"Eh? Apa-apaan ini?!"
Tahun ini, Dimas berusia 35 tahun dan selalu gagal dalam hal percintaan. Setelah wajib militer selama 9 tahun, dia pun bekerja di sebuah rumah sakit terkenal di Jakarta selama 5 tahun tahun. Dia bekerja sebagai dokter spesialis kandungan dengan gaji tahunan sebesar 180 juta!Di sisi lain, ibunya khawatir dirinya tidak mendapatkan istri, jadi setiap hari ibunya terus mendesaknya untuk menikah. Tapi, dirinya tidak mempunyai keahlian untuk mencari kekasih, karena itu dia hanya bisa pergi menemui wanita yang akan dijodohkan ibunya.Sebelumnya, dia telah bertemu dengan 20 kandidat wanita calon kekasihnya. Jelas-jelas dia tahu tidak akan membuahkan hasil, tapi dia tetap melalui proses seperti ini. Dimas Anggara benar-benar merasa sangat pusing mengikuti keinginan ibunya. Dan kali ini, dia salah bertemu orang?Dimas Anggara langsung membelalakkan matanya. "Bukankah ini meja nomor 21?""Iya benar, tapi ini meja di ruangan VIP, untuk meja nomor 21 biasa berada di aula, kamu bisa keluar dari pintu di sebelah kanan!" Naya berkata dengan sinis seraya menunjuk keluar."Ini … M-maaf! Aku salah tempat!" Dimas Anggara merasa sangat malu, dia pun bergegas berdiri.'Sungguh memalukan!' dengus Dimas dalam hati. 'Perjodohan? Aduh, bisa-bisanya salah meja! Bikin malu!''Pantas saja wanita cantik itu terus menertawakanku, dia pasti merasa aku bagaikan buruk rupa yang menginginkan tuan putri cantik!'Setelah Dimas Anggara pergi, tiba-tiba datang empat pengawal membawa seorang pria tua masuk. Jika Dimas Anggara ada di sana, dia pasti akan sangat terkejut, karena pria tua itu merupakan orang yang baru saja ditolong olehnya."Naya … mungkin ini yang dinamakan jodoh?" ujar Pria tua itu."Kamu mempunyai penyakit misandri di mana tidak menyukai pria, belum pernah berpacaran sampai di usia 30 tahun ini, juga belum pernah ada pria yang berani mendekatimu!" sahut Pria tua itu tertawa. "Tapi, pria itu malah berhasil. Selain itu, dia sangat baik, dia baru saja menolongku di luar sana dan tidak menginginkan imbalan!"Pria tua itu merupakan pengusaha besar di Jakarta, Hendra Alfandy, kepala Keluarga Alfandy yang merupakan keluarga kelas atas.Meskipun sangat kaya, tapi dia mempunyai kehidupan yang sangat menyedihkan!Hendra mempunyai tiga putra, tapi mereka mati mengenaskan di hadapannya, dia tidak mempunyai putra sebagai pewaris keluarganya dan hanya menyisakan seorang anak wanita. Sedangkan Naya, dia merupakan cucu perempuan yang paling disayangi olehnya, yang tak lain adalah penerus dari PT. Semesta Abadi.Meski Naya sangat cerdas, tapi dia belum pernah berpacaran selama ini. Oleh karena itu, Hendra ingin melihat cicitnya lahir sebelum dirinya meninggal.Sesaat sebelum Hendra datang menemui Naya, pria tua itu membuat rencana seakan-akan dia ditabrak oleh mobil. Ternyata itu hanyalah sebuah kebohongan untuk mencari seorang pria yang baik dan juga jujur. Setelah menemukan pria itu, dia ingin menjadikannya tunangan sang cucu, tapi siapa sangka, ternyata Dimas sudah bertemu dengan Naya di restoran ini!Bukankah ini namanya takdir?Naya pun berkata dengan raut wajah dingin, "Kakek, dia memang sudah berhasil lulus dari ujianmu, tapi dia tidak berhasil lulus dari ujianku. Jika dia berhasil, maka aku akan menikah dengannya!"Naya ingin memenuhi keinginan kakeknya, tapi dia juga ingin menikah dengan seorang pria yang bisa diandalkan.Jika terlalu buru-buru menikah hanya karena pertemuan tadi, maka itu terlalu ceroboh baginya."Baik! Aku percaya pria itu pasti bisa berhasil!" Mata Hendra berbinar, tatapannya penuh dengan penantian.Setelah Dimas Anggara keluar dan berbelok ke arah kanan, barulah dia menemukan meja nomor 21. Benar saja, terlihat duduk seorang wanita di sana. Dari ekspresinya, terlihat wanita itu telah menunggu cukup lama.Wanita itu juga lumayan cantik, dia mengenakan pakaian kantoran dan postur tubuhnya sangat montok bak gitar spanyol. Meskipun auranya tidak bisa dibandingkan dengan Naya, tapi dia layak dijadikan wanita idaman.Dimas Anggara juga tidak kecewa. Lagi pula, dia tahu akan kemampuan yang dimiliki olehnya. Setelah merapikan pakaiannya, Dimas Anggara pun berjalan ke hadapan wanita tersebut, kemudian tersenyum."M-maaf, aku terlambat! Aku Dimas Anggara, berusia 35 tahun dan aku seorang dokter spesialis wanita dan mempunyai gaji tahunan sebesar—""Berhenti!" ucap Wanita itu dengan dingin memotong ucapan Dimas"Apa maksudmu?" tanya Dimas sedikit terkejut mendengar ucapan wanita itu."Dengan kemampuan seperti itu, kamu pikir ada wanita yang bersedia menikah denganmu?" Wanita itu melirik Dimas dengan tatapan dingin. "Beraninya kamu terlambat? Apa kamu merasa kamu sudah hebat bisa datang terlambat selama ini?""Membuang-buang waktuku saja!"Wajah wanita itu memerah.Syur!Tiba-tiba wanita itu pun langsung menyiram wajah Dimas dengan air setelah puas meluapkan kemarahannya.Seketika, seluruh tubuh Dimas basah kuyup. Akan tetapi, dia hanya tersenyum dan tidak marah. Bagaimanapun juga, dia terlambat karena kecerobohannya sendiri, jadi wajar saja kalau wanita itu marah seperti ini."Huh! Sudah tua dan baru mempunyai gaji tahunan sebesar 180 juta? Aku akhirnya mengerti kenapa kamu masih saja belum mempunyai pasangan dalam hidupmu!""Tidak mempunyai persepsi sama sekali, pria yang tidak mempunyai tanggung jawab ditakdirkan untuk menjadi manusia rendahan seumur hidup!""Masih ingin kencan denganku? Dari mana kamu mempunyai keberanian itu? Jangan bermimpi!"Setelah mengumpat dengan kejam kepada Dimas Anggara, wanita itu pun berdiri dan langsung pergi. Dia bahkan tidak memberi tahu namanya.Tidak hanya itu, wanita itu bahkan mengeluarkan dua lembar uang pecahan seratus ribu, kemudian meletakkan di atas meja dengan keras, untuk membayar minuman yang dipesan olehnya.Raut wajah Dimas Anggara langsung berubah dingin, emosinya seketika melonjak!'Apakah wanita ini sedang mempermalukanku?!'Meskipun Dimas Anggara tidak terlalu mengharapkan pernikahan, tapi bukan berarti dia tidak memiliki temperamen. Kali ini, dia ingin membuat wanita ini menyesal. Namun, dia tidak mempunyai kemampuan itu.Setelah wanita itu pergi, Dimas Anggara juga meninggalkan restoran itu dengan perasaan sedih."Arghh!"Baru saja tiba di depan pintu, dia pun melihat seorang pria tua sengaja menabrakkan dirinya ke sebuah mobil, lalu mengeluarkan erangan yang sangat mengenaskan.Terlihat dengan sangat jelas kalau pria tersebut sedang melakukan penipuan.Dimas Anggara mengerutkan keningnya. "Kenapa begitu banyak kejadian menyebalkan di restoran ini?!""Ah, tabrakan!" Teriak seseorang terkejut."Ah! Rasanya kakiku patah!"Setelah pria tua tersebut terjatuh, seketika muncul tiga hingga empat pria yang bekerja sama untuk meramaikan kejadian."Tolong!""Cepat panggil ambulans!""Cepat!"Dimas Anggara pun langsung mengetahui kalau mereka adalah komplotan. Pada saat ini, turun seorang wanita muda dari dalam mobil tersebut dengan tergesa-gesa. Dia mengenakan gaun terusan tanpa lengan sehingga menampakkan kulitnya yang putih, kulitnya terlihat sangat halus seperti salju. Sepasang kakinya yang jenjang sangat menggoda, garis payudaranya juga sangat indah, postur tubuhnya sangat seksi."Kenapa? Mobilku begitu lambat, bagaimana mungkin bisa mematahkan kakimu?" Wanita itu menjelaskan dengan panik."Jangan banyak omong kosong!""Jelas-jelas kamu menabraknya!""Cepat ganti rugi!"Selanjutnya, para komplotan dari pria tua langsung mengelilingi wanita tersebut.Penipuan seperti ini banyak dilihat oleh pengunjung restoran itu, tapi tidak seorang pun yang berani bersuara untuk menyangkal setelah melihat sekelompok pria ini."Berapa yang kalian mau?" Tatapan wanita cantik itu sungguh tak berdaya, dia ingin segera menyelesaikan masalah ini.Namun, sekelompok pria tersebut menatap payudaranya yang bergetar, air liur hampir saja menetes dari mulut mereka.Tiba-tiba seorang pria menarik roknya dan berkata. "Haha … Nona, kamu begitu cantik, bagaimana kalau kamu menemani kami bermain?"Sekelompok preman itu langsung menggoda wanita tersebut. Wanita itu terkejut dan langsung memundurkan langkahnya.BRUK!Karena dia berjalan mundur, sehingga tidak sengaja menabrak Dimas Anggara."Aduh! M-maa---"Dimas Anggara tidak mengambil kesempatan, melainkan maju dan melindungi wanita tersebut, lalu berkata kepada pria tua dan lainnya. "Apa yang kalian inginkan?!"Sekelompok preman tersebut sedikit takut ketika melihat Dimas Anggara menatap mereka dengan aura membunuh.Pada saat ini, Naya sedang duduk di dalam restoran Imperial, dia pun melihat semua kejadian ini melalui jendela. "Ternyata, pria itu cukup baik."Jika itu orang lain, mana ada yang berani menghadapi lima preman sekaligus?BUGH!Tiba-tiba, Dimas menginjak kaki Pria tua tersebut."Argh!" Pria tua tersebut menjerit kesakitan, "Argh! Kakiku! Kakiku patah!" dia merasa kesakitan yang amat parah lalu bergegas beranjak.Para penonton yang ada di sekitar seketika tersentak."Pria ini kejam sekali!""Apa yang dilakukan pria itu?""Menghakimi seorang pria yang tertabrak, sungguh kejam!"Naya juga tersenyum melihat hal ini.restoran Imperial ini adalah miliknya, jadi dia juga secara tidak langsung melihat adegan kencan buta yang dilalui Dimas Anggara. Melihat dirinya disiram air oleh perempuan dan tidak melawan, Naya berpikir bahwa dia adalah pengecut, tapi siapa sangka dia melampiaskan kemarahannya bukan kepada seorang wanita."Aku rasa, pria itu memang cukup kejam, tapi sangat menawan.""Kenapa? Bukankah kakimu patah? Tapi masih bisa bangun, ya!" sindir Dimas Anggara.Semua orang yang ada di sana melihat bahwa kaki Pria tua tersebut tidak patah, karena ada Dimas Anggara yang memimpin, maka semua orang mulai bersuara."Apa? Penipuan?""Mereka menipu! Pria-pria pembohong!""Hajar saja mereka, ayo!"Para preman yang sebelumnya masih merusuh, kini seketika tak berdaya melihat kerumunan orang-orang saling berteriak."Huh, dasar bocah tengik, anggap saja kamu beruntung! Lihat saja nanti!" Pria tua itu langsung mengumpat dan melarikan diri setelah melihat situasi tidak mendukung."Mas, terima kasih, ya. Kalau boleh, maukah kamu datang ke rumahku untuk sekedar minum?" Wanita itu berterima kasih dengan ramah, dia bahkan mengajak Dimas Anggara masuk ke dalam mobilnya seperti ingin menempel padanya."Tidak perlu, aku masih ada urusan!" Dimas Anggara malah memilih pergi dan tampak tidak ingin diekspos.Dimas seakan tidak tergoda sehingga membuat wanita itu merasa frustasi, fia menghentakkan kakinya dengan kesal.'Apakah aku tidak pantas di matanya?'Wanita itu sudah berinisiatif terlebih dahulu, tapi kenapa dia mengabaikannya?"Haha …." Di dalam restoran Imperial, tiba-tiba terdengar suara tawa dari kakek Naya. "Lihatlah, Naya. Sudah kukatakan kalau karakter pria itu sangat baik! Asistenmu yang begitu seksi saja, dia tidak terpikat. Jadi, kamu tidak perlu takut dia berselingkuh setelah menikah nanti!"Naya mendengarkan perkataan kakeknya, dia juga mulai sedikit menghargai Dimas Anggara. Dia sebenarnya membenci pria, sebagian besar karena membenci nafsu belaka pria. Namun, pria seperti Dimas Anggara memang sedikit berbeda dari yang lain."Kakek, jangan senang terlalu dini! Pria yang tidak bernafsu, pasti dia—" Naya berdiri dengan dingin, dia tetap tidak percaya kalau Dimas Anggara bisa melewati ujian rahasia keduanya."Apa? Gagal lagi?" Kakak Dimas Anggara, Karin Anggara merasa sangat cemas ketika melihat Dimas Anggara pulang dalam kegagalan. "Dim, ini sudah yang ke 21 kalinya!"Tinggi badan adiknya cukup tinggi, tubuhnya keren dan atletis, tapi kenapa tidak pernah berhasil dalam percintaan?Sekalipun seorang pria yang tidak mempunyai perasaan, pada akhirnya juga pasti bisa menemukan belahan jiwanya, bukan?Ibunya Dimas Anggara, Dewi, juga terlihat jauh lebih cemas dari kakaknya. Dia pun langsung menarik anaknya dan keluar dari rumah. "Kemari, ikut Mama!""Ma, apa yang Mama lakukan?" Dimas juga terkejut dan panik dengan kelakuan ibunya saat ini."Apa yang kulakukan? Mama sudah hampir mati cemas karenamu! Apa kamu masih tidak menyadarinya?" Sambil berjalan, Dewi juga berkata dengan cepat, "Aku juga tidak mengerti, tetangga yang ceroboh dan hanya berdiam diri di dalam rumah saja sudah mempunyai anak kedua di usia 28 tahun, tapi kenapa anakku malah tidak bisa menemukan pacar sampai berumur 35 tahun se
"Bukankah dia Tuan besar keluarga Alfandy?""Ya, jika aku tidak salah, namanya Hendra Alfandy!""Ada apa pria penting sepertinya datang kemari?"Semua orang yang melihat pria tua itu mendekati Dimas terkejut.Karin juga tidak bisa menyembunyikan kesenangan di matanya, dia pun merangkul lengan adiknya dengan erat. "Apakah saatnya mengubah nasib?"Dimas Anggara mengerutkan keningnya, dia sungguh tidak menyangka ternyata pria tua ini orang kaya. 'Jangan-jangan, dia sengaja terjatuh di restoran Imperial?'Hendra melambaikan tangannya, lalu bawahannya langsung membawakan beberapa kotak hadiah, rangkaian emas, barang-barang antik dan bahkan ada sebuah kunci mobil BMW!Jika semua barang ini dijumlahkan nilainya bahkan mencapai 10 miliar lebih.Jika dihitung berdasarkan gaji tahunan yang sebesar 160 juta, maka Dimas Anggara tidak akan bisa menghasilkannya seumur hidup ini."A-apa?!""Emas dalam tiga kotak itu, semuanya isi emas!""Kunci mobil! Itu lambang mobil BMW!""Bahkan ada permata dan b
"Pak, ambil kembali semua barang-barang ini!" Dimas masuk ke dalam mobil, kemudian meminta Hendra untuk membawa pulang semua barang-barangnya."Apa?!" Jangankan Hendra, bahkan ibu dan kakaknya juga tidak menyangka akan hal ini."Semua harga barang-barang ini mencapai sepuluh miliar, kamu benar-benar tidak mau?" tanya Hendra tidak bisa menahan dirinya untuk memastikan kembali.Sepuluh miliar memang bagi Hendra bukan apa-apa, tapi bagi Dimas sekeluarga itu bagaikan gunung emas."Ya, aku tidak membutuhkannya." Dimas berkata dengan tegas, "Almarhum ayahku mengajarkanku untuk membantu tanpa menerima imbalan. Jadi, aku membantumu dengan tulus tanpa mengharapkan apa pun darimu, aku tidak bisa menerimanya!"Melihat adiknya yang begitu baik hati, Karin pun hanya bisa menghelakan napas dengan tak berdaya. Sedangkan Dewi, dia terlihat semakin depresi dan kecewa. Kalau begini terus, sampai kapan anaknya baru bisa menikah?"Haha, baiklah!" Hendra mengangguk dengan semangat, lalu membawa semua bara
"Menikah denganmu hanyalah caraku untuk menepati janjiku kepada kakekku!" dengus Naya dengan suara yang dingin.Mendengar itu, Dimas mengerutkan keningnya. "Jangan terlalu serius dengan pernikahan ini, juga jangan terlalu memedulikanku. Jadi, kamu bisa terus melakukan semua hal yang kamu lakukan seperti sebelum menikah!""Sekalipun kamu pergi mencari wanita lain, aku juga tidak akan peduli," Naya kembali mendengus dengan dingin.Mendengar hal ini, hati Dimas Anggara pun terasa sakit, sudut bibirnya terus berkedut. 'Apakah aku salah mendengar? Atau Naya salah berbicara?'Bukankah kata-kata seperti ini biasanya dilontarkan kepada seorang pria brengsek yang menyukai banyak wanita?"Oh iya, aku ingat dengan perkataanmu sebelumnya, kamu belum membeli rumah, 'kan?" tanya Naya tiba-tiba."Ya." Dimas Anggara mengangguk, Naya pun langsung memberikan sebuah kunci padanya.Naya merupakan Direktur PT. Semesta Abadi, dia memang selalu menyelesaikan urusannya dengan teliti dan rapi, selalu menyiapk
"Citra? Untuk apa kamu datang kemari, hah?!" Dimas Anggara sangat muak dengan senyuman yang penuh dengan ambisi munafik ini, dia pun langsung memberitahunya. "Kamu tidak perlu menemuiku, aku menolak semua pemberian pria tua bangka itu!""Apa? Kamu bilang kamu sudah mengembalikan semua pemberian itu?" Citra hampir saja mematung setelah mendengar Dimas Anggara mengembalikan pemberian yang mencapai sepuluh miliar tersebut."Astaga …. Ya Tuhan …. Kenapa bisa ada pria bodoh sepertimu di dunia ini?" Maki Citra penuh emosi. 'Polos, angkuh, keterbelakangan mental! Pantas saja hidupnya begitu menyedihkan!' umpatnya dalam hati.'Siapa yang mau menikah dengan pria seperti ini? Kalau sampai ada, maka mereka pasti ditakdirkan miskin seumur hidup!'"Citra, kamu datang? Cepat masuklah!"Begitu mendengar keributan yang ada di luar, Dewi pun keluar dan melihat Citra sedang berdiri di sana, lalu mempersilakannya masuk dengan hangat.Ini adalah pertama kalinya ada seorang wanita yang mencari putranya sa
"Ma, aku akan berdiskusi terlebih dahulu dengannya dan baru memberitahumu nanti, ya?" Dimas Anggara memutuskan untuk menggunakan kata-kata formal seperti ini.Dia tidak bisa menolak ibunya, tapi juga tidak bisa menyetujuinya, hanya bisa melihat situasi ke depannya nanti."Baiklah kalau begitu!" Dewi terus melanjutkan, "Dimas, kamu akan pindah hari ini, bukan? Wanita menyukai hal-hal yang romantis, hari ini adalah malam pengantinmu, jangan sampai kamu bersikap dingin kepadanya! Kamu harus menjaganya dengan baik, mengerti?"'Eh, malam pengantin?' Dimas Anggara sama sekali tidak memikirkan akan hal ini.Dia percaya kalau Naya juga sama. Wanita itu bahkan tidak mempunyai pemikiran untuk tidur di kamar yang sama dengannya. Selamanya tidak akan mungkin!Namun, Dimas Anggara tetap mengangguk. "Kalau begitu, aku akan pindah hari ini! Ma dan Kak, kalian harus menjaga kesehatan dengan baik, telepon aku kalau ada masalah."Hanya dengan kata-kata yang begitu sederhana, tapi membuat Dewi dan Karin
"Pak Tua, apa maksud dari cucu yang super dinginmu itu? Dia memintaku ke Villa Mutiara untuk tinggal bersamanya, tapi dia malah memblokirku?" gerutu Dimas dengan kesal sembari berjalan melihat-lihat setiap bangunan di Villa Mutiara. "Apa kalian sedang mempermainkanku? Apakah kalian menipuku?!" Timpalnya.Mendengar hal ini, Hendra pun terdiam seketika. "Anak muda, jangan khawatir, aku akan meneleponnya sekarang juga!"Hendra langsung menenangkan Dimas Anggara, dia juga takut cucu menantu yang dicari susah payah olehnya malah pergi begitu saja. Sedangkan Keluarga Alfandy begitu kaya, dia juga tidak tahu seberapa banyak aset yang dibeli oleh cucunya, jadi dia harus bertanya kepada Naya.***Kring~~Kembali lagi ke sisi Naya, dia baru saja hendak melanjutkan kembali rapatnya, tapi ponselnya tiba-tiba berdering lagi.Baru saja hendak mematikan telepon tersebut, dia malah melihat nama kakeknya terpampang di layarnya 'Kakek', dia pun mengangkatnya dengan tak berdaya."Ada apa, Kek? Aku masih
Ketika Dimas Anggara kembali pulang ke rumah Naya. Dia tidak mematikan lampu ketika keluar, kondisi rumah juga tetap rapi ketika dia pulang. Jadi, dia tidak tahu kalau Naya sudah pulang 15 menit yang lalu. Badannya penuh dengan keringat setelah pulang dari berbelanja, dia pun melepaskan bajunya dan langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi.Namun, begitu dia membuka pintu kamar mandi, dia pun tercengang. Matanya menatap dengan lekat ke arah wanita yang sedang berendam di sana, matanya tiba-tiba kehilangan kekuatan untuk berkedip.Naya sedang menikmati waktu santainya di dalam bak mandi, sepasang kakinya yang putih mulus terlihat menonjol dari air, sepuluh jari kaki itu pun terlihat sangat indah, seperti bunga plum di tengah musim salju. Meskipun bak mandi tersebut penuh dengan gelembung sabun, tapi dari posisi tinggi Dimas Anggara yang melihat ke bawah tetap bisa melihat keindahan yang ada di dalam air.Wanita itu putih sampai tidak masuk akal, postur tubuhnya juga sangat indah, b
Yang ada di meja makan sanak saudara keluarga Nasution dan Budiman adalah makanan lezat dan alkohol berkualitas bagus. Hanya meja makan keluarga Dimas yang diberi makanan seperti lobak kering, ikan asin dan udang kecil yang kering.Brak!Karin benar-benar tidak tahan lagi, awalnya dia ingin memukul meja dan berdiri. Tidak disangka adiknya sudah mendahuluinya dan bertanya pada Citra dengan emosi."Apa maksudmu?"Tadi saat Citra mengatur tempat duduk, bisa dianggap itu adalah kebetulan, karena Citra dan Budiman ingin memamerkan kelebihan, Dimas pun tidak mmemedulikannya Tapi, tindakan Citra sekarang jelas-jelas ingin mempermalukan keluarga Dimas di depan umum. Sebagai pria di keluarga Anggara, dia tidak akan membiarkan ibu dan kakaknya ditindas."Hehehe …. apa maksud pertanyaanmu? Aku tidak mengerti!" Citra hanya tertawa dingin melihat Dimas yang marah."Hahaha …. Riza langsung tertawa keras tanpa segan. "Dimas, gaji tahunanmu baru mencapai 120 juta, pendapatan keluargamu juga tidak
"Mama, Dimas, ayo pergi!" Karin tidak tahan diperlakukan begitu, belum duduk saja dia sudah mau langsung pergi.Meski malam ini keluarga Nasution yang mentraktir, tapi lebih baik tidak perlu makan jika mendapat perlakuan ini. Tapi, Dewi menariknya, dia tidak ingin Karin marah.Meski mereka dan keluarga Nasution tidak memiliki hubungan kekeluargaan, tapi karena mak comblang yang dicari saat itu sama, itu berarti mereka ditakdirkan saling mengenal. Tempat tinggal keluarga mereka juga tidak jauh, jadi lebih baik jangan menambah musuh.Citra melihat Dimas dengan bbangga Wulandari dan Riza juga melihat Dimas. Sampai sekarang, pria ini masih tidak mau pergi, dia pasti masih ingin menikahi Citra. Mereka memang suka melihat orang yang tidak tahu diri dipermalukan.Saat ini, seorang pria yang memakai jas mahal berjalan masuk. Citra langsung menyambut begitu melihatnya, lalu menggandeng lengannya dengan lembut. Melihat hal ini, sanak saudara yang ada di ruangan pun heboh. Bahkan Dewi pun sedik
"Oh ya, Dimas, keluarga Nasution mengundang kita makan besok malam, aku sudah menyutujuinya karena tidak enak hati menolak!" Dewi tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Dimas Anggara sedikit tidak menyangka, dia langsung mengerutkan dahi dan bertanya. "Keluarga Nasution? Keluarga Nasution yang mana?" 'Tidak mungkin Citra, 'kan?!' "Keluarganya Citra!" Dewi langsung menjawab. "Ibunya sengaja datang mengundangku, katanya putrinya naik pangkat, mereka ingin mengundang semua orang untuk makan! Aku tidak enak hati untuk menolaknya, jadi aku menyetujuinya. Selain itu, jika aku tidak pergi, Wulan pasti akan bilang aku berpandangan sempit!" Begitu mendengarnya, Dimas Anggara langsung tahu maksud mereka. Hanya ibunya yang begitu polos. Tanpa berpikir pun Dimas Anggara tahu, keluarga Citra pasti tidak berniat baik dengan mengundang keluarganya ke sana. Tapi bagaimanapun, dia pernah kencan buta dengan wanita itu, mereka juga pernah mengerjakan proyek bersama. Kini setelah proyeknya berhas
Saat menikah dengan Dimas Anggara, Naya sama sekali tidak melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan, dia tidak pernah memakai kompor gas ataupun dapur. Kini ternyata dia bisa memasak mi sendiri, warna dan aromanya pun sangat menggugah selera, benar-benar sangat pintar. "Memangnya masih perlu dibilang?" Kata Naya sambil tersenyum tipis. Tapi, tidak lama kemudian dia kembali menunjukkan ekspresi dingin. Sebagai presdir Semesta Abadi, mana boleh langsung merasa senang begitu dipuji seorang pria? "Aku sisakan sedikit untukmu, mau tidak? Akan kubuang jika tidak mau!" Kata Naya sambil berdiri dengan sikap dingin. Dimas Anggara langsung maju dan memegang mangkuk kecil berisi mi itu. Telur, daging cincang, campuran bumbu dan hiasannya sungguh indah. Hanya Naya yang punya niat seperti ini. Jika itu Dimas Anggara, dia akan langsung makan begitu selesai masak, mana mungkin mau menghias makanan lagi? Melihat Dimas Anggara yang makan dengan lahap dan menghabiskan mi itu hanya dengan 2 kali sua
"Oh ya, ini adalah desain logo lambang bangunan terbaru, ingatlah untuk dibuat berdasarkan permintaan terbaru!" Hari ini Dimas Anggara datang hanya untuk memahami perkembangan proyek Impact Company. Saat tahu mereka sama sekali belum membuat logo lambang yang terakhir, Dimas Anggara pun merasa tenang karena perubahan Semesta Abadi tidak berpengaruh bagi mereka. Dengan begitu, proyek ini pasti sempat diselesaikan dan diserahkan pada akhir bulan. Sampai saat itu, tidak ada alasan bagi Naya untuk menolak pulang bersamanya. Citra sangat kesal karena merasa Dimas Anggara sedang memanfaatkan jabatannya yang lebih tinggi untuk memerintahkannya mengerjakan sesuatu. Dimas Anggara mengubah sesuka hati, Citra pun tidak bisa menolak karena saat rapat teknisinya sudah memastikan bahwa hal itu masih bisa diubah. Dia merasa dia seperti bawahan orang tidak berguna ini, tapi dia tetap harus mengambil gambar desain itu dan mengangguk meski kesal. "Terima kasih telah melayani kami, sampai jumpa!" Dim
Tidak lama kemudian, Citra secara langsung membawa buah dan minuman ke ruangan VVIP. Saat melihat Priska, Citra tersenyum ramah dan melayaninya dengan baik. "Silahkan, Nona Priska." Lalu, Citra melirik ke arah Dimas dan bergumam. 'Huh, berikan saja segelas air putih pada penagih tidak berguna ini demi menghargai atasannya!' Melihat sikap Citra, Priska langsung menegurnya. "Nona Citra, apa maksudmu? Jika tidak senang dengan kedatangan kami untuk memeriksa proyek, kamu boleh langsung bilang, kami akan segera pergi!" "Hah? Nona Priska, a-aku …. Aku tidak mengerti maksudmu, aku sangat senang dengan kedatangan kalian!" Kata Citra yang kebingungan dan tidak tahu kesalahannya. "Kamu senang, tapi sengaja mengabaikan penanggung jawab kami?!" Priska mendengus kesal. "A-apa? Penanggung jawab?!" Melihat tatapan Priska, Citra baru tahu bahwa dirinya telah salah. 'Ternyata, penanggung jawabnya bukan Nona Priska?! Melainkan pria yang tidak berguna ini? A-apa yang terjadi? Mengapa seorang d
"Oh, aku pikir kamu harus melakukan sesuatu!" "Apa, Nona Naya?" Dimas Anggara memanfaatkan situasi tersebut dan bertanya, selama wanita ini mau pulang bersamanya, semuanya akan mudah ditangani. "Aku berjanji setelah proyek Impact Company selesai, aku pasti akan ke rumahmu. Tapi sekarang, aku sedang ada masalah kecil," Naya mengeluarkan sebuah flashdisk dari sakunya, dan meletakkannya di depan Dimas, dan dia berkata. "Setelah rapat hari ini, diputuskan untuk mengubah logo bangunan. Besok, kamu bujuk Impact Company untuk mengubahnya sesuai dengan gambar baru, dan tanggal pengiriman harus sesuai!" Dimas Anggara mengerutkan kening lalu mengambil flash disk dari Naya. Dia percaya bahwa Naya tidak sengaja mempersulitnya, wanita ini baru saja banyak membantu ibunya, jadi dia seharusnya melakukan ini. "Semangat!" Naya tersenyum, berbalik dan memasuki ruangan. Sebenarnya, dia dapat sepenuhnya menyerahkan masalah ini pada orang lain, tapi dia hanya ingin pria ini berusaha, dan masuk akal u
Dewi mengambil cuti sehari dan terus kembali ke perusahaan untuk bekerja, suasana hatinya benar-benar sedih. Selama dua malam, dia tidak bisa tidur nyenyak memikirkan ganti rugi ini. Meskipun Dimas Anggara menyuruhnya untuk tidak khawatir, dan ada juga solusinya, tapi bagaimana mungkin dia tidak khawatir?Dia takut Pak Andre akan mendatanginya hari ini, bahkan lapor polisi karena dia tidak mampu membayarnya, dan akhirnya kehilangan pekerjaannya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi Dewi bukanlah wanita yang suka melarikan diri, urusan ini harus ditangani, jika tidak bisa melakukannya, dia akan berlutut, berharap Manajer Andre bisa memaafkannya sekali."Bibi!" Benar saja, tidak lama setelah bekerja, Andre datang padanya."Pak Andre!" Dewi langsung berdiri tegak dan menyapa dengan hormat."Ya, aku datang untuk berbicara tentang—"Sebelum Andre selesai berbicara, Dewi menangis dan hampir berlutut di depannya."Bibi, apa yang kamu lakukan? Jangan seperti ini!" Andre dengan cepat membant
Di malam hari, ketika Dimas Anggara pulang kerja, Naya baru saja pulang. Karena apa yang terjadi tadi malam, hubungan keduanya jatuh ke titik beku. Bahkan jika sudah tahu yang sebenarnya, Naya merasa pria ini terlalu bodoh, dia sepertinya benar-benar tersulut emosi saat melihat wajahnya."Nona Naya, aku butuh bantuanmu!" Dimas Anggara masih tidak punya pilihan selain berbicara dengan sopan."Apa? Pinjam uang untuk makan malam dengan wanita lain?" ucap Naya dengan dingin.Kali ini dia terlihat menyesal, kenapa kata-katanya terdengar sedang cemburu? Pria ini tidak akan salah paham bahwa dia cemburu, 'kan?"Tidak!" Dimas Anggara tidak peduli apa yang dia pikirkan, hanya menceritakan masalah itu secara langsung, dan kemudian bertanya. "Bisakah bantu aku menghubungi Pak Andre itu agar ganti ruginya tidak terlalu banyak?"Naya tetap diam, tapi diam-diam menggelengkan kepalanya, kebetulan petugas pembersih yang merusak laptop dan ponsel Andre ternyata adalah ibu Dimas Anggara. Bukankah itu i