Ding!
Suara dering pesan masuk dari ponsel terdengar.[Nak, cepat ke Restoran Imperial, dia sudah menunggumu cukup lama!]Ketika Dimas Anggara melihat pesan ini, dia mengerutkan keningnya sambil mendengus. "Ma, kenapa sih? Gak bosan apa, nyari terus jodoh untuk anakmu ini?!"Nama pengirim pesan itu adalah 'Mama'.Ding!Pesan berikutnya kembali muncul, Dimas menggeser layar ponsel untuk melihat pesan dari ibunya.[Mama gamau perjodohan kali ini gagal lagi, ya! Mama itu mau punya menantu, Nak, mau punya cucu juga! Cepat temui wanita itu di meja nomor 21][Iya, Ma! Tunggu sebentar, sebentar lagi aku sampai, sabar, ya!]Dimas Anggara membalas pesan itu dengan kesal, lalu pria itu memasukan ponsel ke dalam saku celananya.BRAK!Saat Dimas berjalan ke arah Restoran Imperial, tiba-tiba dia mendengar suara dentuman yang cukup keras. Sebuah mobil menabrak pria paruh baya di jalanan, dan mobil itu melesat dengan cepat tanpa berhenti."Tolong … Tolong …"Tepat di saat Dimas hendak masuk ke dalam Restoran Imperial tersebut, tiba-tiba dia mendengar teriakan minta tolong. Terlihat seorang pria paruh baya yang terjatuh di jalanan dan banyak orang yang melewatinya, tapi tidak ada seorang pun yang berani membantunya!Dimas Anggara yang melihat itu langsung berlari untuk menolongnya, setelah membantunya berdiri dia bertanya. "Pak, bagaimana keadaanmu?""Tidak apa-apa, terima kasih, anak muda! Aku tidak berhati-hati saat sedang menyebrang, karena kamu sudah membantuku, aku harus membalasmu!" ujar pria tua tersebut seraya tersenyum.Alis Dimas Anggara berkerut dengan kuat, dia baru menyadari bahwa pakaian dan aura yang dipancarkan oleh pria tua ini sangat tidak serasi. Pakaian pria ini memang terlihat sangat kotor, tapi jemarinya terlihat sangat terawat!Namun, karena Dimas Anggara terburu-buru untuk menemui ibunya dan mendengar pria tua itu mengatakan dirinya baik-baik saja, maka dia pun bergegas masuk ke dalam restoran dan tidak mengharapkan imbalan tersebut. "Tidak apa, Pak, saya harus pergi."Dimas bergegas berjalan masuk ke dalam Restoran Imperial. Saat masuk ke dalam, Dimas menyadari bahwa restoran ini sangat besar.Ibunya mengatakan bahwa mereka duduk di meja nomor 21, tapi dia sudah memutari tempat ini dan tidak menemukannya."Kenapa Mama memilih restoran sebesar ini?! Kenapa gak di warteg, atau di cafe yang kecil gitu!" Dengus Dimas dengan kesal.Saat Dinas kembali berjalan mengelilingi restoran itu, dia secara tidak sengaja masuk ke sebuah area khusus. Cahaya di sini begitu lembut dan hangat, kemudian dihiasi penuh dengan bunga segar. Angin sepoi-sepoi berhembus, aroma wangi bunga begitu semerbak, benar-benar seperti surga dunia.Dimas Anggara mendongak dan seketika tercengang. Terlihat seorang wanita cantik nan anggun sedang duduk di sana. Wajahnya, postur tubuh serta kulitnya benar-benar sempurna.Wanita itu adalah ciptaan paling indah.Wanita itu terlihat sedang meneguk kopinya dengan tenang, sepasang kakinya disilang secara alami, sangat anggun dan juga mempesona.Ketika melihat Dimas Anggara masuk ke ruangan ini, dia pun mendongak dengan dingin, kemudian menatap dengan curiga dan hina.Dug! Dug! Dug!Setelah mengagumi keindahan itu, Dimas Anggara tiba-tiba seperti bisa mendengar detak jantungnya.Selama 35 tahun ini, belum pernah ada gadis yang bisa menerobos ke dalam lubuk hatinya. Terutama setelah dia menjadi dokter kandungan dan telah melihat tubuh dari sekian wanita, bahkan dia merasa dirinya telah kehilangan rasa tertarik terhadap kaum wanita. Namun, wanita cantik yang ada di hadapannya telah membuat jantungnya berdetak kencang.Rambut panjang yang diikat satu dengan indah, netra coklat miliknya seakan terlahir dari keturunan luar negri, dan wajah mulus nan putih sangat memanjakan orang yang melihatnya.Apakah ini gugup atau dirinya tertarik padanya?Hal yang membuat Dimas Anggara semakin terkejut adalah meja yang ditempati oleh gadis tersebut adalah nomor 21!'Apakah dia wanita yang disebut Mama?!' Dimas Anggara bergegas menenangkan dirinya, kemudian merapikan pakaiannya dan menghampirinya.Lalu, dia pun duduk di depan gadis tersebut. Ekspresi wanita cantik tersebut terlihat semakin heran, matanya yang indah pun memancarkan kilatan dingin!'Beraninya pria ini!?'Sudah cukup menyebalkan dengan masuk ke dalam ruangannya, tapi beraninya dia masih duduk di depannya?Dimas Anggara tidak memedulikan ekspresi wanita tersebut. Lagi pula, sudah bukan pertama kalinya dirinya dihina oleh wanita. Dia tidak mempermasalahkan hal itu, yang penting proses ini telah dilalui oleh nya."Halo, namaku Dimas Anggara, usiaku 35 tahun, dan aku seorang dokter spesialis wanita dengan gaji bulanan sekitar 15 juta," ujar Dimas sedikit kaku. "Mungkin gaji tahunanku berkisar 180 juta sampai 200 juta," timpalnya dengan lantang."Apa kamu punya rumah? Mobil? Investasi? Atau apapun itu?" Wanita itu bertanya dengan dingin."Emm, aku tidak memilikinya," jawab Dimas dengan datar.Untuk melontarkan perkataan seperti ini, mungkin pria-pria di luar sana memerlukan keberanian yang sangat besar. Namun, berbeda dengan Dimas Anggara, dia bahkan berkata dengan sangat tegas. Terdapat sebuah perangai yang sangat tenang.Wanita cantik itu menatapnya, dia terkejut untuk sejenak, kemudian bibirnya tiba-tiba melengkung indah. "Namaku Naya, usiaku 30 tahun, lulusan Universitas Amsterdam dengan dua gelar dari Departemen Keuangan dan Administrasi Bisnis. Pendapatan tahunanku mencapai 5 milyar, dan aku memiliki perusahaan juga beberapa cabang kecil seperti supermarket dan minimarket."Dimas Anggara langsung terkejut. 'Apa-apaan ini?!'Selama ini, dia selalu bertemu dengan para wanita yang kekurangan uang saat dijodohkan oleh ibunya, namun, wanita ini jauh berbeda. Dimas benar-benar tidak menemukan letak kekurangan dari wanita yang ada di depannya.'Mungkinkah dia gila? Atau cacat? Atau tidak bisa hamil?!' Seketika, prasangka buruk melintas di benak Dimas.Melihat ekspresi Dimas Anggara, bibir tipis Naya pun terangkat, tatapannya yang dingin tidak bisa menyembunyikan kebanggaan dirinya. Dia sengaja memperkenalkan dirinya karena ingin membuat pria tersebut merasa malu, kemudian mundur dengan rasa malu!Suasana seketika menjadi sangat canggung. Kedua orang itu pun tidak lagi bersuara.'Ini, sudahlah, yang penting aku harus berjuang dulu, urusan nanti ya nanti! Biar Mama gak nyari jodoh terus!' gerutu Dimas dalam hati.Terlepas dari benar atau tidak perkataan Naya, Dimas Anggara memutuskan untuk melalui proses ini terlebih dahulu. Urusan berhasil atau tidaknya adalah urusan belakangan terhadap ibunya."Meskipun penghasilanku rendah, tapi aku pasti akan melindungimu jika kamu bersama denganku, aku tidak akan membiarkanmu terluka!""Di rumah, kamu bisa menjadi ratu dan aku yang akan mengerjakan pekerjaan rumah!""Tapi kalau di luar, di depan keluargaku, aku berharap kamu bisa menghargaiku sebagaimana seperti seorang pria!""Jika kita sudah menikah, gaji yang akan kudapat setiap bulannya adalah 15 juta, 10 juta bisa kuberikan padamu."Sama seperti sebelumnya, Dimas Anggara langsung mengatakan semuanya dalam satu tarikan napas.Naya benar-benar tercengang ketika melihat Dimas Anggara yang masih berkata dengan begitu serius alih-alih merasa malu. Belum ada pria yang pernah memberikan kesenangan seperti ini padanya!"Hahaha …"Terdengar sebuah tawa bergema di meja itu."Apa yang kamu tertawakan?" Dimas Anggara merasa sedikit tidak puas, "Aku tahu, perekonomianku kurang baik, tapi aku berjanji jika kita menikah, maka aku akan memenuhi tanggung jawab sebagai seorang pria!""Pfft!" Naya lagi-lagi tidak bisa menahan tawanya, dia menahan mulutnya dengan kedua tangannya.Dimas Anggara pun merasa kesal, "Nona, apa yang sebenarnya kamu tertawakan? Tidakkah kamu merasa dirimu sangat tidak sopan?""Tuan, kamu memang pria yang baik!" Naya tidak lagi tersenyum, melainkan seketika berubah menjadi dingin, "Tapi, apakah kamu tidak salah? Kedatanganku bukan untuk kencan buta!""Eh? Apa-apaan ini?!"Tahun ini, Dimas berusia 35 tahun dan selalu gagal dalam hal percintaan. Setelah wajib militer selama 9 tahun, dia pun bekerja di sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta selama 5 tahun tahun. Dia bekerja sebagai dokter spesialis kandungan dengan gaji tahunan sebesar 180 juta!Di sisi lain, ibunya khawatir dirinya tidak mendapatkan istri, jadi setiap hari ibunya terus mendesaknya untuk menikah. Tapi, dirinya tidak mempunyai keahlian untuk mencari kekasih, karena itu dia hanya bisa pergi menemui wanita yang akan dijodohkan ibunya.Sebelumnya, dia telah bertemu dengan 20 kandidat wanita calon kekasihnya. Jelas-jelas dia tahu tidak akan membuahkan hasil, tapi dia tetap melalui proses seperti ini. Dimas Anggara benar-benar merasa sangat pusing mengikuti keinginan ibunya. Dan kali ini, dia salah bertemu orang?Dimas Anggara langsung membelalakkan matanya. "Bukankah ini meja nomor 21?""Iya benar, tapi ini meja di ruangan VIP, untuk meja nomor 21 biasa berada di aula, ka
"Apa? Gagal lagi?" Kakak Dimas Anggara, Karin Anggara merasa sangat cemas ketika melihat Dimas Anggara pulang dalam kegagalan. "Dim, ini sudah yang ke 21 kalinya!"Tinggi badan adiknya cukup tinggi, tubuhnya keren dan atletis, tapi kenapa tidak pernah berhasil dalam percintaan?Sekalipun seorang pria yang tidak mempunyai perasaan, pada akhirnya juga pasti bisa menemukan belahan jiwanya, bukan?Ibunya Dimas Anggara, Dewi, juga terlihat jauh lebih cemas dari kakaknya. Dia pun langsung menarik anaknya dan keluar dari rumah. "Kemari, ikut Mama!""Ma, apa yang Mama lakukan?" Dimas juga terkejut dan panik dengan kelakuan ibunya saat ini."Apa yang kulakukan? Mama sudah hampir mati cemas karenamu! Apa kamu masih tidak menyadarinya?" Sambil berjalan, Dewi juga berkata dengan cepat, "Aku juga tidak mengerti, tetangga yang ceroboh dan hanya berdiam diri di dalam rumah saja sudah mempunyai anak kedua di usia 28 tahun, tapi kenapa anakku malah tidak bisa menemukan pacar sampai berumur 35 tahun se
"Bukankah dia Tuan besar keluarga Alfandy?""Ya, jika aku tidak salah, namanya Hendra Alfandy!""Ada apa pria penting sepertinya datang kemari?"Semua orang yang melihat pria tua itu mendekati Dimas terkejut.Karin juga tidak bisa menyembunyikan kesenangan di matanya, dia pun merangkul lengan adiknya dengan erat. "Apakah saatnya mengubah nasib?"Dimas Anggara mengerutkan keningnya, dia sungguh tidak menyangka ternyata pria tua ini orang kaya. 'Jangan-jangan, dia sengaja terjatuh di restoran Imperial?'Hendra melambaikan tangannya, lalu bawahannya langsung membawakan beberapa kotak hadiah, rangkaian emas, barang-barang antik dan bahkan ada sebuah kunci mobil BMW!Jika semua barang ini dijumlahkan nilainya bahkan mencapai 10 miliar lebih.Jika dihitung berdasarkan gaji tahunan yang sebesar 160 juta, maka Dimas Anggara tidak akan bisa menghasilkannya seumur hidup ini."A-apa?!""Emas dalam tiga kotak itu, semuanya isi emas!""Kunci mobil! Itu lambang mobil BMW!""Bahkan ada permata dan b
"Pak, ambil kembali semua barang-barang ini!" Dimas masuk ke dalam mobil, kemudian meminta Hendra untuk membawa pulang semua barang-barangnya."Apa?!" Jangankan Hendra, bahkan ibu dan kakaknya juga tidak menyangka akan hal ini."Semua harga barang-barang ini mencapai sepuluh miliar, kamu benar-benar tidak mau?" tanya Hendra tidak bisa menahan dirinya untuk memastikan kembali.Sepuluh miliar memang bagi Hendra bukan apa-apa, tapi bagi Dimas sekeluarga itu bagaikan gunung emas."Ya, aku tidak membutuhkannya." Dimas berkata dengan tegas, "Almarhum ayahku mengajarkanku untuk membantu tanpa menerima imbalan. Jadi, aku membantumu dengan tulus tanpa mengharapkan apa pun darimu, aku tidak bisa menerimanya!"Melihat adiknya yang begitu baik hati, Karin pun hanya bisa menghelakan napas dengan tak berdaya. Sedangkan Dewi, dia terlihat semakin depresi dan kecewa. Kalau begini terus, sampai kapan anaknya baru bisa menikah?"Haha, baiklah!" Hendra mengangguk dengan semangat, lalu membawa semua bara
"Menikah denganmu hanyalah caraku untuk menepati janjiku kepada kakekku!" dengus Naya dengan suara yang dingin.Mendengar itu, Dimas mengerutkan keningnya. "Jangan terlalu serius dengan pernikahan ini, juga jangan terlalu memedulikanku. Jadi, kamu bisa terus melakukan semua hal yang kamu lakukan seperti sebelum menikah!""Sekalipun kamu pergi mencari wanita lain, aku juga tidak akan peduli," Naya kembali mendengus dengan dingin.Mendengar hal ini, hati Dimas Anggara pun terasa sakit, sudut bibirnya terus berkedut. 'Apakah aku salah mendengar? Atau Naya salah berbicara?'Bukankah kata-kata seperti ini biasanya dilontarkan kepada seorang pria brengsek yang menyukai banyak wanita?"Oh iya, aku ingat dengan perkataanmu sebelumnya, kamu belum membeli rumah, 'kan?" tanya Naya tiba-tiba."Ya." Dimas Anggara mengangguk, Naya pun langsung memberikan sebuah kunci padanya.Naya merupakan Direktur PT. Semesta Abadi, dia memang selalu menyelesaikan urusannya dengan teliti dan rapi, selalu menyiapk
"Citra? Untuk apa kamu datang kemari, hah?!" Dimas Anggara sangat muak dengan senyuman yang penuh dengan ambisi munafik ini, dia pun langsung memberitahunya. "Kamu tidak perlu menemuiku, aku menolak semua pemberian pria tua bangka itu!""Apa? Kamu bilang kamu sudah mengembalikan semua pemberian itu?" Citra hampir saja mematung setelah mendengar Dimas Anggara mengembalikan pemberian yang mencapai sepuluh miliar tersebut."Astaga …. Ya Tuhan …. Kenapa bisa ada pria bodoh sepertimu di dunia ini?" Maki Citra penuh emosi. 'Polos, angkuh, keterbelakangan mental! Pantas saja hidupnya begitu menyedihkan!' umpatnya dalam hati.'Siapa yang mau menikah dengan pria seperti ini? Kalau sampai ada, maka mereka pasti ditakdirkan miskin seumur hidup!'"Citra, kamu datang? Cepat masuklah!"Begitu mendengar keributan yang ada di luar, Dewi pun keluar dan melihat Citra sedang berdiri di sana, lalu mempersilakannya masuk dengan hangat.Ini adalah pertama kalinya ada seorang wanita yang mencari putranya sa
"Ma, aku akan berdiskusi terlebih dahulu dengannya dan baru memberitahumu nanti, ya?" Dimas Anggara memutuskan untuk menggunakan kata-kata formal seperti ini.Dia tidak bisa menolak ibunya, tapi juga tidak bisa menyetujuinya, hanya bisa melihat situasi ke depannya nanti."Baiklah kalau begitu!" Dewi terus melanjutkan, "Dimas, kamu akan pindah hari ini, bukan? Wanita menyukai hal-hal yang romantis, hari ini adalah malam pengantinmu, jangan sampai kamu bersikap dingin kepadanya! Kamu harus menjaganya dengan baik, mengerti?"'Eh, malam pengantin?' Dimas Anggara sama sekali tidak memikirkan akan hal ini.Dia percaya kalau Naya juga sama. Wanita itu bahkan tidak mempunyai pemikiran untuk tidur di kamar yang sama dengannya. Selamanya tidak akan mungkin!Namun, Dimas Anggara tetap mengangguk. "Kalau begitu, aku akan pindah hari ini! Ma dan Kak, kalian harus menjaga kesehatan dengan baik, telepon aku kalau ada masalah."Hanya dengan kata-kata yang begitu sederhana, tapi membuat Dewi dan Karin
"Pak Tua, apa maksud dari cucu yang super dinginmu itu? Dia memintaku ke Villa Mutiara untuk tinggal bersamanya, tapi dia malah memblokirku?" gerutu Dimas dengan kesal sembari berjalan melihat-lihat setiap bangunan di Villa Mutiara. "Apa kalian sedang mempermainkanku? Apakah kalian menipuku?!" Timpalnya.Mendengar hal ini, Hendra pun terdiam seketika. "Anak muda, jangan khawatir, aku akan meneleponnya sekarang juga!"Hendra langsung menenangkan Dimas Anggara, dia juga takut cucu menantu yang dicari susah payah olehnya malah pergi begitu saja. Sedangkan Keluarga Alfandy begitu kaya, dia juga tidak tahu seberapa banyak aset yang dibeli oleh cucunya, jadi dia harus bertanya kepada Naya.***Kring~~Kembali lagi ke sisi Naya, dia baru saja hendak melanjutkan kembali rapatnya, tapi ponselnya tiba-tiba berdering lagi.Baru saja hendak mematikan telepon tersebut, dia malah melihat nama kakeknya terpampang di layarnya 'Kakek', dia pun mengangkatnya dengan tak berdaya."Ada apa, Kek? Aku masih
Yang ada di meja makan sanak saudara keluarga Nasution dan Budiman adalah makanan lezat dan alkohol berkualitas bagus. Hanya meja makan keluarga Dimas yang diberi makanan seperti lobak kering, ikan asin dan udang kecil yang kering.Brak!Karin benar-benar tidak tahan lagi, awalnya dia ingin memukul meja dan berdiri. Tidak disangka adiknya sudah mendahuluinya dan bertanya pada Citra dengan emosi."Apa maksudmu?"Tadi saat Citra mengatur tempat duduk, bisa dianggap itu adalah kebetulan, karena Citra dan Budiman ingin memamerkan kelebihan, Dimas pun tidak mmemedulikannya Tapi, tindakan Citra sekarang jelas-jelas ingin mempermalukan keluarga Dimas di depan umum. Sebagai pria di keluarga Anggara, dia tidak akan membiarkan ibu dan kakaknya ditindas."Hehehe …. apa maksud pertanyaanmu? Aku tidak mengerti!" Citra hanya tertawa dingin melihat Dimas yang marah."Hahaha …. Riza langsung tertawa keras tanpa segan. "Dimas, gaji tahunanmu baru mencapai 120 juta, pendapatan keluargamu juga tidak
"Mama, Dimas, ayo pergi!" Karin tidak tahan diperlakukan begitu, belum duduk saja dia sudah mau langsung pergi.Meski malam ini keluarga Nasution yang mentraktir, tapi lebih baik tidak perlu makan jika mendapat perlakuan ini. Tapi, Dewi menariknya, dia tidak ingin Karin marah.Meski mereka dan keluarga Nasution tidak memiliki hubungan kekeluargaan, tapi karena mak comblang yang dicari saat itu sama, itu berarti mereka ditakdirkan saling mengenal. Tempat tinggal keluarga mereka juga tidak jauh, jadi lebih baik jangan menambah musuh.Citra melihat Dimas dengan bbangga Wulandari dan Riza juga melihat Dimas. Sampai sekarang, pria ini masih tidak mau pergi, dia pasti masih ingin menikahi Citra. Mereka memang suka melihat orang yang tidak tahu diri dipermalukan.Saat ini, seorang pria yang memakai jas mahal berjalan masuk. Citra langsung menyambut begitu melihatnya, lalu menggandeng lengannya dengan lembut. Melihat hal ini, sanak saudara yang ada di ruangan pun heboh. Bahkan Dewi pun sedik
"Oh ya, Dimas, keluarga Nasution mengundang kita makan besok malam, aku sudah menyutujuinya karena tidak enak hati menolak!" Dewi tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Dimas Anggara sedikit tidak menyangka, dia langsung mengerutkan dahi dan bertanya. "Keluarga Nasution? Keluarga Nasution yang mana?" 'Tidak mungkin Citra, 'kan?!' "Keluarganya Citra!" Dewi langsung menjawab. "Ibunya sengaja datang mengundangku, katanya putrinya naik pangkat, mereka ingin mengundang semua orang untuk makan! Aku tidak enak hati untuk menolaknya, jadi aku menyetujuinya. Selain itu, jika aku tidak pergi, Wulan pasti akan bilang aku berpandangan sempit!" Begitu mendengarnya, Dimas Anggara langsung tahu maksud mereka. Hanya ibunya yang begitu polos. Tanpa berpikir pun Dimas Anggara tahu, keluarga Citra pasti tidak berniat baik dengan mengundang keluarganya ke sana. Tapi bagaimanapun, dia pernah kencan buta dengan wanita itu, mereka juga pernah mengerjakan proyek bersama. Kini setelah proyeknya berhas
Saat menikah dengan Dimas Anggara, Naya sama sekali tidak melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan, dia tidak pernah memakai kompor gas ataupun dapur. Kini ternyata dia bisa memasak mi sendiri, warna dan aromanya pun sangat menggugah selera, benar-benar sangat pintar. "Memangnya masih perlu dibilang?" Kata Naya sambil tersenyum tipis. Tapi, tidak lama kemudian dia kembali menunjukkan ekspresi dingin. Sebagai presdir Semesta Abadi, mana boleh langsung merasa senang begitu dipuji seorang pria? "Aku sisakan sedikit untukmu, mau tidak? Akan kubuang jika tidak mau!" Kata Naya sambil berdiri dengan sikap dingin. Dimas Anggara langsung maju dan memegang mangkuk kecil berisi mi itu. Telur, daging cincang, campuran bumbu dan hiasannya sungguh indah. Hanya Naya yang punya niat seperti ini. Jika itu Dimas Anggara, dia akan langsung makan begitu selesai masak, mana mungkin mau menghias makanan lagi? Melihat Dimas Anggara yang makan dengan lahap dan menghabiskan mi itu hanya dengan 2 kali sua
"Oh ya, ini adalah desain logo lambang bangunan terbaru, ingatlah untuk dibuat berdasarkan permintaan terbaru!" Hari ini Dimas Anggara datang hanya untuk memahami perkembangan proyek Impact Company. Saat tahu mereka sama sekali belum membuat logo lambang yang terakhir, Dimas Anggara pun merasa tenang karena perubahan Semesta Abadi tidak berpengaruh bagi mereka. Dengan begitu, proyek ini pasti sempat diselesaikan dan diserahkan pada akhir bulan. Sampai saat itu, tidak ada alasan bagi Naya untuk menolak pulang bersamanya. Citra sangat kesal karena merasa Dimas Anggara sedang memanfaatkan jabatannya yang lebih tinggi untuk memerintahkannya mengerjakan sesuatu. Dimas Anggara mengubah sesuka hati, Citra pun tidak bisa menolak karena saat rapat teknisinya sudah memastikan bahwa hal itu masih bisa diubah. Dia merasa dia seperti bawahan orang tidak berguna ini, tapi dia tetap harus mengambil gambar desain itu dan mengangguk meski kesal. "Terima kasih telah melayani kami, sampai jumpa!" Dim
Tidak lama kemudian, Citra secara langsung membawa buah dan minuman ke ruangan VVIP. Saat melihat Priska, Citra tersenyum ramah dan melayaninya dengan baik. "Silahkan, Nona Priska." Lalu, Citra melirik ke arah Dimas dan bergumam. 'Huh, berikan saja segelas air putih pada penagih tidak berguna ini demi menghargai atasannya!' Melihat sikap Citra, Priska langsung menegurnya. "Nona Citra, apa maksudmu? Jika tidak senang dengan kedatangan kami untuk memeriksa proyek, kamu boleh langsung bilang, kami akan segera pergi!" "Hah? Nona Priska, a-aku …. Aku tidak mengerti maksudmu, aku sangat senang dengan kedatangan kalian!" Kata Citra yang kebingungan dan tidak tahu kesalahannya. "Kamu senang, tapi sengaja mengabaikan penanggung jawab kami?!" Priska mendengus kesal. "A-apa? Penanggung jawab?!" Melihat tatapan Priska, Citra baru tahu bahwa dirinya telah salah. 'Ternyata, penanggung jawabnya bukan Nona Priska?! Melainkan pria yang tidak berguna ini? A-apa yang terjadi? Mengapa seorang d
"Oh, aku pikir kamu harus melakukan sesuatu!" "Apa, Nona Naya?" Dimas Anggara memanfaatkan situasi tersebut dan bertanya, selama wanita ini mau pulang bersamanya, semuanya akan mudah ditangani. "Aku berjanji setelah proyek Impact Company selesai, aku pasti akan ke rumahmu. Tapi sekarang, aku sedang ada masalah kecil," Naya mengeluarkan sebuah flashdisk dari sakunya, dan meletakkannya di depan Dimas, dan dia berkata. "Setelah rapat hari ini, diputuskan untuk mengubah logo bangunan. Besok, kamu bujuk Impact Company untuk mengubahnya sesuai dengan gambar baru, dan tanggal pengiriman harus sesuai!" Dimas Anggara mengerutkan kening lalu mengambil flash disk dari Naya. Dia percaya bahwa Naya tidak sengaja mempersulitnya, wanita ini baru saja banyak membantu ibunya, jadi dia seharusnya melakukan ini. "Semangat!" Naya tersenyum, berbalik dan memasuki ruangan. Sebenarnya, dia dapat sepenuhnya menyerahkan masalah ini pada orang lain, tapi dia hanya ingin pria ini berusaha, dan masuk akal u
Dewi mengambil cuti sehari dan terus kembali ke perusahaan untuk bekerja, suasana hatinya benar-benar sedih. Selama dua malam, dia tidak bisa tidur nyenyak memikirkan ganti rugi ini. Meskipun Dimas Anggara menyuruhnya untuk tidak khawatir, dan ada juga solusinya, tapi bagaimana mungkin dia tidak khawatir?Dia takut Pak Andre akan mendatanginya hari ini, bahkan lapor polisi karena dia tidak mampu membayarnya, dan akhirnya kehilangan pekerjaannya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi Dewi bukanlah wanita yang suka melarikan diri, urusan ini harus ditangani, jika tidak bisa melakukannya, dia akan berlutut, berharap Manajer Andre bisa memaafkannya sekali."Bibi!" Benar saja, tidak lama setelah bekerja, Andre datang padanya."Pak Andre!" Dewi langsung berdiri tegak dan menyapa dengan hormat."Ya, aku datang untuk berbicara tentang—"Sebelum Andre selesai berbicara, Dewi menangis dan hampir berlutut di depannya."Bibi, apa yang kamu lakukan? Jangan seperti ini!" Andre dengan cepat membant
Di malam hari, ketika Dimas Anggara pulang kerja, Naya baru saja pulang. Karena apa yang terjadi tadi malam, hubungan keduanya jatuh ke titik beku. Bahkan jika sudah tahu yang sebenarnya, Naya merasa pria ini terlalu bodoh, dia sepertinya benar-benar tersulut emosi saat melihat wajahnya."Nona Naya, aku butuh bantuanmu!" Dimas Anggara masih tidak punya pilihan selain berbicara dengan sopan."Apa? Pinjam uang untuk makan malam dengan wanita lain?" ucap Naya dengan dingin.Kali ini dia terlihat menyesal, kenapa kata-katanya terdengar sedang cemburu? Pria ini tidak akan salah paham bahwa dia cemburu, 'kan?"Tidak!" Dimas Anggara tidak peduli apa yang dia pikirkan, hanya menceritakan masalah itu secara langsung, dan kemudian bertanya. "Bisakah bantu aku menghubungi Pak Andre itu agar ganti ruginya tidak terlalu banyak?"Naya tetap diam, tapi diam-diam menggelengkan kepalanya, kebetulan petugas pembersih yang merusak laptop dan ponsel Andre ternyata adalah ibu Dimas Anggara. Bukankah itu i