Panji tiba di sebuah TKP tempat kecelakaan di mana mobil angkot dengan berplat nomor polisi XXXII itu terguling ke dasar jurang dan menewaskan beberapa penumpang yang berada di dalamnya dan paling menyedihkan adalah terdapat identitas satu orang wanita yang bernama Alina Hapsari. Yang sedang membawa dompet di dalam tas yang ia bawa. Akan tetapi wajah Alina sudah hancur dan tidak bisa dikenali lagi. Karena kata para saksi mata yang melihat kejadian mobil angkot itu melaju dari arah berlawanan dan dalam keadaan yang ngebut ketika di jembatan ada sebuah truk kontainer yang menabrak bagian depan mobil angkot itu, dan korban yang teridentifikasi bernama Alina Itu posisinya berada di depan sehingga ia tepat dihantam oleh sebuah truk kontainer dengan kecepatan yang tinggi dan membuat wajahnya rusak karena terhimpit oleh kap mobil dan wajahnya terkena pecahan kaca.
Memang dompet itu milik Alina akan tetapi Panji meyakini jika korban yang sedang terbujur kaku di hadapannya ini bukan"Perkenalkan nyonya, nama saya Alina," kata wanita itu yang menyebutkan namanya Alina."Nama yang bagus dan cantik seperti orangnya," kata Lisa lalu tersenyum dan menyambut uluran tangan Alina.Meskipun penampilan Alina sedikit kucel rambutnya yang tidak terurus dan sedikit tergerai karena ikat rambut yang kendur, dan wajah yang belepotan dan pakaian yang lusuh sedikit bau memang, membuat Lisa merasa kasihan pada alinea yang sudah menolongnya."Kamu tinggal di mana Nak?" tanya Lisa kemudian saat keduanya sudah duduk di sebuah warung makan Padang.Ya, Lisa mengajaknya untuk duduk dan berbicara di warung makan Padang karena saat tadi di pasar ia mendengar perut Lisa yang berbunyi, tanda Alina yang kelaparan. Lisa pun tersenyum lalu mengajak Alina untuk ikut dengannya, akan tetapi saat Lisa mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah makan padang itu Alina menghentikan langkahnya, Karena ia merasa malu dengan keadaan tubuhnya yang kotor dan bau."Maaf Nyonya Saya tidak bisa ikut masuk ke dala
Alina merebahkan tubuhnya di kasur lantai yang tipis, di kamar kontrakannya yang sempit. Saat Ia mulai terlelap, ia mendengar pintu kamar kontrakannya diketuk oleh seseorang. Alina pun bangkit dan perlahan Ia membuka pintu dengan perlahan. Saat pintu dibuka Ia pun tersenyum sumringah saat mengetahui siapa yang berdiri di depan pintunya."Kak, Dion?" seru Alina dengan senyum yang mengembang.Melihat senyum yang sangat manis menghiasi wajah cantik Alina, Dion merasa sangat bahagia sekali. Meskipun ia tahu sendiri jika wanita yang ada di hadapannya sekarang ini sedang berbadan dua.Dion berjanji akan menjaga Alina sampai ia lahiran nanti dan mempertemukannya dengan suaminya, yang mungkin suaminya mengira Alina sudah tewas dalam kecelakaan waktu itu.Flashback onSaat Dion mengetahui Alina naik angkot, dan dengan sangat kesal ia menendang ban mobilnya sendiri sehingga membuat kakinya sangat sakit."Shit!" geram Dion.Dion pun melajukan kembali mobilnya dan mengikuti arah angkot yang memba
"Siapa dia Kak?" Tanya Katy.Dion tidak menjawab pertanyaan Katy, dia fokus pada jalanan yang ia lalui agar cepat sampai ke rumah sakit. Beberapa menit kemudian Dion pun sampai di rumah sakit."Kakak tidak tahu siapa dia tapi sepertinya kakak mengenalnya," jawab Dion tanpa menoleh."Sepertinya dia pendarahan kak," kata katy lagi"Iya tadi kakak lihat dia itu lagi mengangkat karung beras terus tiba-tiba karungnya terjatuh dia langsung meringkuk kesakitan,"jawab Dion sambil membelokkan mobilnya ke arah parkiran rumah sakit terdekat.Setelah mobil terhenti Dion segera berlari ke pintu belakang dia dia menggendong wanita itu dan berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju IGD."Dokter.... Suster tolong....,"teriak Dion membahana di ujung lorongPara suster dan dokter yang sedang berjaga mendengar teriakan Dion langsung segera menghampiri. Ada yang membawa berkah ada juga yang mengarahkan pasien akan dibawa kemana.Dan setelah wanita itu ditangani di ruang IGD Dion dan Katy duduk di ruan
Aaron dan Lisa sudah tiba di area pasar. Keduanya meninggalkan mobil di parkiran pasar lalu keduanya berjalan menyusuri ganggang sempit menuju ke rumah Alina." Ma, apa benar Alina tinggal di tempat seperti ini? Tanya Aron tidak percaya."Iya Pa, Alina memang tinggal di sini." sahut Lisa.Keduanya tiba di rumah kontrakan Alina yang kecil, Lisa mulai mengetuk daun pintu yang terbuat dari triplek.Sudah lebih dari 30 menit pintu belum juga terbuka. "Pa, apa Alina tidak ada di dalam ya Pa?" Tanya Lisa pada yang hanya bisa mengelus punggung Lisa untuk menenangkan wanita parubahya itu."Tenang Ma, Mama tenang dulu. Coba ayo kita tanya sama tetangga sekitar," ajak Aron menggandeng tangan Lisa untuk mengikutinya.Sesaat setelah kepergian Lisa dan Aaron meninggalkan rumah kediaman Alina. Muncullah dua larva dari arah berlawanan, Dion sangat senang sekali karena ia akan bertemu Alina meskipun kemarin Dion sudah menemuinya. Dan kali ini Di
"Mama, Papa,""Om, Tante," kata ketiganya bebarengan saat melihat Lisa yang membukakan pintu rumah Alina. Dan di dalam ruangan yang sempit itu terlihat Aron yang sedang meminum secangkir kopi."Papa dan Mama sedang apa di sini?" tanya Panji dengan bingung."Papa dan mama datang ke sini untuk menjemput seorang wanita yang kemarin nolongin Mama waktu Mama kena jambret," jawab Lisa sambil tersenyum."Terus sekarang di mana wanita itu?" kata Panji yang dirasuki oleh rasa penasaran yang tinggi.Lisa tersenyum mendengar pertanyaan putranya yang sangat ambigu terhadap seorang wanita yang telah menolongnya."Dia ada, tapi sedang keluar sebentar ada urusan katanya." Sahut Lisa yang terus kemudian duduk di sebelah Aroon."Apa yang membawamu hingga kemari?"tanya Aron menatap putranya dengan tatapan yang tajam dan dingin. Hingga membuat putranya tersedak salivanya sendiri."Kamu kenapa Nak? Nih minum dulu!" kata lisa sambil menyodork
Dion kemudian sudah bisa bernafas lega setelah Panji mendapatkan telepon darurat dari rekan kerjanya. Karena Panji melupakan meeting internal yang akan segera dia lakukan di sebuah restoran mewah bintang lima yang sebelumnya sudah dipesan dari satu jam yang lalu.Dengan ditemani oleh Dion dan Rama Panji pun harus meninggalkan rumah wanita yang sudah membuatkan ia kopi sekaligus wanita yang sudah menolong mamanya dari penjahat kemarin.Tapi dia di dalam hatinya Panji merasa sangat mengenal dengan wanita yang telah membuatkan ia kopi di warteg."Mungkinkah wanita itu adalah Alina? Mungkinkah Alina masih hidup?"tapi jika Alina masih hidup kenapa ia tidak mau menemuinya? Kenapa ia mau tinggal di tempat kumuh seperti itu?" Berbagai pertanyaan yang merasuk ke dalam pikiran Panji. Dan iya tersadar saat Dion mengatakan jika perjalanan mereka sudah berakhir dan mobil sudah berhenti tepat di parkiran khusus untuk para pengusaha."Bos Kita sudah sampai, bos Kita sudah
"Ini beli di mana lagi buah ini?" Tanya Aaron sanksi ketika akan mengambil buah semangka yang terlihat merah merona bahkan ia terlihat susah payah menelan salivanya. Aroon membayangkan bagaimana manisnya buah semangka itu, ketika memasuki mulutnya lalu mengunyahnya secara perlahan."Maaf tuan ini tadi belinya di gerobak depannya restoran Padang yang biasa mangkal di sana Tuan, kata Alina sambil menundukkan kepalanya."Ya sudah sih Pa nggak apa-apa, lagian itu semangkanya manis lho kesukaan papa itu kan," kata Lisa lembut sambil mengusap lengan Aron.Lisa pun mengambil satu buah semangka yang sudah dikupas oleh Alina dan ditaruh di piring menggunakan satu sendok garpu. Kemudian Lisa berinisiatif seperti biasanya menyuapkan buah semangka itu ke mulut suaminya akan tetapi bisa dibuat garam karena Aron tidak mau membuka mulutnya untuk menerima buah semangka yang baru saja Alina kupas.Akhirnya Lisa pun mencubit paha Aaron lagi dan memberikan tatapan y
Jantung Panji berdetak cepat saat mendengar suara wanita dari dalam rumah. Seketika kakinya pun bergetar dan merasa lemas hingga ia sedikit terhuyung karena kakinya tidak bisa menahan berat badannya.Kedua bola matanya membulat sempurna saat pintu yang terlihat sudah lapuk itu terbuka sempurna dan menampilkan sesosok wanita yang selama ini dirindukannya. Begitu juga dengan wanita yang sekarang sudah berada tepat di hadapannya hanya terlihat mematung dan tanpa kata.Tatapan keduanya saling menatap dalam ke arah iris mata masing-masing. Seperti yang detik menit bahkan jam mungkin tidak bisa menyadarkan keduanya dari rasa keterkejutannya.Alina berusaha menetralkan perasaannya jangan sampai ia meneteskan air mata di hadapan Panji, jangan sampai Panji mengetahui jika ia masih hidup. Biarkanlah Panji mengetahui jika ia sudah meninggal dan sekarang Alina hanya akan sedikit bersandiwara di hadapannya."Tapi apakah Tuan Panji akan percaya begitu saja jika
Panji tidak menceritakan perjuangannya selama ini untuk mencari Alina. Ia lebih memilih menguburnya rapat-rapat. Ia pun berencana ingin menemui Nina, dan menyampaikan pesan dari mamanya. Panji berpamitan pada Alina dan Marcel dengan membawa Jacob yang dibekuk oleh Dion. Saat ia melangkah dan ingin meninggalkan ruangan itu terdengar teriakan dari salah seorang anak kembar yang memanggilnya uncle. "Uncle...," Kenzie berlari ke arah Panji dengan senyum yang mengembang lalu memeluk Panji dengan sangat erat. "Terima kasih uncle, karena uncle sudah mengembalikan mainan Kenzie," kata Kenzie dengan polosnya, dan menggunakan bahasa Inggris yang lancar. Kenzo hanya melihat tanpa ingin mendekat ada rasa kesal di hatinya saat melihat Kenzie begitu dekat dengan orang yang belum ia kenal, dan sempat membuat Mommy ketakutan. Entah karena ikatan batin antara Kenzie dan Panji hingga ia enggan untuk melepaskan Panji pergi. Hingga Kenzie harus menangis saat Kenzo melepaskannya dengan paksa pelukan
Teriakan Alina berhasil membuat Dion berhenti menghajar Jacob. Dengan tatapan mata yang tajam Dion menetap Jacob yang sudah bersimbah darah. Darah mengalir dari sudut bibirnya yang pecah dan beberapa giginya ada yang patah. Nafas Alina memburu jantungnya pun seakan berhenti berdetak. Beruntung Max langsung mengamankan si kembar dan membawanya masuk ke dalam kamar sehingga tidak melihat adegan kekerasan yang baru saja terpampang di hadapan Alina. "Jelaskan apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Panji pada Dion dan menatapnya tajam. "Cukup!" Alina kembali berteriak, karena jika dia berkata pun mungkin tidak akan ada yang mendengarnya jadi terpaksa Alina berteriak. Panji menatap Alina, yang tengah mengatur nafas terlihat dari dadanya yang naik turun. "Apakah masalah ini tidak bisa dibicarakan baik-baik Tuan Panji Kusuma Wijaya?" tanya Alina lirih dan memanggil nama lengkap Panji. "Pasti Tuan bertanya-tanya, kenapa saya bisa berada di Amerika? Kenapa saya bisa menikah dengan Tuan Marce
Perasaan yang Panji rasakan campur aduk, bahkan ia kehilangan kata-kata hanya untuk sekedar berkata maaf. "Tu-Tuan...," "Ka-kamu...," Ucap Panji dan Alina terbata dan bersamaan. "Kamu saja lebih dulu yang berbicara!" kata Panji. "Tuan saja silakan lebih dulu berbicara, saya akan mendengarkan!" sahut Alina dengan lembut. Marcel yang mengerti dengan keadaan saat ini ia memilih keluar dan memberikan waktu untuk Alina dan Panji berbicara berdua. "Sayang..., Lebih baik aku keluar dulu ya ajak anak-anak kamu dan dia ngobrol aja dulu," kata Marcel dan kemudian bangun dari duduknya lalu menghampiri si kembar untuk mengajaknya keluar ruangan. Akan tetapi Alina menggeleng kuat dan menahan Marcel untuk tidak meninggalkannya. Alina merasa takut bayang-bayang masa lalu yang dilakukan Panji terhadapnya saat Panji hampir saja menghilangkan nyawanya dengan mencekik nya, waktu itu menari-nari di pelupuk matanya. Apalagi saat membayangkan kemarahan Panji saat melempar hasil tes DNA ke waj
Panji tidak bisa mengenali pria yang bersama Alina karena sosok pria tersebut berdiri memunggunginya. Dadanya terasa sesak saat mendengar si kembar memanggil pria itu dengan sebutan Deddy. Terlihat begitu sangat bahagia Alina bersama pria itu bahkan si kembar menganggap pria itu adalah ayahnya.Panji meraba dadanya yang terasa sakit dan berdenyut, iya sedikit limbung beruntung Dion menopang tubuhnya."Boos..., kau tidak apa-apa?" tanya Dion khawatir.Airmata Panji mengalir tanpa permisi pandangannya menatap lurus pada punggung yang semakin menjauh. Di genggaman tangannya ia meremas salah satu mainan miniatur milik dua puncak kembar tadi yang terjatuh tidak sengaja saat berlari keluar lift."Tuan Panji, anda tidak apa-apa? tanya Mr lee yang datang menyusul karena Panji tidak kunjung datang memenuhi panggilannya dan ia terkejut saat melihat Panji sedang bersimpuh di lantai dengan keadaan yang sedikit kacau.Panji yang ia kenal adalah panji yang mempunyai sikap tegas kejam pada siapapun
Panji dan Dion telah tiba di bandara setelah melewati perjalanan yang cukup panjang 18 jam perjalanan dengan menggunakan jet pribadi milik Panji. Kali ini ia berjanji dalam hatinya akan membawa Alina dan anak-anaknya pulang bagaimanapun caranya.Akan tetapi Panji heran, "Kenapa Alina bisa berada dan tinggal di Amerika? Dia tinggal bersama siapa?" gumam Panji lirih. Ia harus mencari tau.Panji dan Dion langsung diantar oleh Alex menuju apartemen untuk beristirahat sejenak, karena nanti malam ketiganya akan menghadiri acara pesta anniversary rekan bisnis yang mengundang Panji beserta Dion. Sedangkan Alex tentu saja Ia mendapatkan undangan secara khusus karena iya adalah salah satu orang yang sudah memperkenalkan Panji dengan salah satu orang berpengaruh di Amerika."Sebaiknya kalian istirahat dulu," Alex menepuk pundak Panji dan tersenyum lalu berpamitan meninggalkan Panji dan Dion.Panji melangkah lebih dulu memasuki kamar yang terlihat mewah di ap
Lima tahun kemudian di Boston Amerika. Seorang pria dewasa tengah bermain dengan dua bocah laki-laki kembar yang salah satunya mirip dengan Sang Mama mempunyai sifat yang lebih lembut, hangat, dan ceria. Sedangkan sang kakak mempunyai sikap yang lebih dingin cenderung cuek dan tidak peduli menjadi pribadi yang tertutup adalah cerminan dari sang Papa.Ya, si kembar Kenzo dan Kenzie sudah tumbuh besar dan usianya saat ini menginjak lima tahun lebih. Mereka sedang bermain di taman ditemani oleh Marcel. Satu-satunya pria yang dianggap oleh si kembar adalah papanya. Marcel sangat tulus menyayangi si kembar, yang menganggap mereka seperti anak kandungnya sendiri. Kasih sayangnya murni dari hati tidak ada sedikitpun unsur pemaksaan saat meminta Alina, lima tahun yang lalu untuk menikah dengannya.Marcel hanya berniat untuk menolong Alina dan kedua bayinya waktu itu. Dan pernikahan mereka dari dulu hingga sekarang belum pernah sekalipun untuk keduanya melakukan hubungan s
Setelah Marcel mengamankan Nina dan si kembar ia bergegas akan menyelamatkan Alina. Ia menyayangkan mengapa Alina yang harus menjadi korban penyekapan ini. Tujuannya hanya satu agar ia datang untuk menyelamatkan Alina.Marcel pun beruntung karena telah memasang alat pelacak yang ia pasang di jam tangan milik Alina. Sehingga membuat Marcel lebih gampang untuk menemukan di mana keberadaan Alina.Marcel terpaksa membawa Nina dan si kembar ke mansion, karena di sana akan lebih aman."Kita berada di mana ini Nak, Marcel?" tanya Nina saat berada di bangunan megah."Bu, Ibu tinggal di sini dulu ya sementara waktu, hingga semuanya aman dan aku bisa menyelamatkan Alina!" ucap Marcel pada Nina."Nak, Nak Marcel...," Nina menghentikan langkah Marcel yang hendak melangkah.Dengan menatap sendu Nina berkata pada Marcel dengan memohon. "Selamatkan Alina Nak Marcel!" pinta Nina sambil menggenggam erat tangan Marcel.Marcell pun tersen
Bayi kembar yang usianya baru tiga bulan kurang itu menangis dengan sangat kencang.Anehnya saat Marcel mendekati si kembar mereka langsung saja anteng saat digendong oleh Marcel, membuat Alina menatapnya dengan haru.Andai saja yang menggendong si kembar saat ini adalah ayahnya, mungkin Alina akan sangat bahagia saat sosok pria yang sedang menggendong si kembar adalah suaminya sendiri yaitu Panji. Tak terasa bulir bening mengalir di ujung netra Alina.Nina yang menyadari kesedihan Alina kemudian menghampiri dan memeluknya. Memberikan kekuatan dan menyalurkan energi positif."Apakah kamu tidak mau melihat anak-anakmu bahagia?" tanya Nina tiba-tiba, membuat Alina terkejut atas pertanyaan yang diberikan oleh ibunya."Al..., anak-anakmu butuh sosok seorang ayah. Menikahlah dengan Marcel!" pinta Nina pada Alina untuk mempertimbangkan kebahagiaan si kembar."Tapi Bu, aku dan Mas Panji belum resmi bercerai," kata Alina"Panji
Awalnya Marcel itu ragu untuk menolong kedua wanita yang berbeda usia itu, namun hati nuraninya mengatakan hal yang berbeda. Hatinya berkata untuk menolong kedua wanita itu dan melihat bayi kembar yang berada dalam gendongan masing-masing wanita itu. Lalu Marcel mencoba menghubungi ambulans di rumah sakit terdekat.Menunggu beberapa menit kemudian ambulans pun datang dan beberapa perawat mengeksekusi korban masuk ke dalam mobil ambulans dan bayi kembar digendong oleh dua orang perawat wanita yang saat Marcel memesan ambulans Ia juga memesan dua perawat untuk membawa bayi kembar yang menangis dipelukan ibu dan neneknya.Setelah tiba di rumah sakit Marcel berjalan mondar-mandir tidak tenang dan di dalam hatinya berdoa agar dua wanita yang ia tabrak itu selamat.Satu jam berlalu dokter yang menangani pasien keluar dari ruangan IGD dan menyampaikan jika keadaan pasien baik-baik saja hanya mengalami luka benturan di kepalanya.Marcell pun akhirnya bisa