"Apa? Gagal lagi?" Kakak Dimas Anggara, Karin Anggara merasa sangat cemas ketika melihat Dimas Anggara pulang dalam kegagalan. "Dim, ini sudah yang ke 21 kalinya!"
Tinggi badan adiknya cukup tinggi, tubuhnya keren dan atletis, tapi kenapa tidak pernah berhasil dalam percintaan?Sekalipun seorang pria yang tidak mempunyai perasaan, pada akhirnya juga pasti bisa menemukan belahan jiwanya, bukan?Ibunya Dimas Anggara, Dewi, juga terlihat jauh lebih cemas dari kakaknya. Dia pun langsung menarik anaknya dan keluar dari rumah. "Kemari, ikut Mama!""Ma, apa yang Mama lakukan?" Dimas juga terkejut dan panik dengan kelakuan ibunya saat ini."Apa yang kulakukan? Mama sudah hampir mati cemas karenamu! Apa kamu masih tidak menyadarinya?" Sambil berjalan, Dewi juga berkata dengan cepat, "Aku juga tidak mengerti, tetangga yang ceroboh dan hanya berdiam diri di dalam rumah saja sudah mempunyai anak kedua di usia 28 tahun, tapi kenapa anakku malah tidak bisa menemukan pacar sampai berumur 35 tahun seperti ini?""Wanita itu langsung pergi tanpa berkencan buta denganmu, bukan? Aku sudah membayar ke mak comblang, mari kita ke rumahnya saja!""Apa?!" Dimas sungguh tidak percaya ibunya bisa depresi sampai gangguan mental seperti ini.Kencan buta gagal dan dia malah mau menyeret dirinya ke rumah wanita itu?Bukankah ini bentuk mempermalukan diri lagi?Hubungan itu dilandasi oleh dua pihak, jika hanya ada satu pihak yang berjuang, maka pihak itulah yang akan tersakiti.Melihat Dimas Anggara sekeluarga datang ke rumahnya, ekspresi yang dikeluarkan oleh Citra pun sepuluh kali lipat jauh lebih arogan dari di restoran Imperial tadi. Dia sudah tahu kalau pria tak bertanggung jawab seperti itu pasti terngiang-ngiang dengan kecantikannya. Benar saja, dia pun menguntitnya sampai ke rumahnya.Wulandari Nasution, dia adalah ibu dari Citra Nasution, dia pun memahami maksud dari kedatangan Dimas Anggara sekeluarga. Dia terlihat begitu arogan dan langsung mengangkat tangannya."Kalau anakmu ingin menikahi putriku, maka maharnya 500 juta, emas 100 gram, tidak boleh kurang sedikit pun!"Mendengar permintaan ini, Dimas Anggara pun benar-benar sudah menyerah di dalam hatinya. 'A-apa?Apakah wanita ini sedang menjual anaknya?!'Mendengar hal ini, Dewi pun hanya bisa menggertakkan giginya, kemudian mewakili anaknya untuk menyetujuinya. "Itu … tidak masalah!"Jika putri dari lawan pihak ingin menikah dengan anaknya, maka dia pun rela menjual rumah untuk menebus mahar sebesar itu."Satu lagi, dia harus memiliki rumah gedung dan mobil BMW untuk pernikahan ini! Selain itu, jangan berharap untuk tinggal bersama putriku setelah menikah!" Ayah dari Citra, Darwin, juga ikut menimpali.Ekspresi Dimas Anggara juga semakin kesal. 'Gila! Apa-apa ini?!''Dewi mulai terjebak dalam kesulitan. Jika dia bisa menjual rumah untuk menyanggupi mahar 500 juta dan emas itu, maka dari mana dia harus mendapatkan rumah beserta mobil untuk pernikahan anaknya?"Baik, tidak masalah!" Pada saat ini, Karin malah mewakili adiknya untuk menyetujuinya.Melihat Dimas Anggara sudah mulai emosi, dia pun diam-diam menekan tangannya agar dia tidak bersuara. Dia juga berharap adiknya bisa memiliki keluarganya sendiri secepatnya, tahun ini dirinya sudah berusia 35 tahun, dia juga sudah bekerja untuk beberapa tahun dan sudah mempunyai tabungan.Kalau ibunya bisa mengurus soal mahar, maka urusan mobil dan rumah untuk pernikahan biarkan dia sebagai kakak yang menyanggupinya."Satu lagi, semua biaya setelah menikah harus ditanggung oleh kalian!" Citra juga mengungkapkan permintaannya.Dimas Anggara sudah tidak tahan lagi untuk berada di sini, dia pun berkata dengan lantang. "Kamu ini, menikahkan putrimu atau menjual putrimu? Kalau memang setelah membeli untuk menjadi pengasuh, aku tidak keberatan! Tapi, kalau kamu ingin menjadi seorang tuan putri atau ratu, maka maaf, aku tidak mau!""Lihatlah! Coba lihat anakmu! Sikap macam apa ini?" Citra langsung berkata dengan lantang, "Belum menikah saja sudah seperti ini, bagaimana nanti setelah menikah? Pasti lebih kurang ajar lagi!""Tidak, ini sudah beres! Sudah beres!" Dewi masih bersikeras untuk mempertahankan pernikahan ini."Ibu, sudah, jangan memaksa lagi!" Kali ini, Karin pun tidak bisa menahan diri untuk membujuk.Apa yang dikatakan adiknya benar, wajar saja kalau pihak perempuan meminta mahar, emas, mobil serta rumah untuk pernikahan. Tapi jika kelak hanya mengandalkan adiknya untuk menghidupi keluarganya, maka itu sangat keterlaluan!Lalu, uang yang dihasilkan oleh istrinya untuk apa? Untuk menghidupi keluarganya sendiri?"Haha, Kak, jangan lupakan aku!" Tanpa diduga, adik dari Citra juga muncul, "Nanti kalau aku sudah waktunya untuk menikah, semua keperluan menikah seperti rumah dan mobil juga harus disiapkan olehmu dan kakak ipar!"Mendengar hal ini, Dimas Anggara langsung meledak. "Sial! Sebenarnya siapa yang aku nikahi? Kakakmu atau kamu sekeluarga?!" Nafas Dimas memburu dengan kesal. "Kenapa tidak langsung meminta aku untuk membiayai kalian sekeluarga? Bajingan!"Awalnya hanya sebuah kata sindiran, tapi Citra langsung kembali menyindirnya, "Haha, kamu yang bilang sendiri, ya! Kalau begitu, jangan lupa untuk menyiapkan pesta pernikahan dan bulan madu ke eropa! Jangan katakan padaku kalau kamu tidak sanggup!""Gak! Lebih baik aku menikah dengan seekor anjing, daripada menikah dengan wanita sepertimu!" Dimas Anggara benar-benar marah dan ingin sekali membalikkan meja.Seakan-akan darah yang ada di medan perang saat itu pun mendidih. 'Apa-apaan ini? Mereka sekeluarga bagaikan iblis!'"Lihatlah! Temperamen pria itu sangat buruk! Orang kasar, melihat sifatmu yang seperti ini, masih menginginkanku menikah denganmu? Mimpi! Sekalipun aku anjing, aku juga tidak akan menikah denganmu!" Citra juga menentang, dia menghina Dimas tanpa henti.Dia merasa, dengan semua yang dimiliki oleh dirinya, dia sama sekali tidak bermasalah untuk menikah dengan orang kaya generasi kedua. Dia memang tidak ingin menikah dengan Dimas Anggara yang miskin, sekarang, pria miskin ini memberontak dan dia sangat berterima kasih padanya!?Dimas Anggara pun berdiri sambil tersenyum sinis, kemudian tanpa berbicara dia membalikkan badannya dan langsung pergi.Dewi dan Karin hanya bisa mengikutinya pergi. Namun, begitu keluar dari kediaman keluarga Nasution, tiba-tiba berhenti tiga unit mobil mewah di depan rumah. Suara mobil itu juga mengejutkan keluarga Nasution. Melihat tiga unit mobil yang berharga miliaran itu, mereka pun tercengang."Apa yang terjadi?""Bagaimana mungkin mereka mempunyai tokoh besar yang melindungi mereka?"Dimas Anggara mengenali salah satu mobil yang ada di sana, mobil itu seperti pernah dilihat olehnya di restoran Imperial. Detik berikutnya, terlihat beberapa pengawal berpakaian jas yang turun dari mobil, kemudian Hendra langsung turun dari mobil.Pria tua itu tersenyum ramah kepada Dimas Anggara, kemudian berkata dengan sopan, "Nak Dimas, terima kasih kamu sudah menolongku di depan restoran Imperial, aku datang untuk membalasmu!""Bukankah dia Tuan besar keluarga Alfandy?""Ya, jika aku tidak salah, namanya Hendra Alfandy!""Ada apa pria penting sepertinya datang kemari?"Semua orang yang melihat pria tua itu mendekati Dimas terkejut.Karin juga tidak bisa menyembunyikan kesenangan di matanya, dia pun merangkul lengan adiknya dengan erat. "Apakah saatnya mengubah nasib?"Dimas Anggara mengerutkan keningnya, dia sungguh tidak menyangka ternyata pria tua ini orang kaya. 'Jangan-jangan, dia sengaja terjatuh di restoran Imperial?'Hendra melambaikan tangannya, lalu bawahannya langsung membawakan beberapa kotak hadiah, rangkaian emas, barang-barang antik dan bahkan ada sebuah kunci mobil BMW!Jika semua barang ini dijumlahkan nilainya bahkan mencapai 10 miliar lebih.Jika dihitung berdasarkan gaji tahunan yang sebesar 160 juta, maka Dimas Anggara tidak akan bisa menghasilkannya seumur hidup ini."A-apa?!""Emas dalam tiga kotak itu, semuanya isi emas!""Kunci mobil! Itu lambang mobil BMW!""Bahkan ada permata dan b
"Pak, ambil kembali semua barang-barang ini!" Dimas masuk ke dalam mobil, kemudian meminta Hendra untuk membawa pulang semua barang-barangnya."Apa?!" Jangankan Hendra, bahkan ibu dan kakaknya juga tidak menyangka akan hal ini."Semua harga barang-barang ini mencapai sepuluh miliar, kamu benar-benar tidak mau?" tanya Hendra tidak bisa menahan dirinya untuk memastikan kembali.Sepuluh miliar memang bagi Hendra bukan apa-apa, tapi bagi Dimas sekeluarga itu bagaikan gunung emas."Ya, aku tidak membutuhkannya." Dimas berkata dengan tegas, "Almarhum ayahku mengajarkanku untuk membantu tanpa menerima imbalan. Jadi, aku membantumu dengan tulus tanpa mengharapkan apa pun darimu, aku tidak bisa menerimanya!"Melihat adiknya yang begitu baik hati, Karin pun hanya bisa menghelakan napas dengan tak berdaya. Sedangkan Dewi, dia terlihat semakin depresi dan kecewa. Kalau begini terus, sampai kapan anaknya baru bisa menikah?"Haha, baiklah!" Hendra mengangguk dengan semangat, lalu membawa semua bara
"Menikah denganmu hanyalah caraku untuk menepati janjiku kepada kakekku!" dengus Naya dengan suara yang dingin.Mendengar itu, Dimas mengerutkan keningnya. "Jangan terlalu serius dengan pernikahan ini, juga jangan terlalu memedulikanku. Jadi, kamu bisa terus melakukan semua hal yang kamu lakukan seperti sebelum menikah!""Sekalipun kamu pergi mencari wanita lain, aku juga tidak akan peduli," Naya kembali mendengus dengan dingin.Mendengar hal ini, hati Dimas Anggara pun terasa sakit, sudut bibirnya terus berkedut. 'Apakah aku salah mendengar? Atau Naya salah berbicara?'Bukankah kata-kata seperti ini biasanya dilontarkan kepada seorang pria brengsek yang menyukai banyak wanita?"Oh iya, aku ingat dengan perkataanmu sebelumnya, kamu belum membeli rumah, 'kan?" tanya Naya tiba-tiba."Ya." Dimas Anggara mengangguk, Naya pun langsung memberikan sebuah kunci padanya.Naya merupakan Direktur PT. Semesta Abadi, dia memang selalu menyelesaikan urusannya dengan teliti dan rapi, selalu menyiapk
"Citra? Untuk apa kamu datang kemari, hah?!" Dimas Anggara sangat muak dengan senyuman yang penuh dengan ambisi munafik ini, dia pun langsung memberitahunya. "Kamu tidak perlu menemuiku, aku menolak semua pemberian pria tua bangka itu!""Apa? Kamu bilang kamu sudah mengembalikan semua pemberian itu?" Citra hampir saja mematung setelah mendengar Dimas Anggara mengembalikan pemberian yang mencapai sepuluh miliar tersebut."Astaga …. Ya Tuhan …. Kenapa bisa ada pria bodoh sepertimu di dunia ini?" Maki Citra penuh emosi. 'Polos, angkuh, keterbelakangan mental! Pantas saja hidupnya begitu menyedihkan!' umpatnya dalam hati.'Siapa yang mau menikah dengan pria seperti ini? Kalau sampai ada, maka mereka pasti ditakdirkan miskin seumur hidup!'"Citra, kamu datang? Cepat masuklah!"Begitu mendengar keributan yang ada di luar, Dewi pun keluar dan melihat Citra sedang berdiri di sana, lalu mempersilakannya masuk dengan hangat.Ini adalah pertama kalinya ada seorang wanita yang mencari putranya sa
"Ma, aku akan berdiskusi terlebih dahulu dengannya dan baru memberitahumu nanti, ya?" Dimas Anggara memutuskan untuk menggunakan kata-kata formal seperti ini.Dia tidak bisa menolak ibunya, tapi juga tidak bisa menyetujuinya, hanya bisa melihat situasi ke depannya nanti."Baiklah kalau begitu!" Dewi terus melanjutkan, "Dimas, kamu akan pindah hari ini, bukan? Wanita menyukai hal-hal yang romantis, hari ini adalah malam pengantinmu, jangan sampai kamu bersikap dingin kepadanya! Kamu harus menjaganya dengan baik, mengerti?"'Eh, malam pengantin?' Dimas Anggara sama sekali tidak memikirkan akan hal ini.Dia percaya kalau Naya juga sama. Wanita itu bahkan tidak mempunyai pemikiran untuk tidur di kamar yang sama dengannya. Selamanya tidak akan mungkin!Namun, Dimas Anggara tetap mengangguk. "Kalau begitu, aku akan pindah hari ini! Ma dan Kak, kalian harus menjaga kesehatan dengan baik, telepon aku kalau ada masalah."Hanya dengan kata-kata yang begitu sederhana, tapi membuat Dewi dan Karin
"Pak Tua, apa maksud dari cucu yang super dinginmu itu? Dia memintaku ke Villa Mutiara untuk tinggal bersamanya, tapi dia malah memblokirku?" gerutu Dimas dengan kesal sembari berjalan melihat-lihat setiap bangunan di Villa Mutiara. "Apa kalian sedang mempermainkanku? Apakah kalian menipuku?!" Timpalnya.Mendengar hal ini, Hendra pun terdiam seketika. "Anak muda, jangan khawatir, aku akan meneleponnya sekarang juga!"Hendra langsung menenangkan Dimas Anggara, dia juga takut cucu menantu yang dicari susah payah olehnya malah pergi begitu saja. Sedangkan Keluarga Alfandy begitu kaya, dia juga tidak tahu seberapa banyak aset yang dibeli oleh cucunya, jadi dia harus bertanya kepada Naya.***Kring~~Kembali lagi ke sisi Naya, dia baru saja hendak melanjutkan kembali rapatnya, tapi ponselnya tiba-tiba berdering lagi.Baru saja hendak mematikan telepon tersebut, dia malah melihat nama kakeknya terpampang di layarnya 'Kakek', dia pun mengangkatnya dengan tak berdaya."Ada apa, Kek? Aku masih
Ketika Dimas Anggara kembali pulang ke rumah Naya. Dia tidak mematikan lampu ketika keluar, kondisi rumah juga tetap rapi ketika dia pulang. Jadi, dia tidak tahu kalau Naya sudah pulang 15 menit yang lalu. Badannya penuh dengan keringat setelah pulang dari berbelanja, dia pun melepaskan bajunya dan langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi.Namun, begitu dia membuka pintu kamar mandi, dia pun tercengang. Matanya menatap dengan lekat ke arah wanita yang sedang berendam di sana, matanya tiba-tiba kehilangan kekuatan untuk berkedip.Naya sedang menikmati waktu santainya di dalam bak mandi, sepasang kakinya yang putih mulus terlihat menonjol dari air, sepuluh jari kaki itu pun terlihat sangat indah, seperti bunga plum di tengah musim salju. Meskipun bak mandi tersebut penuh dengan gelembung sabun, tapi dari posisi tinggi Dimas Anggara yang melihat ke bawah tetap bisa melihat keindahan yang ada di dalam air.Wanita itu putih sampai tidak masuk akal, postur tubuhnya juga sangat indah, b
'A-apa? Bagaimana mungkin?!' Naya terkejut, baru hari pertama bertemu, tapi pria ini sudah mengetahui penyakitnya.Selanjutnya, Dimas Anggara pun mengangkat pakaian tidurnya dengan pelan."A-apa yang kamu lakukan? Apa kamu ingin mati?" Entah kekuatan dari mana, Naya pun langsung memutar tangan Dimas Anggara.Sebagai putri dari Keluarga Alfandy, dia sudah belajar bela diri dari kecil, dia bukan sosok yang mudah ditindas oleh pria biasa."Uh! A-aku …" Dimas Anggara kesakitan, tapi tidak melawan, melainkan berkata seraya menggertakkan gigi, "Aku akan membantumu mengurangi rasa sakit!"Di waktu yang sama, Dimas Anggara juga berpikir di dalam hati. 'Sudah begitu cantik, tapi kenapa tidak ada aura kewanitaan sama sekali? Dasar monster!'"Bukankah … bukankah kamu seorang dokter kandungan? Kamu bisa mengatasi penyakit dalam seperti ini?" Naya setengah memercayai perkataannya.Hanya saja, tiba-tiba dia mulai merasakan sakit yang amat parah dari perutnya lagi, dia pun melepaskan tangan Dimas An
Yang ada di meja makan sanak saudara keluarga Nasution dan Budiman adalah makanan lezat dan alkohol berkualitas bagus. Hanya meja makan keluarga Dimas yang diberi makanan seperti lobak kering, ikan asin dan udang kecil yang kering.Brak!Karin benar-benar tidak tahan lagi, awalnya dia ingin memukul meja dan berdiri. Tidak disangka adiknya sudah mendahuluinya dan bertanya pada Citra dengan emosi."Apa maksudmu?"Tadi saat Citra mengatur tempat duduk, bisa dianggap itu adalah kebetulan, karena Citra dan Budiman ingin memamerkan kelebihan, Dimas pun tidak mmemedulikannya Tapi, tindakan Citra sekarang jelas-jelas ingin mempermalukan keluarga Dimas di depan umum. Sebagai pria di keluarga Anggara, dia tidak akan membiarkan ibu dan kakaknya ditindas."Hehehe …. apa maksud pertanyaanmu? Aku tidak mengerti!" Citra hanya tertawa dingin melihat Dimas yang marah."Hahaha …. Riza langsung tertawa keras tanpa segan. "Dimas, gaji tahunanmu baru mencapai 120 juta, pendapatan keluargamu juga tidak
"Mama, Dimas, ayo pergi!" Karin tidak tahan diperlakukan begitu, belum duduk saja dia sudah mau langsung pergi.Meski malam ini keluarga Nasution yang mentraktir, tapi lebih baik tidak perlu makan jika mendapat perlakuan ini. Tapi, Dewi menariknya, dia tidak ingin Karin marah.Meski mereka dan keluarga Nasution tidak memiliki hubungan kekeluargaan, tapi karena mak comblang yang dicari saat itu sama, itu berarti mereka ditakdirkan saling mengenal. Tempat tinggal keluarga mereka juga tidak jauh, jadi lebih baik jangan menambah musuh.Citra melihat Dimas dengan bbangga Wulandari dan Riza juga melihat Dimas. Sampai sekarang, pria ini masih tidak mau pergi, dia pasti masih ingin menikahi Citra. Mereka memang suka melihat orang yang tidak tahu diri dipermalukan.Saat ini, seorang pria yang memakai jas mahal berjalan masuk. Citra langsung menyambut begitu melihatnya, lalu menggandeng lengannya dengan lembut. Melihat hal ini, sanak saudara yang ada di ruangan pun heboh. Bahkan Dewi pun sedik
"Oh ya, Dimas, keluarga Nasution mengundang kita makan besok malam, aku sudah menyutujuinya karena tidak enak hati menolak!" Dewi tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Dimas Anggara sedikit tidak menyangka, dia langsung mengerutkan dahi dan bertanya. "Keluarga Nasution? Keluarga Nasution yang mana?" 'Tidak mungkin Citra, 'kan?!' "Keluarganya Citra!" Dewi langsung menjawab. "Ibunya sengaja datang mengundangku, katanya putrinya naik pangkat, mereka ingin mengundang semua orang untuk makan! Aku tidak enak hati untuk menolaknya, jadi aku menyetujuinya. Selain itu, jika aku tidak pergi, Wulan pasti akan bilang aku berpandangan sempit!" Begitu mendengarnya, Dimas Anggara langsung tahu maksud mereka. Hanya ibunya yang begitu polos. Tanpa berpikir pun Dimas Anggara tahu, keluarga Citra pasti tidak berniat baik dengan mengundang keluarganya ke sana. Tapi bagaimanapun, dia pernah kencan buta dengan wanita itu, mereka juga pernah mengerjakan proyek bersama. Kini setelah proyeknya berhas
Saat menikah dengan Dimas Anggara, Naya sama sekali tidak melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan, dia tidak pernah memakai kompor gas ataupun dapur. Kini ternyata dia bisa memasak mi sendiri, warna dan aromanya pun sangat menggugah selera, benar-benar sangat pintar. "Memangnya masih perlu dibilang?" Kata Naya sambil tersenyum tipis. Tapi, tidak lama kemudian dia kembali menunjukkan ekspresi dingin. Sebagai presdir Semesta Abadi, mana boleh langsung merasa senang begitu dipuji seorang pria? "Aku sisakan sedikit untukmu, mau tidak? Akan kubuang jika tidak mau!" Kata Naya sambil berdiri dengan sikap dingin. Dimas Anggara langsung maju dan memegang mangkuk kecil berisi mi itu. Telur, daging cincang, campuran bumbu dan hiasannya sungguh indah. Hanya Naya yang punya niat seperti ini. Jika itu Dimas Anggara, dia akan langsung makan begitu selesai masak, mana mungkin mau menghias makanan lagi? Melihat Dimas Anggara yang makan dengan lahap dan menghabiskan mi itu hanya dengan 2 kali sua
"Oh ya, ini adalah desain logo lambang bangunan terbaru, ingatlah untuk dibuat berdasarkan permintaan terbaru!" Hari ini Dimas Anggara datang hanya untuk memahami perkembangan proyek Impact Company. Saat tahu mereka sama sekali belum membuat logo lambang yang terakhir, Dimas Anggara pun merasa tenang karena perubahan Semesta Abadi tidak berpengaruh bagi mereka. Dengan begitu, proyek ini pasti sempat diselesaikan dan diserahkan pada akhir bulan. Sampai saat itu, tidak ada alasan bagi Naya untuk menolak pulang bersamanya. Citra sangat kesal karena merasa Dimas Anggara sedang memanfaatkan jabatannya yang lebih tinggi untuk memerintahkannya mengerjakan sesuatu. Dimas Anggara mengubah sesuka hati, Citra pun tidak bisa menolak karena saat rapat teknisinya sudah memastikan bahwa hal itu masih bisa diubah. Dia merasa dia seperti bawahan orang tidak berguna ini, tapi dia tetap harus mengambil gambar desain itu dan mengangguk meski kesal. "Terima kasih telah melayani kami, sampai jumpa!" Dim
Tidak lama kemudian, Citra secara langsung membawa buah dan minuman ke ruangan VVIP. Saat melihat Priska, Citra tersenyum ramah dan melayaninya dengan baik. "Silahkan, Nona Priska." Lalu, Citra melirik ke arah Dimas dan bergumam. 'Huh, berikan saja segelas air putih pada penagih tidak berguna ini demi menghargai atasannya!' Melihat sikap Citra, Priska langsung menegurnya. "Nona Citra, apa maksudmu? Jika tidak senang dengan kedatangan kami untuk memeriksa proyek, kamu boleh langsung bilang, kami akan segera pergi!" "Hah? Nona Priska, a-aku …. Aku tidak mengerti maksudmu, aku sangat senang dengan kedatangan kalian!" Kata Citra yang kebingungan dan tidak tahu kesalahannya. "Kamu senang, tapi sengaja mengabaikan penanggung jawab kami?!" Priska mendengus kesal. "A-apa? Penanggung jawab?!" Melihat tatapan Priska, Citra baru tahu bahwa dirinya telah salah. 'Ternyata, penanggung jawabnya bukan Nona Priska?! Melainkan pria yang tidak berguna ini? A-apa yang terjadi? Mengapa seorang d
"Oh, aku pikir kamu harus melakukan sesuatu!" "Apa, Nona Naya?" Dimas Anggara memanfaatkan situasi tersebut dan bertanya, selama wanita ini mau pulang bersamanya, semuanya akan mudah ditangani. "Aku berjanji setelah proyek Impact Company selesai, aku pasti akan ke rumahmu. Tapi sekarang, aku sedang ada masalah kecil," Naya mengeluarkan sebuah flashdisk dari sakunya, dan meletakkannya di depan Dimas, dan dia berkata. "Setelah rapat hari ini, diputuskan untuk mengubah logo bangunan. Besok, kamu bujuk Impact Company untuk mengubahnya sesuai dengan gambar baru, dan tanggal pengiriman harus sesuai!" Dimas Anggara mengerutkan kening lalu mengambil flash disk dari Naya. Dia percaya bahwa Naya tidak sengaja mempersulitnya, wanita ini baru saja banyak membantu ibunya, jadi dia seharusnya melakukan ini. "Semangat!" Naya tersenyum, berbalik dan memasuki ruangan. Sebenarnya, dia dapat sepenuhnya menyerahkan masalah ini pada orang lain, tapi dia hanya ingin pria ini berusaha, dan masuk akal u
Dewi mengambil cuti sehari dan terus kembali ke perusahaan untuk bekerja, suasana hatinya benar-benar sedih. Selama dua malam, dia tidak bisa tidur nyenyak memikirkan ganti rugi ini. Meskipun Dimas Anggara menyuruhnya untuk tidak khawatir, dan ada juga solusinya, tapi bagaimana mungkin dia tidak khawatir?Dia takut Pak Andre akan mendatanginya hari ini, bahkan lapor polisi karena dia tidak mampu membayarnya, dan akhirnya kehilangan pekerjaannya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi Dewi bukanlah wanita yang suka melarikan diri, urusan ini harus ditangani, jika tidak bisa melakukannya, dia akan berlutut, berharap Manajer Andre bisa memaafkannya sekali."Bibi!" Benar saja, tidak lama setelah bekerja, Andre datang padanya."Pak Andre!" Dewi langsung berdiri tegak dan menyapa dengan hormat."Ya, aku datang untuk berbicara tentang—"Sebelum Andre selesai berbicara, Dewi menangis dan hampir berlutut di depannya."Bibi, apa yang kamu lakukan? Jangan seperti ini!" Andre dengan cepat membant
Di malam hari, ketika Dimas Anggara pulang kerja, Naya baru saja pulang. Karena apa yang terjadi tadi malam, hubungan keduanya jatuh ke titik beku. Bahkan jika sudah tahu yang sebenarnya, Naya merasa pria ini terlalu bodoh, dia sepertinya benar-benar tersulut emosi saat melihat wajahnya."Nona Naya, aku butuh bantuanmu!" Dimas Anggara masih tidak punya pilihan selain berbicara dengan sopan."Apa? Pinjam uang untuk makan malam dengan wanita lain?" ucap Naya dengan dingin.Kali ini dia terlihat menyesal, kenapa kata-katanya terdengar sedang cemburu? Pria ini tidak akan salah paham bahwa dia cemburu, 'kan?"Tidak!" Dimas Anggara tidak peduli apa yang dia pikirkan, hanya menceritakan masalah itu secara langsung, dan kemudian bertanya. "Bisakah bantu aku menghubungi Pak Andre itu agar ganti ruginya tidak terlalu banyak?"Naya tetap diam, tapi diam-diam menggelengkan kepalanya, kebetulan petugas pembersih yang merusak laptop dan ponsel Andre ternyata adalah ibu Dimas Anggara. Bukankah itu i