letak perasaan takjub Kina. Dia takut pada Zayyan, dia panik melihat Zana menangis. Dia berpikir setelah mengatakan agar
"Zayyan!" Suara seruan dingin menggema dalam ruangan tersebut. Semua orang dalam ruangan itu semakin merasa mencekam, mendadak menunduk kala sosok yang baru datang tersebut berjalan mendekat. "Argkkk." Teriakan Nathalia masih menggema. Nyatanya, sosok itu telah datang tetapi Zayyan masih menarik rambutnya secara kuat. "Berhenti!" teriak Reigha, menghentikan adiknya yang sedang menganiaya seseorang. Zayyan mendengar, menoleh tajam pada Reigha–masih mencengkeram kuat rambut Nathalia. "Lepaskan tanganmu dari rambutnya," titah Reigha, berbicara dengan nada yang tenang akan tetapi terasa penuh peringatan dan adanya ancaman berbahaya. Zayyan berdecak marah. Dia membenci siapapun yang memanggil Reigha ke tempat ini. Dengan kesal dan sekuat tenaga, Zayyan melepas tangannya dari rambut Nathalia. Hal tersebut membuat Nathalia terhempas–kepalanya terbentur cukup kuat ke lantai. Zayyan sama sekali tak peduli, segera beranjak dari sana–melewati Reigha begitu saja, menatap lurus ke depan denga
"Semua makanan favoritku. Kau ingat?""Hah?" Kina mengerutkan kening, menatap makanan di atas meja–yang ia masak sendiri dengan tatapan bingung bercampur aneh. Ini semua makanan favorit Zayyan? Bagaimana bisa? "Ma-makanan favorit?" beo Kina, kini menatap Zayyan masih dengan pandangan heran. "Humm." Zayyan hanya berdehem, memilih tak memperpanjang karena tak ingin membuat Kina terbebani dengan pikiran sendiri. Sepertinya ini hanya kebetulan. "Hanya kebetulan," ucap Zayyan selanjutnya, tersenyum tipis pada Kina. Sedangkan Kina, dia membalas Zayyan dengan senyum kaku–dia gugup dan masih bingung dengan yang terjadi. Yah, mungkin hanya kebetulan dia memasak makanan favorit suaminya. Tetapi … benarkah hanya sekedar kebetulan?***Setelah makan malam bersama, Kina menggambar bersama dengan Zana–berupaya menghibur anak kecil tersebut supaya tidak sedih ataupun memikirkan hal tadi sore. Anak-anak memang mudah melupakan kesedihan dan cenderung cepat ceria seperti semula. Namun, percayalah, h