Share

BAB : 24

Penulis: Soffia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hana keluar dari kamar secara diam-diam, setelah selesai bersiap untuk berangkat ke kampus. Niatnya, sih, agar Justin tak terbangun dan dia tak pergi bekerja, tapi apa ... baru juga tangannya memegang gagang pintu, suara bariton itu menghentikan niatnya.

Berbalik badan dan menatap ke arah Justin sambil tersenyum gaje.

"Eh, haii, Om," ujarnya. "Udah bangun, ya."

"Sengaja nggak ngebangunin aku, ya?"

"Enggaklah, Om," jawab Hana. "Aku cuman, itu ... hmm, anu." Ia bingung harus menjawab apa. Stok kebohongan dalam kepalanya tiba-tiba kosong.

Justin bangun, kemudian beranjak dari tempat tidur ... berjalan menghampiri Hana yang berdiri di dekat pintu.

"Aku sudah bertahun-tahun bekerja ... jadi jangan dipikir aku akan ketiduran. Semengantuk apapun, saat jam kerja, aku pasti kebangun," jelasnya pada Hana.

"Baguslah kalau gitu. Jadi, aku nggak perlu membangunkanmu," balas Hana hendak melanjutkan niatnya, keluar dari kamar.

"Aku masih di sini, kenapa keluar? Apa itu sikap dari seorang istri yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 25

    Harinya sudah dimulai dengan sesuatu yang tak bagus. Dan itu benar-benar membuat mood nya pagi ini hancur berantakan. Tak ingin sarapan, tapi Justin memaksanya.Sentuhan Justin di tangannya membuat lamunannya terhenti dan pandangan yang sedari masuk mobil hanya ia fokuskan ke jalanan, kini beralih pada cowok yang berada di sampingnya."Memikirkan apa?" tanya Justin. "Kenapa dari tadi melamun terus.""Tidak ada apa-apa," jawabnya."Sudah ku bilang, kan ... jangan memikirkan apapun perkataan dia.""Aku nggak memikirkannya, kok.""Dan ... jangan pernah melakukan kebohongan apapun jika di dekatku. Aku tahu ... aku tahu saat seseorang berbohong." Ia menyentuh lembut pipi Hana. "Termasuk kamu, Han," tambahnya.Hana kembali mengarahkan pandangannya keluar jendela mobil. Terlihat, hujan turun begitu lebat, membuat suasana pagi terasa sedikit dingin. Cocok sekali untuk rebahan, tentunya rebahan tanpa begitu banyak pikiran dan masalah."Om Justin, pulang jam berapa?" tanyanya tiba-tiba."Sepert

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 26

    Seperti permintaan Justin, setengah jam berlalu, ia mulai mencoba membangunkan dia yang masih tidur. Sebenarnya nggak tega, tapi kalau tak dibangunkan, justru waktunya untuk bekerja malah bertambah. Bisa-bisa dia malah lembur hingga malam."Om, ini udah setengah jam. Katanya mau bangun," ujar Hana perlahan menyentuh wajah Justin.Awalnya tak ada respon, mungkin tidurnya benar-benar nyenyak."Om Justin, bangun. Kita makan siang," tambahnya kembali mencoba.Kali ini, barulah ada pergerakan dari si pemilik nama yang membuat kakinya kesemutan karena jadi bantal bagi Justin."Aku masih ngantuk," balasnya dengan suara serak.Bikin meleleh kayak es krim rasanya mendengar suara itu. Bangun tidur aja menggoda, apalagi saat fresh. Sudahlah, kalau tak kuat menjaga jantung, ia pastikan akan mengalami gagal jantung jika dihadapkan pada Justin.Bukannya bangun, Justin justru mengubah posisi tidurnya jadi miring dan memeluk tubuh Hana. Menenggelamkan wajahnya di antara tubuh ramping itu.Hana hanya

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 27

    Hana sedang duduk di taman belakang rumah yang lokasinya memang begitu luas. Entah untuk apa taman ini dibuat, padahal pemiliknya saja bahkan jarang sekali berada di rumah. Apalagi untuk menikmati lokasi ini.Di saat ia sedang santai, tiba-tiba Alice datang menghampirinya. Heran juga, sih ... karena dia datang tak langsung mengomel atau mengatainya seperti biasa."Ada apa, Tan?" tanyanya.Alice tersenyum manis. "Hmm ... Hana, boleh aku minta tolong?"Lagi-lagi sikap Alice membuat Hana heran. Apa kepala wanita ini habis kepentok, hingga mengalami perubahan yang sangat signifikan."Minta tolong, apa?"Alice menyodorkan secarik kertas pada Hana. "Aku minta tolong tebus obat ini ke apotik, ya."Menerima benda itu. "Ini resep obat siapa?""Aku.""Tante sakit?""Sedikit kurang enak badan," jawabnya dengan efek lemas dan tak bersemangat. "Kamu mau, kan, tolong tebus resep itu?"Sebenarnya Hana merasa curiga dengan sikap manis Alice. Paling ini agar membuat dirinya keluar dari rumah saja. Ini

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 28

    Tian dan Justin menuju ke lokasi terakhir di mana ponsel Hana terlacak. Sementara Willy dan Joan mencari informasi di rumah sakit terdekat dengan lokasi kejadian.Justin turun dari mobil, begitupun dengan Tian. Keduanya menghampiri seorang pedagang tisu jalanan yang kebetulan berjualan di sekitar lokasi."Maaf, Mas ... apa tadi di sekitar sini ada sebuah ..." Ia rada takut juga saat mengucapkan kata itu. Takut jika Justin tak terima dengan pemikiran dan tebakannya."Ada kejadian apa di sekitar sini tadi?" Giliran Justin yang bertanya langsung. Karena feelingnya memang mengarah kesitu juga."I-iya, Pak ... ada kecelakaan tadi. Belum lama ini. Korbannya gadis muda.""Ciri-cirinya?" tanya Justin langsung. Nada suaranya saja sudah menunjukkan bahwa hatinya mulai resah."Rambutnya sepinggang, bajunya warna ..."Justin menyodorkan layar ponselnya pada laki-laki itu, yang di sana terpajang foto Hana."Nah, iya, Pak ... itu korbannya," respon laki laki itu.Justin yang awalnya masih berdiri k

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 29

    Willy dan Joan kini hanya bisa menunggu di depan ruangan operasi. Malam semakin larut, bahkan rasa dingin udara malam pun kini mulai menusuk ke dalam tulang belulang."Di sini sendirian nggak apa-apa, kan? Aku beli minum bentar," ujar Willy pada Joan."Jangan lama," balasnya.Ayolah, ia memang mencemaskan Hana di dalam sama, tapi ia juga takut sendirian di sini. Tak ada lagi orang berlalu lalang di lorong rumah sakit, bahkan terlihat begitu sepi dan kosong. Suasana yang benar-benar membuat bulu kuduk merinding.Ya, memang tak lama. Hanya sekitar lima belas menit, Willy kembali padanya."Ini, pake biar nggak kedinginan," ujar Willy menyodorkan sweater miliknya pada Joan dan sebotol air minareal."Makasih," ucapnya menerima.Entah ini efek suasana dingin atau apa ... yang jelas sikap Willy bikin kuduknya meremang. Padahal ia sudah berusaha menghindari saat cowok ini terus mepetin dirinya, tapi kalau begini, justru ia bakalan jatuh juga akhirnya."Ya ampun, Will ... ternyata lama, ya," k

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 30

    Kini paniknya sedikit berkurang. Setelah ditangani oleh dokter, Hana sudah kembali tenang. Ya, kembali ke posisi di mana dia hanya diam, tanpa respon."Dokter, dia nggak kenapa-kenapa, kan? Nggak terjadi sesuatu yang buruk, kan?" Jujur saja, selama hidup, mungkin ini adalah posisi paling menguras pemikirannya.Dokter mengulas sedikit senyuman pada Justin. "Tenang saja ... dia tak apa-apa. Itu terjadi karena pergulatan antara fisik dan batinnya. Ya, keadaan fisiknya belum memungkinkan untuk sadar, sedangkan hatinya ingin segera sadar."Justin duduk di kursi, kemudian menyentuh lembut pipi Hana. "Apa semua ini masih berlangsung lama, dokter?""Tergantung kondisinya. Meskipun tak sadar, tapi dia tahu dan merasakan saat orang-orang berada di sampingnya, bicara padanya dan menyemangatinya. Dan ... mungkin kondisi barusan terjadi karena Anda bicara sesuatu yang membuat hatinya kuat untuk sadar. Hanya saja luka fisiknya yang belum mendukung."Ya ... penjelasan dokter dipahaminya dengan jelas

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 31

    Sakit, bahkan rasa perihnya lebih mendominasi. Ya, itulah hal yang ia rasakan saat membuka mata. Tapi tiba-tiba rasa itu seolah lenyap ketika mendapati seseorang yang tengah berada di sampingnya. Tertidur, dengan lengan sebagai bantalan.Menyentuh lembut wajah itu. Rasanya ingin memeluk, tapi seolah terhalang oleh rasa perih di bagian dadanya saat melakukan pergerakan.Justin yang awalnya masih dalam tidur, kini bereaksi saat merasakan ada sentuhan di wajahnya. Terjaga dan mendapati apa yang ia harapkan. Hana sadar."Han, kamu sudah sadar." Ia langsung heboh. "Apa yang kamu rasain? Apa masih sakit? Kamu mau minum? Atau ..."Hana menggeleng lemah. Gila, sih ini rasanya. Seakan akan badannya ikut sakit semua hanya untuk bergerak sedikit saja."Aku nggak mau apa-apa," gumamnya lemah. "Cuman dadaku rasanya sangat sakit dan perih," ujarnya sedikit meringis."Aku panggil dokter dulu, ya ... untuk mengecek kondisimu," ujar Justin hendak berlalu pergi. Tapi niatnya itu terhenti saat Hana men

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 32

    Justin sampai di rumah bersama dengan Willy. Sedangkan Hana ia minta Joan untuk menjaga di rumah sakit. Tak hanya itu ... ia juga sudah meminta beberapa orang suruhannya untuk berjaga di luar ruang rawat sang istri. Tak lama keduanya sampai, Jose dan Arum juga sampai. Bahkan Kedua orang tua Alice juga hadir. Situasi yang membuat semuanya bingung. Apa yang akan dilakukan Justin? Teriakan Alice dari dalam kamar, membuat fokus semua beralih. Terutama orang tua wanita itu, Ardi dan Henny yang kesal dengan sikap Justin pada putri mereka. "Justin, kenapa Alice dikurung dan berteriak-teriak gitu?" tanya Ardi. "Kamu berbuat kasar lagi padanya?!" Giliran Henny yang bicara. Justin tak menjawab. Karena ia tak peduli dan tak ambil pusing. Terserah, mereka mau berpikir apapun juga ... yang penting sekarang masalah ini harus berakhir. Justin duduk di kursi yang ada di ruang tengah, begitu pun dengan Willy. Memasang wajah yang ... mungkin orang orang yang terbiasa di sekitarnya akan mudah mema

Bab terbaru

  • Istri Kedua Sang Billionaire    ENDING

    Semalam akhirnya yang menjaga Riga adalah Tian dan Willy bersama Justin. Sedangkan Hana, Rhea dan Vio pulang ke rumah. Itupun penuh drama malam tengah malam, karena Vio tak ingin pulang jika Riga tak pulang bersamanya. Akhirnya dengan bujukan kakaknya itu semua bisa kelar. Sudahlah, kalau Vio mulai merengek dan tak terima akan sesuatu, bersiap saja untuk mendengar dia menangis dan mewek mewek. Dan pagi ini, tepat saat sarapan bersama Hana, gadis kecil itu kembali berulah. Dia nggak mau sarapan dan sekolah, jika tak bersama Riga. Membuat Hana dibuat pusing di pagi hari. “Riga nggak pernah suka dengan apa yang kamu lakukan ini, Sayang.” “Aku mau dia di sini denganku. Aku janji, Ma ... nggak akan berbuat yang bikin dia kesal. Aku janji nggak akan merengek dan berteriak teriak lagi di dalam rumah. Tapi, bawa kakak pulang.” Lihatlah, mukanya sudah memerah, menahan air mata yang sudah mengenang di kelopak matanya. Tapi sepertinya dia sedang menahan rasa itu. “Apa sekarang kamu mau ikut

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 134

    Tian mendorong kursi roda, dengan Riga yang duduk di sana. Sementara Willy memgangi tabung cairan infus, agar berada tetap di posisi lebih tinggi. TadinyaTadinya Riga meminta dokter agar infusnya dilepaskan, tapi dokter ternyata tak menginjinkan. Dikarenakan kondisi tubuhnya yang memang belum stabil.Sampai di depan sebuah ruang perawatan, Tian menghentikan langkahnya. Sedikit berjongkok dihadapan bocah 9 tahun itu.“Ga, kamu ingat, kan, apa yang dokter bilang.”Mengangguk pertanda ia paham apa yang di maksud oleh Tian.“Aku janji nggak akan bikin Papa khawatir, aku juga nggak ingin Papa sakit hanya karena memikirkanku. Kau baik baik saja, dan akan selalu baik baik saja,” terangnya.Bahkan hanya mendengar putranya berkata seperti itu saja, mampu membuat hati Hana teriris. Dia sakit, bisa dikatakan sakit parah ... tapi lihatlah, sikap yang dia tunjukkan bahkan seolah tak sedang sakit. Hal yang membuatnya benar benar bangga memiliki Riga.Willy membuka pintu ruangan itu. Melangkah masu

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 133

    Sudah hampir satu jam Semuanya pergi dan sekarang tentu saja Rhea merasa was was. Apa yang tengah terjadi, kenapa semuanya belum kembali satu orang pun? Jadi makin dibuat bingung karena Riga terus bertanya kenapa orang tua dia belum kembali.“Tante, kenapa Papa sama Mama belum kembali?”Rhea tersenyum manis pada Riga, kemudian mengelus wajah manis itu dengan lembut.“Sabar, ya, Sayang. Mungkin Mama sama Papa kamu lagi mendengarkan penjelasan dokter dulu. Atau, mungkin dokternya lagi ada pasien, jadinya mereka harus nunggu deh.”“Alasan yang nggak meyakinkan,” responnya dengan nada tak terima akan penjelasan Rhea yang berpatokan pada kata mungkin.Ayolah, dihadapkan pada posisi di mana dirinya hanya berdua dengan Riga, itu begitu sulit. Karena dia adalah tipe anak yang punya pikiran cerdas dan nggak akan gampang dibohongi.“Perasaanku nggak enak,” gumamnya perlahan.Di saat yang bersamaan, Tian datang. Seketika Riga langsung bangun dari posisi tidurnya dan berharap jika orang tuanya j

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 132

    Seperti yang sudah direncanakan semalam, hari ini Riga akan melanjutkan pemeriksaan menyeluruh termasuk tes lab. Berharap jika apa yang diperkirakan Dokter semalam tak benar benar terjadi. Entah apa yang akan ia lakukan jika hal buruk itu terjadi pada putranya.Lagi lagi hanya bisa menunggu ketika putranya harus menjalani pemeriksaan dalam waktu yang lama. Bahkan berjam jam. Sungguh, ini rasanya menyakitkan hatinya sebagai seorang ibu.Dari kejauhan tampak dua orang berjalan cepat mengarah pada Hana dan Justin. Ya, Tian da Rhea.“Han, gimana Riga?” tanya Rhea langsung pada Hana.Bukannya menjawab pertanyaannya, Hana justru langsung memeluknya erat. Tentu saja itu membuat hatinya justru tak tenang. Ditambah lagi dengan dia memasang wajah sendu. Tak hanya Hana, raut muka Justin juga tampak tak baik baik saja. seperti baru saja mendengar sebuah kabar tak mengenakkan.“Ada masalah sama Riga?” tanya Tian ikut bertanya pada Justin. “Dia baik baik aja, kan?”Justin hanya mengangguk. Ia sanga

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 131

    Hana dan Justin berada di depan ruang UGD, menunggu dokter keluar dari sana untuk memberikan hasil tentang keadaan dan kondisi Riga. Raut cemas tampak begitu jelas di wajah keduanya, terutama Hana yang sedari tadi terus saja menangis.Sedangkan Justin, jangan ditanya lagi seperti apa perasaannya saat ini. Bahkan saat mendapati kondisi Riga ketika sampai di rumah, nyaris membuat otaknya seperti sedang dihantam sebuah kenyataan yang menyakitkan. Bukan berniat untuk berprasangka buruk, tapi kejadian ini membuatnya benar benar tak bisa tenang.Justin membawa Hana ke pelukannya, berharap istrinya ini bisa tenang. Karena dengan melihat dia begini, jujur saja ia semakin cemas. Dan tak berharap jika kebiasaannya juga akan ikut kambuh. Itu tentu saja membuat istrinya seakan makin bingung.“Jangan nangis terus ... anak kita akan baik baik saja, Sayang,” bisik Justin menenangkan hati Hana.“Aku takut Riga kenapa kenapa, Je. Aku nggak mau dia sampai sakit,” balas Hana.“Aku tahu, tapi kalau kamu

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 130

    Hana langsung tersentak ketika mendapatkan telepon seperti itu dari putranya. Darahnya seketika berdesir hebat, saat suara ringisan putranya masih terdengar di pendengarannya.“Ada apa?” tanya Justin kaget melihat raut khawatir di wajah Hana.“Kita pulang sekarang. Terjadi sesuatu sama Riga,” jawab Hana langsung beranjak dari posisi duduknya dan membawa Vio segera mengikutinya.Justin langsung mengikuti langkah Hana yang sudah lebih dulu berlalu keluar dari restoran.“Kak Riga kenapa, Ma?” tanya Vio saat berada dalam mobil, karena bingung dengan sikap kedua orang tuanya.Tak ada jawaban yang diberikan Hana pada pada putrinya. Ia fokus menelepon seseorang, hingga mengabaikan pertanyaan Vio.“Hallo, Mbak Reni ... cek Riga di kamar sekarang, ya,” pinta Hana dengan nada cemas.“Memangnya ada apa, Bu?”“Cepetan!” emosinya ketika perintahnya malah dibalas pertanyaan.“I-iya, Bu.”Hana bisa mendengar langkah cepat sang pengasuh anak anaknya itu melangkah cepat menuju lantai atas, karena terd

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 129

    Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, kalau malam ini akan makan di luar. Tentu saja bukan makan malam berdua, karena harus diingat, ada Vio dan Riga.Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, si princess yang sudah dari tadi siap, hanya bisa mondar mandir seperti setrikaan rusak saat orang tuanya dan juga kakaknya belum menampakkan diri dihadapannya. “Udah siapa, Sayang?” tanya Hana pada Vio yang akhirnya duduk di sofa dengan muka cemberut.“Udah dari tadi, Mama. Tapi semua orang malah belum apa apa.”Justin tersenyum dengan tingakh putrinya yang satu ini. Pokoknya kalau mau pergi pergi, dia yang paling gercep untuk siap siap.“Riga mana?” tanya Justin karena tak mendapati putranya di sana.“Aku nggak mau ikut,” sahutnya menuruni anak tangga dari lantai atas ... masih dengan pakaian rumahannya.“Loh, kok nggak ikut?” tanya Hana menghampiri Riga yang seperti biasa ... sikapnya selalu kalem seakan tak memiliki perasaan.“Nggak kenapa kenapa, kok, Ma ... cuman males aja. Ada tugas jug

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 128

    Perlahan tapi pasti, hal hal yang dianggap baru dan asing juga akan terbiasa menghiasi hari hari. Begitupun dengan apa yang sedang dialami oleh Hana. Yang tadinya ia hanya berdua dengan Justin, kini semua terasa ramai ketika ada dua anak yang seakan membuat suasana di rumah terasa hangat.Justin yang tadinya hanya fokus mengurus pekerjaan meskipun di rumah, kini seolah merombak jadwal dan aktifitasnya. Saat di rumah, dia hanya akan fokus untuk keluarga. Tak ada lagi pekerjaan kantor yang dibawa pulang.Semakin terbiasa tanpa adanya bantuan perkara urusan si kecil, membuat Hana merasa benar benar full jadi ibu seutuhnya. Semua dilakukan sendiri, meskipun harus mendengar ocehan Justin yang menganggap dirinya kecapean.Jujur saja, ini rasanya memang capek ... hanya saja semua rasa itu seolah sirna ketika melihat mereka tersenyum padanya, seakan mengatakan terimakasih.Rasanya satu hari itu berlalu begitu cepat. Masih berputar putar dan fokus pada Riga dan Vio, tiba tiba saat selesai hari

  • Istri Kedua Sang Billionaire    BAB : 127

    Rasanya benar benar terasa lega, ketika akhirnya setelah beberapa hari di rumah sakit, kini kembali ke rumah. Tentunya pulang dengan tambahan dua anggota baru yang akan menghiasi suasana rumah.Sebelumnya hanya berstatus sebagai seorang istri, sekarang bertambah dengan status ibu dua anak. Ayolah, itu rasanya benar benar sulit dipercaya dengan dirinya yang masih berusia 20 tahunan.Justin membantu Hana turun dari mobil dengan si kembar yang berada dalam gendongan dua orang suster. Jangan berprasangka buruk dulu kalau dirinya akan menggunakan jasa dalam merawat anak anaknya, bukan seperti itu. Ini hanya untuk beberapa hari ke depan, setidaknya sampai luka bekas operasinya mulai membaik dan aman untuk banyak bergerak.Tak lama, dua mobil tampak memasuki area pekarangan. Bisa ditebak siapa yang datang. Itu mobil Tian dan Willy, yang artinya ... pasti pasangan mereka juga ikut.Melanjutkan langkah memasuki rumah, tempat yang membuatnya tiba tiba rindu, meskipun kadang menyebalkan juga kar

DMCA.com Protection Status