"Bukankah dia Tuan besar keluarga Alfandy?"
"Ya, jika aku tidak salah, namanya Hendra Alfandy!""Ada apa pria penting sepertinya datang kemari?"Semua orang yang melihat pria tua itu mendekati Dimas terkejut.Karin juga tidak bisa menyembunyikan kesenangan di matanya, dia pun merangkul lengan adiknya dengan erat. "Apakah saatnya mengubah nasib?"Dimas Anggara mengerutkan keningnya, dia sungguh tidak menyangka ternyata pria tua ini orang kaya. 'Jangan-jangan, dia sengaja terjatuh di restoran Imperial?'Hendra melambaikan tangannya, lalu bawahannya langsung membawakan beberapa kotak hadiah, rangkaian emas, barang-barang antik dan bahkan ada sebuah kunci mobil BMW!Jika semua barang ini dijumlahkan nilainya bahkan mencapai 10 miliar lebih.Jika dihitung berdasarkan gaji tahunan yang sebesar 160 juta, maka Dimas Anggara tidak akan bisa menghasilkannya seumur hidup ini."A-apa?!""Emas dalam tiga kotak itu, semuanya isi emas!""Kunci mobil! Itu lambang mobil BMW!""Bahkan ada permata dan batu giok?!"Melihat adegan ini, seluruh Keluarga Nasution pun terkejut bukan main.Jangan dilihat dari penampilan Citra yang begitu cantik, sebenarnya Keluarga Nasution juga merupakan sebuah keluarga yang biasa saja. Nominal 10 miliar merupakan angka yang sangat besar bagi mereka. Jika dia mengetahui Dimas Anggara adalah orang kaya sejak awal, tentu saja dia bersedia menikah dengannya.Setelah menyadarinya, Citra pun bergegas tersenyum dan langsung merangkul lengan Dimas. "Sayang, apa yang terjadi? Ternyata kamu begitu hebat, ya! Kamu begitu peduli dengan menolong orang tua, sampai-sampai beliau sangat menghargainya!""Siapa yang kamu panggil sayang, hah?" Kalimat yang dilontarkan Dimas Anggara seketika membuat Citra malu.Tidak hanya itu, Dimas Anggara bahkan mendorong Citra dengan kasar, kemudian berkata dengan acuh tak acuh, "Bukankah kamu baru saja menolakku? Kenapa sekarang bisa memanggilku dengan panggilan seperti itu?""Eh? Itu …." Citra terdiam.Keluarga Nasution yang melihat itu tercengang dan merasa sangat kesal.Dari sekian banyak pilihan, bisa-bisanya mereka kecolongan satu menantu kaya seperti ini?"Dimas! Ka---" Dewi hendak berkata, tapi Karin bergegas menahannya.Meskipun dia juga menginginkan adiknya menikah dengan cepat, tapi betapa menjijikkannya Keluarga Nasution tadi?Terlebih lagi, adiknya begitu kaya saat ini, jadi kenapa masih mencemaskan tidak bisa mendapatkan wanita yang baik?"Ma, Kak, mari kita pergi!" Dimas kakaknya dan ibunya langsung masuk ke dalam mobil mewah bersama dengan Hendra.Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil, meski dia tidak pernah membayangkan untuk mendapatkan pemberian mewah ini, tapi bukan saatnya untuk mengurus masalah ini sekarang.Begitu Dimas dan keluarganya pergi, suasana di depan rumah Keluarga Nasution bagaikan diterpa angin dingin. Empat anggota Keluarga Nasution tercengang untuk waktu yang lama dan tidak bisa tenang."Anakku, kenapa kamu berkata seperti itu tadi? Apa kamu pikir mudah untuk menemukan pria yang memiliki aset miliaran?" Wulan mulai panik sehingga mendengus kesal kepada Citra."Apa? Aku? Bukankah ibu juga sama?! Tapi, apa yang harus dilakukan sekarang?" Citra juga kebingungan.Sebenarnya dia juga sudah berkali-kali melakukan kencan buta, semua itu karena ingin menemukan seorang pria kaya, dengan begitu bukankah dia bisa hidup nikmat selama sisa hidupnya. Namun, siapa sangka dia malah melewatkan pria yang begitu kaya hari ini."Apa lagi yang bisa dilakukan? Mereka saja bisa datang mencari kita sampai ke rumah, kenapa kita tidak bisa ke rumahnya untuk melamar?!" Wulan berkata dengan lantang.Riza Nasution, adik Citra, juga mulai berteriak dengan cemas, "Kak, aku tidak peduli, kamu harus menikah dengan pria kaya ini! Dengan begitu ketika aku menikah dengan pacarku, kalian bisa memberikan rumah dan mobil mewah padaku! Kalau tidak, aku tidak akan mengakuimu sebagai kakakku!""Apa?! Hmm … Aku mengerti." Citra tidak marah, malah hanya menghelakan napas panjang.'Siapa sebenarnya pria itu? Sehingga, kepala keluarga Alfandy yang begitu besar dan berwibawa di Jakarta datang secara khusus untuk menemuinya?!''Tunggu saja, aku pasti akan mendapatkanmu!'Citra menyeringai dengan dingin."Pak, ambil kembali semua barang-barang ini!" Dimas masuk ke dalam mobil, kemudian meminta Hendra untuk membawa pulang semua barang-barangnya."Apa?!" Jangankan Hendra, bahkan ibu dan kakaknya juga tidak menyangka akan hal ini."Semua harga barang-barang ini mencapai sepuluh miliar, kamu benar-benar tidak mau?" tanya Hendra tidak bisa menahan dirinya untuk memastikan kembali.Sepuluh miliar memang bagi Hendra bukan apa-apa, tapi bagi Dimas sekeluarga itu bagaikan gunung emas."Ya, aku tidak membutuhkannya." Dimas berkata dengan tegas, "Almarhum ayahku mengajarkanku untuk membantu tanpa menerima imbalan. Jadi, aku membantumu dengan tulus tanpa mengharapkan apa pun darimu, aku tidak bisa menerimanya!"Melihat adiknya yang begitu baik hati, Karin pun hanya bisa menghelakan napas dengan tak berdaya. Sedangkan Dewi, dia terlihat semakin depresi dan kecewa. Kalau begini terus, sampai kapan anaknya baru bisa menikah?"Haha, baiklah!" Hendra mengangguk dengan semangat, lalu membawa semua bara
"Menikah denganmu hanyalah caraku untuk menepati janjiku kepada kakekku!" dengus Naya dengan suara yang dingin.Mendengar itu, Dimas mengerutkan keningnya. "Jangan terlalu serius dengan pernikahan ini, juga jangan terlalu memedulikanku. Jadi, kamu bisa terus melakukan semua hal yang kamu lakukan seperti sebelum menikah!""Sekalipun kamu pergi mencari wanita lain, aku juga tidak akan peduli," Naya kembali mendengus dengan dingin.Mendengar hal ini, hati Dimas Anggara pun terasa sakit, sudut bibirnya terus berkedut. 'Apakah aku salah mendengar? Atau Naya salah berbicara?'Bukankah kata-kata seperti ini biasanya dilontarkan kepada seorang pria brengsek yang menyukai banyak wanita?"Oh iya, aku ingat dengan perkataanmu sebelumnya, kamu belum membeli rumah, 'kan?" tanya Naya tiba-tiba."Ya." Dimas Anggara mengangguk, Naya pun langsung memberikan sebuah kunci padanya.Naya merupakan Direktur PT. Semesta Abadi, dia memang selalu menyelesaikan urusannya dengan teliti dan rapi, selalu menyiapk
"Citra? Untuk apa kamu datang kemari, hah?!" Dimas Anggara sangat muak dengan senyuman yang penuh dengan ambisi munafik ini, dia pun langsung memberitahunya. "Kamu tidak perlu menemuiku, aku menolak semua pemberian pria tua bangka itu!""Apa? Kamu bilang kamu sudah mengembalikan semua pemberian itu?" Citra hampir saja mematung setelah mendengar Dimas Anggara mengembalikan pemberian yang mencapai sepuluh miliar tersebut."Astaga …. Ya Tuhan …. Kenapa bisa ada pria bodoh sepertimu di dunia ini?" Maki Citra penuh emosi. 'Polos, angkuh, keterbelakangan mental! Pantas saja hidupnya begitu menyedihkan!' umpatnya dalam hati.'Siapa yang mau menikah dengan pria seperti ini? Kalau sampai ada, maka mereka pasti ditakdirkan miskin seumur hidup!'"Citra, kamu datang? Cepat masuklah!"Begitu mendengar keributan yang ada di luar, Dewi pun keluar dan melihat Citra sedang berdiri di sana, lalu mempersilakannya masuk dengan hangat.Ini adalah pertama kalinya ada seorang wanita yang mencari putranya sa
"Ma, aku akan berdiskusi terlebih dahulu dengannya dan baru memberitahumu nanti, ya?" Dimas Anggara memutuskan untuk menggunakan kata-kata formal seperti ini.Dia tidak bisa menolak ibunya, tapi juga tidak bisa menyetujuinya, hanya bisa melihat situasi ke depannya nanti."Baiklah kalau begitu!" Dewi terus melanjutkan, "Dimas, kamu akan pindah hari ini, bukan? Wanita menyukai hal-hal yang romantis, hari ini adalah malam pengantinmu, jangan sampai kamu bersikap dingin kepadanya! Kamu harus menjaganya dengan baik, mengerti?"'Eh, malam pengantin?' Dimas Anggara sama sekali tidak memikirkan akan hal ini.Dia percaya kalau Naya juga sama. Wanita itu bahkan tidak mempunyai pemikiran untuk tidur di kamar yang sama dengannya. Selamanya tidak akan mungkin!Namun, Dimas Anggara tetap mengangguk. "Kalau begitu, aku akan pindah hari ini! Ma dan Kak, kalian harus menjaga kesehatan dengan baik, telepon aku kalau ada masalah."Hanya dengan kata-kata yang begitu sederhana, tapi membuat Dewi dan Karin
"Pak Tua, apa maksud dari cucu yang super dinginmu itu? Dia memintaku ke Villa Mutiara untuk tinggal bersamanya, tapi dia malah memblokirku?" gerutu Dimas dengan kesal sembari berjalan melihat-lihat setiap bangunan di Villa Mutiara. "Apa kalian sedang mempermainkanku? Apakah kalian menipuku?!" Timpalnya.Mendengar hal ini, Hendra pun terdiam seketika. "Anak muda, jangan khawatir, aku akan meneleponnya sekarang juga!"Hendra langsung menenangkan Dimas Anggara, dia juga takut cucu menantu yang dicari susah payah olehnya malah pergi begitu saja. Sedangkan Keluarga Alfandy begitu kaya, dia juga tidak tahu seberapa banyak aset yang dibeli oleh cucunya, jadi dia harus bertanya kepada Naya.***Kring~~Kembali lagi ke sisi Naya, dia baru saja hendak melanjutkan kembali rapatnya, tapi ponselnya tiba-tiba berdering lagi.Baru saja hendak mematikan telepon tersebut, dia malah melihat nama kakeknya terpampang di layarnya 'Kakek', dia pun mengangkatnya dengan tak berdaya."Ada apa, Kek? Aku masih
Ketika Dimas Anggara kembali pulang ke rumah Naya. Dia tidak mematikan lampu ketika keluar, kondisi rumah juga tetap rapi ketika dia pulang. Jadi, dia tidak tahu kalau Naya sudah pulang 15 menit yang lalu. Badannya penuh dengan keringat setelah pulang dari berbelanja, dia pun melepaskan bajunya dan langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi.Namun, begitu dia membuka pintu kamar mandi, dia pun tercengang. Matanya menatap dengan lekat ke arah wanita yang sedang berendam di sana, matanya tiba-tiba kehilangan kekuatan untuk berkedip.Naya sedang menikmati waktu santainya di dalam bak mandi, sepasang kakinya yang putih mulus terlihat menonjol dari air, sepuluh jari kaki itu pun terlihat sangat indah, seperti bunga plum di tengah musim salju. Meskipun bak mandi tersebut penuh dengan gelembung sabun, tapi dari posisi tinggi Dimas Anggara yang melihat ke bawah tetap bisa melihat keindahan yang ada di dalam air.Wanita itu putih sampai tidak masuk akal, postur tubuhnya juga sangat indah, b
'A-apa? Bagaimana mungkin?!' Naya terkejut, baru hari pertama bertemu, tapi pria ini sudah mengetahui penyakitnya.Selanjutnya, Dimas Anggara pun mengangkat pakaian tidurnya dengan pelan."A-apa yang kamu lakukan? Apa kamu ingin mati?" Entah kekuatan dari mana, Naya pun langsung memutar tangan Dimas Anggara.Sebagai putri dari Keluarga Alfandy, dia sudah belajar bela diri dari kecil, dia bukan sosok yang mudah ditindas oleh pria biasa."Uh! A-aku …" Dimas Anggara kesakitan, tapi tidak melawan, melainkan berkata seraya menggertakkan gigi, "Aku akan membantumu mengurangi rasa sakit!"Di waktu yang sama, Dimas Anggara juga berpikir di dalam hati. 'Sudah begitu cantik, tapi kenapa tidak ada aura kewanitaan sama sekali? Dasar monster!'"Bukankah … bukankah kamu seorang dokter kandungan? Kamu bisa mengatasi penyakit dalam seperti ini?" Naya setengah memercayai perkataannya.Hanya saja, tiba-tiba dia mulai merasakan sakit yang amat parah dari perutnya lagi, dia pun melepaskan tangan Dimas An
"Bukankah kamu sudah membeli makanan? Kenapa kamu masih masak?" Naya menatap Dimas dengan enggan."Dapurmu bahkan lebih bersih dari mukamu, kalau bukan aku yang membelinya, dari mana datangnya makanan ini? Dari langit?" Dimas Anggara membawakan semangkuk sup tersebut ke dalam kamarnya, kemudian mengingatkannya."Makanlah selagi panas, magh itu tidak boleh telat makan.""Kamu sedang mengajariku?" Naya tersenyum pahit, dia benar-benar tidak terbiasa dengan adanya seorang pria di rumahnya.Ibunya saja tidak pernah menasihatinya, tapi ini malah keluar dari mulut pria tersebut. Seorang direktur PT. Semesta Abadi, siapa yang berani mengguruinya?Dimas Anggara tiba-tiba berubah menjadi tegas. "Itu … lupakan, jangan lupa kamu adalah istriku dan juga pasienku! Kamu harus mendengarkanku!"Naya mengernyit, dia pun menatap pria itu dengan lekat. Dia tidak melawannya, tapi dia tetap tidak bisa menahan dirinya untuk mengernyit ketika melihat semangkuk sup tersebut. "Apakah makanan seperti ini bisa di
Yang ada di meja makan sanak saudara keluarga Nasution dan Budiman adalah makanan lezat dan alkohol berkualitas bagus. Hanya meja makan keluarga Dimas yang diberi makanan seperti lobak kering, ikan asin dan udang kecil yang kering.Brak!Karin benar-benar tidak tahan lagi, awalnya dia ingin memukul meja dan berdiri. Tidak disangka adiknya sudah mendahuluinya dan bertanya pada Citra dengan emosi."Apa maksudmu?"Tadi saat Citra mengatur tempat duduk, bisa dianggap itu adalah kebetulan, karena Citra dan Budiman ingin memamerkan kelebihan, Dimas pun tidak mmemedulikannya Tapi, tindakan Citra sekarang jelas-jelas ingin mempermalukan keluarga Dimas di depan umum. Sebagai pria di keluarga Anggara, dia tidak akan membiarkan ibu dan kakaknya ditindas."Hehehe …. apa maksud pertanyaanmu? Aku tidak mengerti!" Citra hanya tertawa dingin melihat Dimas yang marah."Hahaha …. Riza langsung tertawa keras tanpa segan. "Dimas, gaji tahunanmu baru mencapai 120 juta, pendapatan keluargamu juga tidak
"Mama, Dimas, ayo pergi!" Karin tidak tahan diperlakukan begitu, belum duduk saja dia sudah mau langsung pergi.Meski malam ini keluarga Nasution yang mentraktir, tapi lebih baik tidak perlu makan jika mendapat perlakuan ini. Tapi, Dewi menariknya, dia tidak ingin Karin marah.Meski mereka dan keluarga Nasution tidak memiliki hubungan kekeluargaan, tapi karena mak comblang yang dicari saat itu sama, itu berarti mereka ditakdirkan saling mengenal. Tempat tinggal keluarga mereka juga tidak jauh, jadi lebih baik jangan menambah musuh.Citra melihat Dimas dengan bbangga Wulandari dan Riza juga melihat Dimas. Sampai sekarang, pria ini masih tidak mau pergi, dia pasti masih ingin menikahi Citra. Mereka memang suka melihat orang yang tidak tahu diri dipermalukan.Saat ini, seorang pria yang memakai jas mahal berjalan masuk. Citra langsung menyambut begitu melihatnya, lalu menggandeng lengannya dengan lembut. Melihat hal ini, sanak saudara yang ada di ruangan pun heboh. Bahkan Dewi pun sedik
"Oh ya, Dimas, keluarga Nasution mengundang kita makan besok malam, aku sudah menyutujuinya karena tidak enak hati menolak!" Dewi tiba-tiba mengalihkan topik pembicaraan. Dimas Anggara sedikit tidak menyangka, dia langsung mengerutkan dahi dan bertanya. "Keluarga Nasution? Keluarga Nasution yang mana?" 'Tidak mungkin Citra, 'kan?!' "Keluarganya Citra!" Dewi langsung menjawab. "Ibunya sengaja datang mengundangku, katanya putrinya naik pangkat, mereka ingin mengundang semua orang untuk makan! Aku tidak enak hati untuk menolaknya, jadi aku menyetujuinya. Selain itu, jika aku tidak pergi, Wulan pasti akan bilang aku berpandangan sempit!" Begitu mendengarnya, Dimas Anggara langsung tahu maksud mereka. Hanya ibunya yang begitu polos. Tanpa berpikir pun Dimas Anggara tahu, keluarga Citra pasti tidak berniat baik dengan mengundang keluarganya ke sana. Tapi bagaimanapun, dia pernah kencan buta dengan wanita itu, mereka juga pernah mengerjakan proyek bersama. Kini setelah proyeknya berhas
Saat menikah dengan Dimas Anggara, Naya sama sekali tidak melakukan pekerjaan rumah tangga. Bahkan, dia tidak pernah memakai kompor gas ataupun dapur. Kini ternyata dia bisa memasak mi sendiri, warna dan aromanya pun sangat menggugah selera, benar-benar sangat pintar. "Memangnya masih perlu dibilang?" Kata Naya sambil tersenyum tipis. Tapi, tidak lama kemudian dia kembali menunjukkan ekspresi dingin. Sebagai presdir Semesta Abadi, mana boleh langsung merasa senang begitu dipuji seorang pria? "Aku sisakan sedikit untukmu, mau tidak? Akan kubuang jika tidak mau!" Kata Naya sambil berdiri dengan sikap dingin. Dimas Anggara langsung maju dan memegang mangkuk kecil berisi mi itu. Telur, daging cincang, campuran bumbu dan hiasannya sungguh indah. Hanya Naya yang punya niat seperti ini. Jika itu Dimas Anggara, dia akan langsung makan begitu selesai masak, mana mungkin mau menghias makanan lagi? Melihat Dimas Anggara yang makan dengan lahap dan menghabiskan mi itu hanya dengan 2 kali sua
"Oh ya, ini adalah desain logo lambang bangunan terbaru, ingatlah untuk dibuat berdasarkan permintaan terbaru!" Hari ini Dimas Anggara datang hanya untuk memahami perkembangan proyek Impact Company. Saat tahu mereka sama sekali belum membuat logo lambang yang terakhir, Dimas Anggara pun merasa tenang karena perubahan Semesta Abadi tidak berpengaruh bagi mereka. Dengan begitu, proyek ini pasti sempat diselesaikan dan diserahkan pada akhir bulan. Sampai saat itu, tidak ada alasan bagi Naya untuk menolak pulang bersamanya. Citra sangat kesal karena merasa Dimas Anggara sedang memanfaatkan jabatannya yang lebih tinggi untuk memerintahkannya mengerjakan sesuatu. Dimas Anggara mengubah sesuka hati, Citra pun tidak bisa menolak karena saat rapat teknisinya sudah memastikan bahwa hal itu masih bisa diubah. Dia merasa dia seperti bawahan orang tidak berguna ini, tapi dia tetap harus mengambil gambar desain itu dan mengangguk meski kesal. "Terima kasih telah melayani kami, sampai jumpa!" Dim
Tidak lama kemudian, Citra secara langsung membawa buah dan minuman ke ruangan VVIP. Saat melihat Priska, Citra tersenyum ramah dan melayaninya dengan baik. "Silahkan, Nona Priska." Lalu, Citra melirik ke arah Dimas dan bergumam. 'Huh, berikan saja segelas air putih pada penagih tidak berguna ini demi menghargai atasannya!' Melihat sikap Citra, Priska langsung menegurnya. "Nona Citra, apa maksudmu? Jika tidak senang dengan kedatangan kami untuk memeriksa proyek, kamu boleh langsung bilang, kami akan segera pergi!" "Hah? Nona Priska, a-aku …. Aku tidak mengerti maksudmu, aku sangat senang dengan kedatangan kalian!" Kata Citra yang kebingungan dan tidak tahu kesalahannya. "Kamu senang, tapi sengaja mengabaikan penanggung jawab kami?!" Priska mendengus kesal. "A-apa? Penanggung jawab?!" Melihat tatapan Priska, Citra baru tahu bahwa dirinya telah salah. 'Ternyata, penanggung jawabnya bukan Nona Priska?! Melainkan pria yang tidak berguna ini? A-apa yang terjadi? Mengapa seorang d
"Oh, aku pikir kamu harus melakukan sesuatu!" "Apa, Nona Naya?" Dimas Anggara memanfaatkan situasi tersebut dan bertanya, selama wanita ini mau pulang bersamanya, semuanya akan mudah ditangani. "Aku berjanji setelah proyek Impact Company selesai, aku pasti akan ke rumahmu. Tapi sekarang, aku sedang ada masalah kecil," Naya mengeluarkan sebuah flashdisk dari sakunya, dan meletakkannya di depan Dimas, dan dia berkata. "Setelah rapat hari ini, diputuskan untuk mengubah logo bangunan. Besok, kamu bujuk Impact Company untuk mengubahnya sesuai dengan gambar baru, dan tanggal pengiriman harus sesuai!" Dimas Anggara mengerutkan kening lalu mengambil flash disk dari Naya. Dia percaya bahwa Naya tidak sengaja mempersulitnya, wanita ini baru saja banyak membantu ibunya, jadi dia seharusnya melakukan ini. "Semangat!" Naya tersenyum, berbalik dan memasuki ruangan. Sebenarnya, dia dapat sepenuhnya menyerahkan masalah ini pada orang lain, tapi dia hanya ingin pria ini berusaha, dan masuk akal u
Dewi mengambil cuti sehari dan terus kembali ke perusahaan untuk bekerja, suasana hatinya benar-benar sedih. Selama dua malam, dia tidak bisa tidur nyenyak memikirkan ganti rugi ini. Meskipun Dimas Anggara menyuruhnya untuk tidak khawatir, dan ada juga solusinya, tapi bagaimana mungkin dia tidak khawatir?Dia takut Pak Andre akan mendatanginya hari ini, bahkan lapor polisi karena dia tidak mampu membayarnya, dan akhirnya kehilangan pekerjaannya. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Tapi Dewi bukanlah wanita yang suka melarikan diri, urusan ini harus ditangani, jika tidak bisa melakukannya, dia akan berlutut, berharap Manajer Andre bisa memaafkannya sekali."Bibi!" Benar saja, tidak lama setelah bekerja, Andre datang padanya."Pak Andre!" Dewi langsung berdiri tegak dan menyapa dengan hormat."Ya, aku datang untuk berbicara tentang—"Sebelum Andre selesai berbicara, Dewi menangis dan hampir berlutut di depannya."Bibi, apa yang kamu lakukan? Jangan seperti ini!" Andre dengan cepat membant
Di malam hari, ketika Dimas Anggara pulang kerja, Naya baru saja pulang. Karena apa yang terjadi tadi malam, hubungan keduanya jatuh ke titik beku. Bahkan jika sudah tahu yang sebenarnya, Naya merasa pria ini terlalu bodoh, dia sepertinya benar-benar tersulut emosi saat melihat wajahnya."Nona Naya, aku butuh bantuanmu!" Dimas Anggara masih tidak punya pilihan selain berbicara dengan sopan."Apa? Pinjam uang untuk makan malam dengan wanita lain?" ucap Naya dengan dingin.Kali ini dia terlihat menyesal, kenapa kata-katanya terdengar sedang cemburu? Pria ini tidak akan salah paham bahwa dia cemburu, 'kan?"Tidak!" Dimas Anggara tidak peduli apa yang dia pikirkan, hanya menceritakan masalah itu secara langsung, dan kemudian bertanya. "Bisakah bantu aku menghubungi Pak Andre itu agar ganti ruginya tidak terlalu banyak?"Naya tetap diam, tapi diam-diam menggelengkan kepalanya, kebetulan petugas pembersih yang merusak laptop dan ponsel Andre ternyata adalah ibu Dimas Anggara. Bukankah itu i