"Kemarin Mbak Sinta minta yang full Payet atau polos, Nur?" tanya Kina pada asistennya. Asisten tersebut menggelengkan kepala sembari menampilkan raut muka bingung serta gugup, membuat Kina menghela nafas lalu memijit pelipis. Kina meraih handphone kemudian menghubungi klien-nya tersebut. Asisten Kina tersebut sangat tidak becus, tetapi sampai sekarang Kina masih sabar. Meskipun sudah ada niat untuk memecatnya. Sudah satu tahun lebih berlalu dari saat Kina melahirkan. Dia menikmati hidup meskipun kadang ada perasaan yang membuat Kina merasa kehilangan. Tiga bulan setelah melahirkan, Zayyan mengabulkan keinginan Kina untuk menjadi seorang desainer. Pria itu membantu Kina dan mendukung secara maksimal. Sekarang Kina punya butik dan namanya sudah terkenal di kota ini, bahkan ke kota lain. Kina khusus mendesain baju pengantin, karena jika dia mengambil banyak dia takut tak fokus pada anak-anaknya. Setelah berbicara pada klien tersebut,
[Hai, Kin. Ini aku, Agus][Dapat nomormu dari Bintang. Tadi aku melihatmu ke restoran Bintang, tetapi aku takut menyapa. Sumpah! Kamu cantik sekali, jadi tak pede kalau menyapa. Hehehe …][Oh iya. Gimana kabarnya, Kin?]Zayyan menatap kesal pada layar HP istrinya, meletakkan kembali ponsel istrinya di atas nakas. Seperti yang Zayyan katakan sebelumnya, dia sedang tidak percaya diri. Kina semakin cantik dan bersinar selama setahun terakhir ini. Sedangkan Zayyan, dia merasa semakin tak ada waktu dengan Kina. Zayyan sangat sibuk, sering keluar negeri untuk mengurus bisnis keluarga. Dia sering meninggalkan anak istrinya, mungkin akan membuat Kina merasa tak diperhatikan. Kina sendiri, dia memang sibuk dengan pekerjaannya. Akan tetapi Zayyan cukup salut pada istrinya yang bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Walau akhir-akhir ini Kina memang diliputi kesibukan. Itu yang membuat Zayyan tidak percaya diri. Kesibukannya menyita banyak waktu, bagaimana jika istrinya merasa kuran
Setelah mendapat izin dari Zayyan, Kina akhirnya ke acara reunian tersebut yang diadakan di sebuah hotel. Kina datang bersama Bintang. "Wow, couple goals kita ternyata masih bersama sampai sekarang," seru teman-teman mereka, hanya dibalas senyuman oleh Kina. Kina dan Bintang bergabung dengan teman-teman mereka–mengobrol dan berbicara bersama. Karena ingin ke toilet, Kina izin ke sana dan setelah kembali ke toilet Kina tak sengaja menabrak seseorang. "Maaf, aku nggak sengaja," ucap Kina pada orang tersebut. "Iya, tidak ap …- Kina?" Kina langsung mendongak, memusatkan atensi pada sosok yang ia tabrak tersebut. "Astaga, kamu … Agus?" Kina melototkan mata lebar, menatap penampilan orang yang ia tabrak tersebut dari atas hingga bawah. "I--ini kamu?" Agus tersenyum tipis, memangut pelan pada Kina. "Senang bertemu denganmu, Cantik," sapa Agus, mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Kina
"Eih, kuku Zeeshan mulai panjang. Besok Kakak bersihkan yah," ucap Desi, sengaja sok perhatian supaya tuannya salut padanya. Bukankah dari rasa salut bisa berubah menjadi rasa suka? Zeeshan menganggukkan kepala, buru-buru bangun dari kasur. "Yeii … Mimi uyang," seru Zeeshan bersemangat, berlari ke arah sang mommy yang sudah ada dalam kamarnya. "Hai, Tampan Mommy," sapa Kina, tersenyum lebar ke arah putranya yang ternyata belum tidur. Deg'Desi menoleh cepat ke arah belakang, wajahnya seketika dipenuhi ekspresi kecewa. Sial! 'Ck, kenapa Nyonya sih? Tuan mana?!' batinnya. "Desi, kamu bisa istirahat. Zeeshan biar aku yang tidurin," ucap Kina, "terimakasih yah sebelumnya sudah menjaga Zeeshan.""I-iya, Nyonya." Desi tersenyum palsu kemudian keluar dari kamar majikannya. Sedangkan Kina, dia mengendong putranya lalu membawa Zeeshan ke dalam kamar. Kina sangat lelah, jadi dia akan membawa Zeeshan tidur dengannya
"Kalau aku kepilih dan menang, nanti aku traktir kamu deh," ucap Kina yang saat ini sedang berada di restoran milik Bintang–lebih tepatnya di ruangan khusus milik Bintang. Pria dihadapannya tersebut mendengus kasar. "Semerdekamu, Kin," jawabnya sembari melempar pulpen ke arah Kina. "Bisa terang-terangan kenapa harus lewat begini?" "Hehehe … biar seru ajah." Kina cengengesan. "Oh iya, kamu belum minta maaf sama Agus? Nggak boleh gitu lah, Bin. Kita kan berteman, apalagi dia anak rantau. Lagian kamu kan …-" Kina memicingkan mata, senyum misterius ke arah Bintang–membuat perempuan itu lagi-lagi mendengus padanya. "Ck." Bintang berdecak pelan, "lihat dia saja, aku tak enak, Kin. Tidak berani," ucap Bintang. "Apanya yang tak enak?! Memarahinya kamu enak, berani, Heh?!" Kina berkata setengah kesal pada Bintang. "Ini … dia masuk kerja kan? Kamu minta maaf gih." "Nanti saja lah." Bintang menghela napas pelan, meraih telepon genggam untuk menelpon seseorang. Dia meminta minuman segar
"Mas Zay," cicit Kina pelan, meraih tangan suaminya lalu menyalamnya. Wajah Zayyan yang terpasang dingin, membuat Kina tak enak. Dia merasa canggung dan gugup secara bersamaan. Meskipun begitu, Kina memberanikan diri untuk duduk di sebelah pria itu. "Mas Zay sudah pulang jam segini? Atau ada yang tertinggal?" tanya Kina. "Ada yang salah jika aku sudah di rumah di jam seperti ini?" Zayyan menaikkan sebelah alis, menatap datar ke arah Kina. Nada bicaranya juga terkesan ketus, seolah tak suka dengan beradaan Kina. Kenyataannya tidak seperti itu. Zayyan sangat suka Kina, siapapun tahu itu. Hanya saja … ada yang menggangu serta mengusik perasaan Zayyan–membuat Zayyan tidak tenang serta murung. Kitten-nya tertawa riang dengan pemuda lain. 'Mas Zayyan lagi sensitif-sensitifnya. Aku harus maklum.' batin Kina. "Nggak kok. Bagus Mas pulang cepat. Cuma … kalau ada masalah di kantor, Mas Zay bisa cerita ke aku. Aku siap men …-""Oh yah?" potong Zayyan cepat, terkesan ketus dan cuek seolah mer
Kina kira emosi Zayyan akan berakhir setelah itu, tetapi ternyata tidak. Saat dia terbangun dengan tubuh sudah memakai kemeja pria itu dan berbalut selimut, dia masih dihadapi hal mengerikan. Zayyan mengamuk dan menghancurkan semua barang yang ada di kamar. Kina syok dan hanya bisa memandangi, dia tak berani bersuara. Duduk diam di atas ranjang, menatap suaminya dengan air mata yang jatuh dari pelupuk. Ada apa dengan Zayyan? Jika memang Kina punya kesalahan, seharusnya Zayyan berbicara! Demi Tuhan, Kina ketakutan. Brak' Zayyan kembali melempar barang di atas meja rias. Kina yang tak tahan, memilih menutup telinga. Tiba-tiba saja Zayyan menoleh padanya, membuat Kina menegang takut–jantungnya berpacu dengan cepat, takut dirinya akan dilempar seperti benda-benda itu. Namun, tidak. Zayyan hanya diam, beranjak dari sana lalu masuk ke walk in closet. Kina seketika menghela napas, menyender ke kepala ranjang. Dia berusaha menenangkan diri, menormalkan debaran jantungnya. Dia berta
"A'af, Di …," ucap Zeeshan dengan bahasa bayinya. "Ini," ucap Kina, sudah di sebelah Zayyan sembari menyodorkan tissue pada suaminya. Namun, karena Zayyan tak mau menerima tisu tersebut, Kina inisiatif membersihkan tumpahan susu pada paha suaminya tersebut. "Zeeshan tidak sengaja, Mas," cicit Kina pelan ketika mendapati wajah suaminya yang masih terlihat kesal. "Humm." Zayyan berdehem pelan, membiarkan Kina me-lap celana di bagian paha–yang terkena tumpahan susu putranya. "Atau … Mas ingin ganti celana. Aku akan menyiapkannya," ucap Kina lagi. Zayyan menggelengkan kepala. "Ini sudah malam, suruh Zana untuk tidur." "Baik, Mas." Kina buru-buru menghampiri putrinya lalu menyuruh Zana untuk segera tidur. Untungnya Zana anak yang patuh, segera membereskan buku gambar dan juga pensil warna. Setelah pamit pada orangtuanya, Zana langsung ke kamar–ditemani oleh Desi karena diperintah oleh Kina. Sedangkan Kina, dia meraih botol susu putranya kemudian beranjak dari sana. Zayyan sen