Share

BAB : 40

Author: Soffia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Saat sibuk di ruangan meeting, tiba-tiba pintu diketuk dari arah luar oleh seseorang. Seketika Justin langsung memasang ekspressi tak sukanya dan dengan sengaja melempar map yang ia pegang di meja. Membuat beberapa karyawannya yang ada di sana memasang ekspressi kaget.

Willy beranjak dari kursinya, melihat siapa yang dengan beraninya mengganggu jam meeting. Padahal mereka semua sudah tahu, kan, kalau Justin tak menyukai itu.

Memasang tatapan tajam kearah seorang satpam yang ia dapati di depan pintu.

"Maaf, Pak Willy ... barusan Nona datang, tapi sekarang kabur," ujarnya langsung.

Justin bisa mendengar itu dengan jelas. Nona? Siapa lagi yang di maksud satpam kalau bukan Hana, istrinya. Segera, ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu, meninggalkan semua orang yang masih memasang wajah bingung.

"Kabur kemana?" tanyanya.

"Ke ..."

Belum selesai satpam menjawab, Justin malah berlalu pergi begitu saja dengan cepat. Willy kembali ke dalam dan menunda meeting untuk beberapa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 41

    Hana dan Justin saat ini berada di kamar yang ada di ruangan pribadi. Keduanya hanya diam tanpa bicara. Sebenarnya dia menunggu penjelasan Hana, tapi sementara Hana sendiri justru bingung harus memberikan penjelasan macam apa."Om, nggak mau bicara?" tanya Hana buka suara. Berasa dihadapkan pada tiang tak bernyawa kalau diam diam begini.Justin menanggalkan tuxedo yang masih melekat di badannya dan melonggarkan ikatan dasi di leher kerah kemejanya. Kemudian menatap dingin kearah Hana yang duduk di sampingnya. "Jangan pernah berniat, apalagi sampai kabur dariku," ujarnya langsung.Hana dibuat dia seribu bahasa. Dia masih memikirkan kabur-kaburan barusan? Astaga! Keterlaluan banget, kan, otak dan pemikiran om-om ini. Sudah di bilang juga dirinya hanya membeli makanan."Aku nggak akan biarkan kamu pergi dan melangkah kemanapun, Han. Kamu hanya akan terus berada di sampingku. Sampai kapanpun!"Hana masih diam. Tadinya ia merasa kalau Justin benar-benar lucu karena terus-terusan berpikir d

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 42

    Antara percaya dan tidak, kalau ia sudah melakukan hal itu dengan Justin. Ayolah ... berharap tak percaya, tapi sesuatu yang sedikit tak nyaman ia rasakan di badannya. Jadi, bagaimana mungkin ia melupakannya.Membuka mata, mendapati wajah yang tengah tidur itu dihadapannya ... sungguh sesuatu yang benar-benar bikin otaknya terhenti bekerja. Yakinlah, kalau dalam keadaan tidur nyenyak begini, tak akan terlihat efek seramnya ni om-om. Yang ada hanyalah efek cute berasa pengin meluk.Senyum-senyum nggak jelas, dengan pandangan yang fokus menatap Justin yang sedang tidur di sisinya dengan tenang. Dengan lembut menyentuh wajah itu.Hendak bangun, tapi terhenti saat matanya mendapati pakaiannya malah tergeletak di lantai. Menutupi wajahnya karena malu sendiri."Sulit dipercaya gue dan dia udah lakuin hal itu," gumamnya sambil menepuk jidatnya.Menyambar ponsel miliknya yang ada di nakas. Niatnya mau mengecek waktu, tapi rentetan panggilan telepon dan pesan yang menghiasi layar datar itu, me

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 43

    Keduanya menikmati makan siang setelah makanan yang dipesan Justin datang dan tertata di meja makan."Nanti aku minta beberapa orang berjaga di depan kamar," ujar Justin.Seketika Hana menghentikan suapan yang sudah mau memasuki mulutnya, kemudian menatap tajam ke arah suaminya."Kenapa nggak sekalian aja minta semua orang berjaga di dalam kamar, depan kamar mandi, depan lemari, dan di balkon," komentar Hana. "Berlebihan tahu, nggak.""Aku salah lagi, ya?""Banget, suamiku Sayang," sahut Hana langsung dengan senyuman manis yang sengaja ia tebar.Justin malah tersenyum mendengar panggilan yang digunakan Hana untuknya. Haruskah ia terus mengalah dan mengalah hanya untuk mendapatkan kata kata sayang dari dia? Jawabnya bukan iya, tapi justru akan ia lakukan terus.Hana menyiapkan beberapa obat-obatan yang harus ... lebih tepatnya wajib dikonsumsi Justin. Setidaknya dengan begini bisa mencegah kebiasaan buruk yang selalu dia rasakan. Ya, meskipun semuanya tergantung pemikiran dia, sih."H

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 44

    Mendekam diam di rumah, layaknya terkurung di sangkar emas. Ya, apapun yang dibutuhkannya sudah tersedia. Tapi kemana yang ia inginkan, Justn malah tak memberikannya ijin.Bolak balik dari atas ke bawah, teras depan, terang samping, teras belakang, balkon kamar, hingga akhirnya mentok rebahan di ruang tv. Begitu aja terus, sampe dinosaurus kembali ke abad 21."Nona, sebaiknya Anda istirahat dulu. Ini sudah larut malam," ujar salah seorang asisten rumah tangga menghadapnya yang rebahan di sofa."Ntar, Bik ... aku mau nungguin dia aja.""Tapi, Nona ...""Semuanya istirahat aja, aku mau nunggun di sini," bantahnya.Tv menyala, tapi tak ditonton sama sekali. Seolah punya pikiran masing-masing antara Tv dan si penonton.Matanya mulai mengantuk, tapi di saat hendak tertutup rapat, sebuah deringan ponsel membuatnya kembali bangun. Siapa juga yang malam-malam begini meneleponnya."Nggak ada namanya," gumamnya saat mendapati hanya rentetan nomer tak bertuan di layar ponselnya."Hallo," sahutny

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 45

    Hana tersadar dari posisi tak sadarkan dirinya. Merasakan kepalanya yang terasa benar-benar terasa pusing. Bahkan pandangan matanya saja seakan buram. Tapi, penampakan di depannya membuat ia seketika tersadar penuh."Hallo, Hana ..."Hana sedikit kaget dengan siapa ia dihadapkan. Ya, seseorang yang pernah membuat hari-harinya selalu dipenuhi rasa kesal, seseorang yang pernah membuatnya celaka hingga nyaris kehilangan nyawa. Siapa lagi kalau bukan Alice. Wanita yang begitu kekeuh mempertahankan dirinya agar tetap bisa bersama Justin. Dia yang ternyata laksana seekor ular, licin dan licik."Lepasin aku!" teriaknya berusaha melepaskan ikatan yang melilit kedua tagannya di belakang kursi. Rasanya menyakitkan. Apalagi ikatan tali di badannya, terasa perih saat benda itu tepat terikat di bagian bekas luka di dadanya.Alice tertawa puas melihat Hana laksana tikus kecil yang terjerat jebakan. Mendekati gadis itu dengan rasa bahagia yang terpancar jelas di wajahnya."Uhhh ... Hana sayang. Uda

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 46

    Alice yang baru saja turun dari mobil di parkiran sebuah club, langsung dihadapkan pada seseorang yang ianharapkan, tapi tidak untuk saat ini. Siapa lagi kalau bukan Justin. Mantan suaminya yang memilih gadis kecil bernama Hana, daripada dirinya yang sudah lama bersama.Justin menatapnya tajam. Sedikit kaget, sih ... apalagi dia bersama beberapa anak buahnya. Berusaha bersikap tenang, agar dia tak berpikiran yang tidak tidak tentang dirinya.Tersenyum manis, kemudian mendekati Justin."Wah ... Justin. Kangen sama aku, ya ... sampai sampai mencariku ke sini," sambutnya dengan senyuman. Bahkan berniat memeluk laki-laki itu, tapi justru dia mengelakkan dirinya dengan kasar."Jangan menyentuhku dengan tangan kotormu itu!"Alice yang tadinya memasang wajah manis, kini berubah sinis ketika mendapatkan sikap kasar itu. Berusaha tenang dan seolah tak tahu apa apa, tapi dilihat dari sikap yang ia terima sepertinya pikirannya salah."Apa maksudmu mengatakan hal itu? Apa aku pernah merebut milik

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 47

    Diam dan bersembunyi dibalik sebuah pohon besar dengan daun lebatnya yang menjuntai. Jantungnya berdetak begitu cepat, mengikuti irama napasnya yang berhembus cepat, begitupun keringat membasahi badannya. Tak dihiraukan lagi ketakutan di tengah gelapnya malam hutan belantara.Hana menyeka wajah berkeringatnya dengan lengan. Tapi seketika itu langsung meringis saat rasa perih menerpanya. "Aduh," lirihnya menahan sakit bercampur perih sambil meniup-niup luka itu dengan perlahan agar rasa itu reda.Ya, beberapa luka di tangannya akibat terkena serpihan kaca mobil, begitupun dengan rasa perih di pergelangan tangannya akibat ikatan tali yang ia tarik paka, kini mulai ia rasakan. Bahkan dadanya juga mulai terasa senut-senut.Semakin ketakutan dan menyembunyikan dirinya dibalik pohon saat mendengar suara lolongan serigala. Ingin menangis rasanya saking ketakutannya. Jangan sampai hal-hal menakutkan menghampirinya.Menahan isakan tangis agar tak sampai mengeluarkan suara.Tapi saat rasa taku

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 48

    Udah jamuran, dikerubungi lalat, membuat Tian sampai mengumpat kesal. Berniat kembali masuk ke dalam mobil, tiba-tiba Willy dan orang-orang bawahan Justin muncul dari dalam hutan."Lah, Justin sama Hana mana?" tanya Tian pada sobatnya itu."Kita nggak ketemu sama mereka," jawab Willy sambil mengatur napasnya yang lelah. Iyalah, ia muter-muter hutan semalaman, tapi seolah tak menemukan hasilnya."Trus, gimana ini? Kita lapor polisi?" Tian mulai panik."Kita tunggu dulu. Semoga aja mereka secepatnya kembali," saran Willy duduk di rerumputan, mengkondisikan rasa lelahnya yang bercampur khawatir. Bukan hanya takut Hana kenapa kenapa, tapi bertambah dengan khawatir akan keadaan Willy.Sebuah mobil datang, membuat pandangan keduanya mengarah pada kendaraan tersebut. Seorang gadis keluar dan menghampiri keduanya."Hana udah ketemu, belum?" tanyanya tertuju pada Willy dan Tian bergantian.Tian hanya membuang muka dan seolah tak berniat menjawab pertanyaan saat tahu kalau yang ada dihadapanny

Latest chapter

  • Istri Kedua Sang Billionaire    ENDING

    Semalam akhirnya yang menjaga Riga adalah Tian dan Willy bersama Justin. Sedangkan Hana, Rhea dan Vio pulang ke rumah. Itupun penuh drama malam tengah malam, karena Vio tak ingin pulang jika Riga tak pulang bersamanya. Akhirnya dengan bujukan kakaknya itu semua bisa kelar. Sudahlah, kalau Vio mulai merengek dan tak terima akan sesuatu, bersiap saja untuk mendengar dia menangis dan mewek mewek. Dan pagi ini, tepat saat sarapan bersama Hana, gadis kecil itu kembali berulah. Dia nggak mau sarapan dan sekolah, jika tak bersama Riga. Membuat Hana dibuat pusing di pagi hari. “Riga nggak pernah suka dengan apa yang kamu lakukan ini, Sayang.” “Aku mau dia di sini denganku. Aku janji, Ma ... nggak akan berbuat yang bikin dia kesal. Aku janji nggak akan merengek dan berteriak teriak lagi di dalam rumah. Tapi, bawa kakak pulang.” Lihatlah, mukanya sudah memerah, menahan air mata yang sudah mengenang di kelopak matanya. Tapi sepertinya dia sedang menahan rasa itu. “Apa sekarang kamu mau ikut

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 134

    Tian mendorong kursi roda, dengan Riga yang duduk di sana. Sementara Willy memgangi tabung cairan infus, agar berada tetap di posisi lebih tinggi. TadinyaTadinya Riga meminta dokter agar infusnya dilepaskan, tapi dokter ternyata tak menginjinkan. Dikarenakan kondisi tubuhnya yang memang belum stabil.Sampai di depan sebuah ruang perawatan, Tian menghentikan langkahnya. Sedikit berjongkok dihadapan bocah 9 tahun itu.“Ga, kamu ingat, kan, apa yang dokter bilang.”Mengangguk pertanda ia paham apa yang di maksud oleh Tian.“Aku janji nggak akan bikin Papa khawatir, aku juga nggak ingin Papa sakit hanya karena memikirkanku. Kau baik baik saja, dan akan selalu baik baik saja,” terangnya.Bahkan hanya mendengar putranya berkata seperti itu saja, mampu membuat hati Hana teriris. Dia sakit, bisa dikatakan sakit parah ... tapi lihatlah, sikap yang dia tunjukkan bahkan seolah tak sedang sakit. Hal yang membuatnya benar benar bangga memiliki Riga.Willy membuka pintu ruangan itu. Melangkah masu

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 133

    Sudah hampir satu jam Semuanya pergi dan sekarang tentu saja Rhea merasa was was. Apa yang tengah terjadi, kenapa semuanya belum kembali satu orang pun? Jadi makin dibuat bingung karena Riga terus bertanya kenapa orang tua dia belum kembali.“Tante, kenapa Papa sama Mama belum kembali?”Rhea tersenyum manis pada Riga, kemudian mengelus wajah manis itu dengan lembut.“Sabar, ya, Sayang. Mungkin Mama sama Papa kamu lagi mendengarkan penjelasan dokter dulu. Atau, mungkin dokternya lagi ada pasien, jadinya mereka harus nunggu deh.”“Alasan yang nggak meyakinkan,” responnya dengan nada tak terima akan penjelasan Rhea yang berpatokan pada kata mungkin.Ayolah, dihadapkan pada posisi di mana dirinya hanya berdua dengan Riga, itu begitu sulit. Karena dia adalah tipe anak yang punya pikiran cerdas dan nggak akan gampang dibohongi.“Perasaanku nggak enak,” gumamnya perlahan.Di saat yang bersamaan, Tian datang. Seketika Riga langsung bangun dari posisi tidurnya dan berharap jika orang tuanya j

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 132

    Seperti yang sudah direncanakan semalam, hari ini Riga akan melanjutkan pemeriksaan menyeluruh termasuk tes lab. Berharap jika apa yang diperkirakan Dokter semalam tak benar benar terjadi. Entah apa yang akan ia lakukan jika hal buruk itu terjadi pada putranya.Lagi lagi hanya bisa menunggu ketika putranya harus menjalani pemeriksaan dalam waktu yang lama. Bahkan berjam jam. Sungguh, ini rasanya menyakitkan hatinya sebagai seorang ibu.Dari kejauhan tampak dua orang berjalan cepat mengarah pada Hana dan Justin. Ya, Tian da Rhea.“Han, gimana Riga?” tanya Rhea langsung pada Hana.Bukannya menjawab pertanyaannya, Hana justru langsung memeluknya erat. Tentu saja itu membuat hatinya justru tak tenang. Ditambah lagi dengan dia memasang wajah sendu. Tak hanya Hana, raut muka Justin juga tampak tak baik baik saja. seperti baru saja mendengar sebuah kabar tak mengenakkan.“Ada masalah sama Riga?” tanya Tian ikut bertanya pada Justin. “Dia baik baik aja, kan?”Justin hanya mengangguk. Ia sanga

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 131

    Hana dan Justin berada di depan ruang UGD, menunggu dokter keluar dari sana untuk memberikan hasil tentang keadaan dan kondisi Riga. Raut cemas tampak begitu jelas di wajah keduanya, terutama Hana yang sedari tadi terus saja menangis.Sedangkan Justin, jangan ditanya lagi seperti apa perasaannya saat ini. Bahkan saat mendapati kondisi Riga ketika sampai di rumah, nyaris membuat otaknya seperti sedang dihantam sebuah kenyataan yang menyakitkan. Bukan berniat untuk berprasangka buruk, tapi kejadian ini membuatnya benar benar tak bisa tenang.Justin membawa Hana ke pelukannya, berharap istrinya ini bisa tenang. Karena dengan melihat dia begini, jujur saja ia semakin cemas. Dan tak berharap jika kebiasaannya juga akan ikut kambuh. Itu tentu saja membuat istrinya seakan makin bingung.“Jangan nangis terus ... anak kita akan baik baik saja, Sayang,” bisik Justin menenangkan hati Hana.“Aku takut Riga kenapa kenapa, Je. Aku nggak mau dia sampai sakit,” balas Hana.“Aku tahu, tapi kalau kamu

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 130

    Hana langsung tersentak ketika mendapatkan telepon seperti itu dari putranya. Darahnya seketika berdesir hebat, saat suara ringisan putranya masih terdengar di pendengarannya.“Ada apa?” tanya Justin kaget melihat raut khawatir di wajah Hana.“Kita pulang sekarang. Terjadi sesuatu sama Riga,” jawab Hana langsung beranjak dari posisi duduknya dan membawa Vio segera mengikutinya.Justin langsung mengikuti langkah Hana yang sudah lebih dulu berlalu keluar dari restoran.“Kak Riga kenapa, Ma?” tanya Vio saat berada dalam mobil, karena bingung dengan sikap kedua orang tuanya.Tak ada jawaban yang diberikan Hana pada pada putrinya. Ia fokus menelepon seseorang, hingga mengabaikan pertanyaan Vio.“Hallo, Mbak Reni ... cek Riga di kamar sekarang, ya,” pinta Hana dengan nada cemas.“Memangnya ada apa, Bu?”“Cepetan!” emosinya ketika perintahnya malah dibalas pertanyaan.“I-iya, Bu.”Hana bisa mendengar langkah cepat sang pengasuh anak anaknya itu melangkah cepat menuju lantai atas, karena terd

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 129

    Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, kalau malam ini akan makan di luar. Tentu saja bukan makan malam berdua, karena harus diingat, ada Vio dan Riga.Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, si princess yang sudah dari tadi siap, hanya bisa mondar mandir seperti setrikaan rusak saat orang tuanya dan juga kakaknya belum menampakkan diri dihadapannya. “Udah siapa, Sayang?” tanya Hana pada Vio yang akhirnya duduk di sofa dengan muka cemberut.“Udah dari tadi, Mama. Tapi semua orang malah belum apa apa.”Justin tersenyum dengan tingakh putrinya yang satu ini. Pokoknya kalau mau pergi pergi, dia yang paling gercep untuk siap siap.“Riga mana?” tanya Justin karena tak mendapati putranya di sana.“Aku nggak mau ikut,” sahutnya menuruni anak tangga dari lantai atas ... masih dengan pakaian rumahannya.“Loh, kok nggak ikut?” tanya Hana menghampiri Riga yang seperti biasa ... sikapnya selalu kalem seakan tak memiliki perasaan.“Nggak kenapa kenapa, kok, Ma ... cuman males aja. Ada tugas jug

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 128

    Perlahan tapi pasti, hal hal yang dianggap baru dan asing juga akan terbiasa menghiasi hari hari. Begitupun dengan apa yang sedang dialami oleh Hana. Yang tadinya ia hanya berdua dengan Justin, kini semua terasa ramai ketika ada dua anak yang seakan membuat suasana di rumah terasa hangat.Justin yang tadinya hanya fokus mengurus pekerjaan meskipun di rumah, kini seolah merombak jadwal dan aktifitasnya. Saat di rumah, dia hanya akan fokus untuk keluarga. Tak ada lagi pekerjaan kantor yang dibawa pulang.Semakin terbiasa tanpa adanya bantuan perkara urusan si kecil, membuat Hana merasa benar benar full jadi ibu seutuhnya. Semua dilakukan sendiri, meskipun harus mendengar ocehan Justin yang menganggap dirinya kecapean.Jujur saja, ini rasanya memang capek ... hanya saja semua rasa itu seolah sirna ketika melihat mereka tersenyum padanya, seakan mengatakan terimakasih.Rasanya satu hari itu berlalu begitu cepat. Masih berputar putar dan fokus pada Riga dan Vio, tiba tiba saat selesai hari

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 127

    Rasanya benar benar terasa lega, ketika akhirnya setelah beberapa hari di rumah sakit, kini kembali ke rumah. Tentunya pulang dengan tambahan dua anggota baru yang akan menghiasi suasana rumah.Sebelumnya hanya berstatus sebagai seorang istri, sekarang bertambah dengan status ibu dua anak. Ayolah, itu rasanya benar benar sulit dipercaya dengan dirinya yang masih berusia 20 tahunan.Justin membantu Hana turun dari mobil dengan si kembar yang berada dalam gendongan dua orang suster. Jangan berprasangka buruk dulu kalau dirinya akan menggunakan jasa dalam merawat anak anaknya, bukan seperti itu. Ini hanya untuk beberapa hari ke depan, setidaknya sampai luka bekas operasinya mulai membaik dan aman untuk banyak bergerak.Tak lama, dua mobil tampak memasuki area pekarangan. Bisa ditebak siapa yang datang. Itu mobil Tian dan Willy, yang artinya ... pasti pasangan mereka juga ikut.Melanjutkan langkah memasuki rumah, tempat yang membuatnya tiba tiba rindu, meskipun kadang menyebalkan juga kar

DMCA.com Protection Status