Zayyan mengerutkan kening ketika ponselnya berdering. Dari posisi berbaring, Zayyan langsung mengambil posisi duduk. Seulas senyuman muncul di bibir, hanya karena melihat nama kontak yang menghubunginya. 'Kesayangan'Zayyan langsung mengangkat telepon, menempelkan ponsel di telinga. 'Halo, Daddy.' Suara manis dan lembut menyapa dari seberang sana. Zayyan kembali tersenyum, suara putrinya sangat menggemaskan. Dia segera meraih kemeja yang sempat ia lepas kemudian kembali mengenakannya. "Humm?" Zayyan berdehem, berjalan ke balkon kamar lalu menatap ke bawah. Mobil yang sering istrinya gunakan sudah ada di depan, itu berarti kedua perempuan yang ia cintai sudah pulang. Zayyan berada di rumahnya, pulang dari kantor khusus untuk mengantar tas istrinya yang telah ditemukan. Dia kira dia akan bertemu dengan Kina saat ke sini, ternyata Kina sudah berangkat menjemput Zana. Pada akhirnya Zayyan mengirim pesan pada istrinya, memberitahu bahwasanya tas Kina telah ditemukan dan Zayyan meleta
Zayyan membuka pintu ruangannya, menatap sosok perempuan cantik yang terlihat sedang memegang sesuatu. Mata Zayyan yang tajam, tentu mengenali dan melihat benda apa yang istrinya tersebut pegang. "Angie.''Brug.'Karena kaget, benda tersebut terlepas dari tangan Kina. Kina begitu terkejut saat mendengar suara bariton Zayyan memanggil namanya. Dia segera buru-buru berjongkok, meraih bunga mawar yang sudah diberi resin tersebut. Namun, sebuah tangan lebih dulu merampasnya dari Kina. "Mas Zay, aku tidak sengaja menjatuhkannya," ucap Kina cepat, takut dimarahi oleh Zayyan karena merusak benda istimewa milik suaminya. Sepertinya benda itu memang sangat berharga. Cara Zayyan menatap bunga tersebut, begitu dalam dan penuh makna–membuat Kina semakin takut dimarahi. "Ini masih bisa diperbaiki. Jangan khawatir," ucap Zayyan santai, dia meraih pergelangan tangan Kina kemudian membawa Kina dari depan rak. Saat melewati meja kerjanya, Zayyan meletakkan bunga mawar resin. Zayyan mendudukkan K
"Katakan kau di mana, Nathalia?" tanya Zayyan dengan nada datar–masih tetap merokok. Zayyan melirik sedikit ke arah Kina, ingin melihat seperti apa reaksi Kina. Dia tahu perempuan ini kemari, Zayyan peka dengan sekitar dan tentu dia menyadari keberadaan orang lain di tempat ini. Bisikan kecil menyuruh Zayyan untuk melakukan hal tersebut, berharap Kina marah dan cemburu. Jika perempuan itu cemburu, berarti dia punya perasaan pada Zayyan. Itu yang ingin Zayyan buktikan. 'Aku di jalan xxx, Zayyan. Di sini sangat sepi, aku sedikit cemas. Cepatlah datang,' pinta Nathalia di sembarang sana. "Humm." Zayyan berdehem singkat. Sedangkan Kina, mendengar percakapan Zayyan dengan seseorang di seberang sana, jantungnya berdebar kencang. Tubuhnya terasa membeku, dadanya sesak dan hatinya bergemuruh hebat. Zayyan tahu jika Nathalia termasuk orang yang sangat Kina benci dikehidupannya. Akan tetapi kenapa Zayyan masih berhubungan dengan perempuan itu? Bahkan terlihat seperti mengkhawatirkannya.
Kina memaksa otaknya untuk berpikir keras, menyuruh dirinya untuk mendapatkan ide pamer tetapi cukup gila. Hingga pada akhirnya dia mendapatkan ide brilian. Dia kan sudah lama menghilang dari peradaban, ini saatnya Kina comeback dengan cara legendaris. Kina menyalakan perekam vidio, kemudian mengambil rekaman dirinya dan putrinya yang masih asyik salon-salonan dengan rambutnya. "Assalamualaikum, Bunda-bunda. Bagaimana kabarnya? Sehat? Hari ini Bunda sedang bersama putri Bunda, sedang menikmati waktu bersama. Nak, lihat ke kamera. Sebentar saja, Putri Ibu." Zana menatap mommynya dengan air muka julid. Lalu menoleh ke arah kamera dengan ekspresi sangat konyol. Hais! Mommynya sepertinya kumat. "Mommy …." Zana berucap gemas. "Sapa ke kamera, Putri Ibu," pinta Kina begitu lembut dan manis. Tetapi dalam batin, ingin tertawa karena geli dengan dirinya sendiri. Bukannya menyapa, Zana buru-buru membalikkan tubuh untuk membelakangi Kina. Dia malu! "Ini mau Bunda posting, Sayang, k
Cup'Zayyan mengecup bibir Kina lalu mengacak pucuk kepala istrinya. "Aku senang kau cemburu," ucapnya serak dan rendah. Kina mengerjap beberapa kali, mendongak dengan menatap Zayyan heran. Pria ini senang Kina cemburu? Apa Zayyan tidak terganggu dengan rasa cemburu Kina? Namun, sudahlah. Sejak awal, perasaan pria ini padanya memang aneh dan cukup mengerikan. Cinta Zayyan seperti air yang terlalu dingin di panas hari. Ketika air tersebut diminum, alih-alih tubuh merasa adem, orang yang meminumnya malah berakhir menggigil kedinginan. Berlebihan! ***Hari ini Samantha kembali datang ke rumah, untuk mencek kandungan Kina serta perkembangan kondisi perempuan tersebut. Zayyan menaikkan sebelah alis, heran karena Jabier ikut ke rumahnya. "Rain, kau yang mengundangnya?" tanya Zayyan santai pada Rain, menatap datar ke arah Jabier yang terlihat memasang raut muka muram. Rain menggelengkan kepala. "Tuan Jabier berinisiatif sendiri," jawab Rain. Zayyan memangut-mangut pelan, menoleh ke ar
Setelah berdebat dengan sahabatnya tersebut, pada akhirnya keduanya makan ketobrak bersama-sama. Tanpa mereka sadari, dua orang yang sedang menyamar sedang menguntit dan mengamati keduanya. "Persahabatan kita harus backstreet, Kin. Kakakku melarang dan dunia pun …-""Sumpah yah, kamu drama banget." Kina memotong cepat. "Gini ajah, satu tambah satu berapa?" Bintang mengerutkan kening. Perasaannya sudah tak enak karena bingung Kina tiba-tiba menanyakan hal tersebut. "Dua." Meskipun bingung, Bintang tetap menjawab. "Memangnya kenapa?"Kina tersenyum lebar. "Karena jawaban kamu benar, kamu yang bayar. Hehehe …," ucap Kina tanpa dosa, buru-buru beranjak dari sana karena dia sudah selesai makan. "Anji--! Monyet! Kawan monyet lu, Kin," maki-maki Bintang. Firasatnya memang tidak salah, satu tambah satu dari Kina sama dengan bencana.Sedangkan Kina, dia tertawa puas–berjalan santai dan tenang dari tempat tersebut. Dia sama sekali merasa bersalah, malah sangat gembira melihat Bintang kesal
"Zayyan," panggil seseorang dengan nada getir dan suara halus, suaranya terdengar seperti akan menangis. Kina segera melepas pelukan Zayyan di pinggangnya, menatap Nathalia sekilas kemudian buru-buru pergi dari sana dengan air muka berubah dingin dan datar. Perempuan itu lagi! Zayyan ingin mengejar Kina akan tetapi langkahnya tertahan. Nathalia tiba-tiba menerjangnya, memeluk tubuhnya dari belakang. "Zayyan, aku sangat butuh ini," pinta Nathalia, menumpahkan air matanya dengan memeluk erat tubuh Zayyan. Kina yang salah jalan, dia putar haluan. Harusnya dia lewat dari tangga, akan tetapi saking gugupnya melihat Nathalia, dia lewat ke arah dapur. Akan tetapi melihat pemandangan di sana, di mana Nathalia memeluk Zayyan, Kina tidak jadi putar haluan. Dia melanjutkan langkah, berjalan dengan cepat–dada terasa sesak dan napas memburu. Keringat dingin muncul, tangannya mulai bergetar dan tanpa bisa ia cegah air matanya jatuh begitu saja. Yang Kina lihat-- terlalu menyakitinya. Harusny
Kina terus menangis, sesenggukan dan pilu. Rasanya Kina ingin menjerit sekuat mungkin, dia ingin marah pada siapapun. Tanpa sadar, Kina mengigit kuat pergelangan tangannya. Dan satu tangan lainnya, menjambak rambutnya dengan kuat. Ada bisikan dan tawa Nathalia serta Sheila di kepalanya, Kina tidak ingin mendengarnya. Kina benci mereka! Kina hanya punya Zayyan dan Zana, tetapi kedua wanita jahat itu berusaha merebut keduanya dari Kina. Sheila jahat! Dia kakak yang jahat. Kasih sayang kedua orangtua mereka, Sheila ambil–dia merebutnya dan tidak menyisahkan sedikitpun untuk Kina. Lalu dengan serakahnya, dia masih menginginkan Zayyan dan Zana. Dia sudah mati. Tetapi kenapa ada Nathalia yang sama persis dengan Sheila? Nathalia juga ingin Zayyan dan Zana. Kina tidak bisa! Bayang-bayang mengerikan bermunculan di kepala Kina. Dia melihat Zayyan melecehkannya lalu Sheila menertawakan. Dia juga melihat anaknya--Zana, dibawa lari oleh orangtuanya kemudian menyerahkan Zana pada Sheila dan Zayy