Nelson tersenyum kala kedua orang tuanya tiba di kediamannya. Ia tak menyangka, orang tuanya tersebut akan langsung pulang setelah mendengar dirinya akan melamar seorang gadis.
Nelson menyambut kedatangan orang tuanya dan tak lupa memberikan pelukan hangat kepada mereka. Orang tuanya selalu sibuk dengan urusan bisnis. Bahkan hampir tidak pernah pulang karena selalu melakukan perjalanan bisnis.
Nelson pun tak memusingkan hal itu. Ia sudah dewasa dan akan menemui kedua orang tuanya jika ia merindukannya. Menjadi seorang direktur di perusahaan besar membuat Nelson sangat sibuk. Bahkan, sebelum Nelson mengenal Kiara, ia termasuk orang yang gila dengan pekerjaannya.
"Ma, Pa, ayo kita berangkat. Aku takut kita terlambat," ucap Nelson penuh semangat. Ia bahkan tak memberi waktu sejenak untuk kedua orang tuanya beristirahat. Pikirannya dipenuhi oleh gadis itu.
"Astaga, lihatlah anak kita, Pa. Bahkan dia tidak membiarkan kita beristirahat sejenak!" Keluh Eliza pada Thomas, suaminya.
"Nelson, kenapa buru-buru sekali? Kita bahkan baru saja tiba di rumahmu," sahut Thomas. Namun Nelson seraya tak mendengar keluhan mereka. Ia mendorong pelan kedua orang tuanya agar segera memasuki mobilnya.
"Istirahat di mobil sama saja, Pa, Ma," balas Nelson. Thomas dan Eliza hanya menggelengkan kepalanya. Ia merasa lucu melihat tingkah laku putranya tersebut.
"Kau lihat, putramu ini hanya mementingkan gadis itu. Aku jadi penasaran, Pa. Gadis seperti apa sih yang sudah membuat Nelson kita bertekuk lutut," Keluh Eliza. Ia menatap Nelson yang saat ini duduk di kursi samping kemudi.
"Sudahlah, kita akan tahu begitu sampai di rumah gadis itu," balas Thomas. Meski ia juga penasaran, namun Thomas tak banyak bertanya seperti istrinya. Ia memilih untuk diam dan melihat sendiri gadis seperti apa calon menantunya tersebut.
Beberapa menit kemudian, mobil mereka memasuki halaman kediaman Tuan Wilson Aditama. Jantung Nelson langsung berdegub kencang karena sebentar lagi ia akan bertemu dengan sang kekasih yang tak lain adalah Kiara.
Kedatangan mereka rupanya sudah disambut oleh Wilson Aditama dan istrinya, Jenita. Mereka melebarkan senyumnya kala mobil Nelson berhenti di depan teras rumahnya. Nelson dan yang lainnya segera turun dari mobilnya. Wilson memberikan sambutan hangat kepada calon besan dan calon menantunya tersebut.
Wilson dan Jenita tak percaya jika putri semata wayangnya akan dipinang oleh lelaki secepat itu. Mereka tidak mengetahui hubungan antara Kiara dan Nelson. Saat Nelson bertemu dengan ayah Kiara dan mengutarakan maksudnya, tentu saja Wilson menyambutnya dengan tangan terbuka.
Wilson tak pernah menyangka jika Nelson akan tertarik pada putrinya itu. Alasan Wilson menerima Nelson adalah karena pria itu merupakan pria yang luar biasa. Ia yakin jika putrinya hidup bersama dengan Nelson, kehidupan Kiara akan terjamin. Siapa yang tidak ingin memiliki menantu hebat seperti Nelson? Pria itu sungguh luar biasa.
"Selamat malam, Om dan Tante," ucap Nelson sambil menjabat tangan mereka secara bergantian.
"Malam juga. Mari, masuk." Ajak Wilson.
"Pa, ternyata putra kita menyukai putri dari keluarga Aditama," bisik Eliza setelah bersalaman dengan Wilson dan Jenita. Bagi Eliza dan Thomas, mereka sudah tak asing lagi dengan keluarga Aditama. Sama-sama bergerak di bidang bisnis, membuat mereka saling mengenal satu sama lain.
"Waahh, kalau saya tahu yang akan dilamar Nelson adalah Kiara, pasti saya akan mempersiapkan segalanya dengan lebih meriah lagi," ucap Eliza antusias pada Jenita. Jenita tertawa kecil.
"Yang terpenting kan niatnya, Jeng," sahut Jenita. Sebenarnya Jenita juga ingin melakukan hal yang sama, namun semua itu adalah permintaan dari Nelson. Ia tidak ingin Kiara terbebani jika sekarang dirinya melamar sang kekasih. Apalagi status Kiara yang masih sekolah, ia tidak ingin dunia heboh karena lamarannya tersebut.
Kini mereka duduk di ruang keluarga. Meski sederhana, Jenita mempersiapkan segalanya dengan sempurna. Apalagi tamu yang hadir malam ini akan melamar putrinya. Meski hanya dihadiri oleh keluarga inti, mereka nampak bahagia dan tak sabar untuk segera berbesanan.
"Silakan dinikmati. Maaf, hanya seadanya saja," ucap Jenita mempersilakan mereka untuk menikmati hidangan yang telah ia siapkan. Jenita lalu memanggil salah satu asisten rumah tangganya untuk memanggil Kiara.
Beberapa saat kemudian, Kiara menuruni tangga didampingi oleh Mbak Lala. Karena kamarnya terletak di lantai dua. Begitu sampai di ruang keluarga, Kiara terkejut dan mematung diposisinya.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Nelson ada di sini?" batin Kiara.
"Sayang, sini! Ayo salaman dengan calon suami dan calon mertuamu dulu," ucap Jenita. Ia berdiri lalu melangkah mendekati putrinya. Jenita pikir Nelson dan Kiara tak saling mengenal. Oleh karena itu, ia sengaja memperkenalkan mereka lebih dulu.
"Apa? Calon suami dan calon mertua?" batin Kiara lagi. Ia menatap Nelson dan beralih menatap Mamanya. Nelson hanya memandangnya sekilas. Ia tahu gadis itu akan terkejut melihat kedatangan dirinya.
Namun, Kiara tetap melangkah dan menyalami kedua orang tua Nelson. Terakhir, ia menjabat tangan Nelson. Ia menatap tajam ke arah Nelson. Namun pria itu hanya tersenyum. Lalu Kiara duduk di samping Jenita, tepatnya di depan Nelson.
Mereka berbincang sambil menikmati hidangan ringan agar tidak terlalu tegang. Sedangkan Kiara hanya terdiam saja. Ia belum sepenuhnya paham dengan situasi saat ini. Kiara memilih menyibukkan diri dengan makanan ringan yang ada di depannya itu. Ia bahkan tak menatap ke arah Nelson.
"Langsung saja ya, Tuan Wilson, karena putra kami begitu menyukai putri Tuan Wilson, maka kami ingin melamar Kiara untuk menjadi istri Nelson," ucap Eliza tanpa basa-basi. Karena sebelumnya mereka sudah saling mengenal, jadi tidak perlu lagi perkenalan diri.
"Uhuk, uhuk." Seketika Kiara tersedak. Lalu ia segera mengambil minuman yang telah Nelson sodorkan padanya.
"Hati-hati, sayang," ucap Jenita. Ia tak menyadari jika putrinya itu begitu terkejut. Kiara pun mengangguk. Kini ia menatap Nelson untuk meminta penjelasan.
"Saya dan istri setuju dan menerima lamaran dari Tuan Thomas dan Nyonya Eliza. Siapa sih yang tidak ingin memiliki besan seperti kalian? Hehe," ucap Wilson dengan senang. Kedua orang tua Nelson pun ikut tersenyum lega.
Kini Kiara berganti menatap Papanya. Ia tak percaya jika Papanya setuju semudah itu. Meski Kiara mencintai Nelson, menikah di usia dini bukanlah impiannya.
"Tapi, Tuan, apakah kalian ingin melangsungkan pernikahan secepat ini? Kiara kan masih sekolah, saya takut itu akan mengganggu konsentrasi belajarnya." Meski ia setuju dan menerima lamaran dari keluarga Kalandra, ia juga tidak ingin pendidikan putrinya terganggu. Apalagi Kiara yang masih kecil dan tingkahnya yang belum dewasa. Wilson takut keluarga Kalandra malu jika memiliki menantu seperti Kiara. Kiara pun bernapas lega, setidaknya Papanya masih memikirkan masa depannya.
"Saya bisa menjamin tidak akan menggangu pendidikan Kiara, Om. Saya hanya takut jika saya tidak segera menikahinya, maka laki-laki lain akan mendahului saya," ucap Nelson sambil menatap tajam ke arah Kiara. Kiara menelan salivanya dengan kasar. Ia tahu ke mana arah pembicaraan Nelson. Karena sebelumnya pria itu telah memergokinya jalan dengan pria lain.
"Tunggu sebentar! Maksudnya apa, ya? Kiara tidak mengerti," ujar Kiara. Ia berharap apa yang sedang ia pikirkan bukanlah jawabannya."Astaga, sampai lupa. Jagi begini, sayang." Jenita menyentuh tangan Kiara sebelum melanjutkan perkataannya."Karena Nelson dan keluarganya ingin segera memiliki menantu, kami sepakat ingin menikahkan kamu dengan Nelson," ucap Jenita sambil melirik ke arah Nelson. Tentu saja itu bukan hanya keinginan dari keluarga Kalandra, namun keluarga Aditama pun sama. Ia sangat senang karena tidak perlu menjodohkan mereka.DegJantung Kiara langsung berdegub kencang. Ia bahkan menelan salivanya dengan susah. Sebenarnya ia juga mencintai Nelson, namun tidak menikah secepat itu juga."Tapi, Ma! Kiara masih kecil dan SMA saja belum lulus," ujar Kiara tidak terima. Kiara gusar jika teman-temannya mengetahui dirinya menikah dengan Nelson, mungkin saja ia akan dicemooh. Apalagi dirinya saat ini masih berstatus se
Satu bulan yang lalu...Sudah hampir dua minggu Nelson tidak menghubungi Kiara. Biasanya, meskipun ia sedang dalam perjalanan bisnis, ia selalu menyempatkan untuk menghubungi Kiara. Pesan dan telepon dari Kiara pun tak pernah ia baca.Pagi ini, Kiara pergi ke sekolah seperti biasanya. Setiap hari ia diantar oleh sopir pribadinya. Kiara berdecak kesal, lagi-lagi pria itu tak membalas pesannya."Hiihh.. Menyebalkan!" gumam Kiara sambil terus melihat ke arah ponselnya."Nona, kita sudah sampai di sekolah," ucap Pak Arman, sopir yang ditugaskan untuk mengantar dan menjemput Kiara."Oh," sahut Kiara. Lalu ia keluar dari mobilnya dan pergi begitu saja. Ia segera masuk ke dalam kelasnya. Tak lupa sebelum memasuki area sekolahnya, Kiara mematikan ponselnya. Ia takut nanti akan menggangu konsentrasi belajarnya."Ki, tumben nggak semangat gitu," ucap Rena yang baru saja datang dan duduk di bangku sebelah Kiara. 
Kini Kiara dan sahabatnya sedang menikmati makanannya. Mereka sedikit tergesa-gesa, karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Selesai makan tak lupa untuk membayar makanan yang telah ia beli sebelumnya."Aku ke kamar mandi sebentar. Kalian duluan ke kelas saja," ucap Kiara. Meisya dan Rena mengangguk. Mereka kembali lebih dulu.Kiara berjalan sambil melamun. Ia memikirkan kejadian tadi saat di lapangan basket. Entah mengapa hatinya merasa resah. Saat Kiara hampir masuk ke dalam kamar mandi, ia dikejutkan oleh Daniel yang juga ingin ke kamar mandi pria. Kiara mematung sejenak menatap Daniel yang terlihat tampan ketika sedang berkeringat seperti itu."Kiara, mau ke kamar mandi?" tanya Daniel yang sengaja menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan Kiara. Daniel masih canggung berhadapan dengan Kiara setelah kejadian tadi."Iya," jawab Kiara dengan singkat."Aku duluan, ya," ujar Kiara lagi. Daniel hanya mengangguk
Selesai makan, mereka langsung menuju ke tempat pertandingan basket. Daniel melajukan mobilnya sedikit kencang karena waktu pertandingan pun sudah akan dimulai. Ponselnya sedari tadi berdering. Banyak panggilan masuk dari teman-temannya. Mereka khawatir jika Daniel tidak ikut dalam pertandingan tersebut, mereka akan kalah. Daniel begitu mahir dalam bermain basket. Tak heran ia menjadi sangat populer di kalangan sekolahnya. Bahkan juga populer di sekolah lainnya.Para siswi sangat mengagumi Daniel yang selalu terlihat keren dalam bertanding basket. Tak hanya itu, wajahnya yang tampan juga sangat menarik perhatian siswi lainnya. Banyak yang mengidolakan dirinya dan mendambakan untuk menjadi pacarnya.Namun semua itu tak berlaku bagi Kiara. Baginya, Daniel sama seperti teman laki-laki yang lainnya. Kiara tak pernah tertarik dengan ketampanan dan kharisma dari seorang Daniel Abimana. Mungkin karena hatinya sudah tertaut pada Nelson, membuatnya tak menyadari jik
Hari berhari pun berlalu. Tanpa sadar, Kiara dan Daniel kini semakin dekat. Kiara tak malu lagi jika diantar jemput oleh Daniel saat ke sekolah. Daniel pun merasa sangat senang karena sikap Kiara kini kian hangat kepada dirinya.Kiara merasa selama berhubungan beberapa hari ini, sikap Daniel begitu lembut dan perhatian padanya. Berbeda saat ia bersama dengan Nelson. Kiara merasa Nelson begitu kaku dan membosankan. Kiara seperti mendapatkan hal baru setiap bersama dengan Daniel.Mungkin karena Nelson yang mengabaikan Kiara, sehingga Kiara merasa tidak dibutuhkan lagi. Kiara mulai merespon Daniel dan saat ini dirinya benar-benar merasa nyaman berada di dekat lelaki itu. Kiara seakan lupa jika dirinya masih kekasih Nelson."Sudahlah, setelah Nelson pulang nanti, aku akan mengakhiri hubunganku dengannya saja. Lagipula, Daniel sweet juga. Dia begitu perhatian dan lembut padaku," batin Kiara sambil memperhatikan Daniel yang sedang fokus mengemudikan
Pada akhirnya Kiara tidak dapat menolak lamaran dari Nelson. Kedua orang tuanya benar-benar setuju dan mengharapkan pernikahan tersebut segera terjadi. Meskipun Kiara juga merasa senang, namun ada ketakutan yang menghalangi keyakinannya untuk menyetujui pernikahan tersebut. Pernikahan yang digelar secara tertutup itu nanti hanya dihadiri kedua keluarga besar dan beberapa rekan bisnis mereka. Mereka sepakat untuk mengadakan resepsi setelah Kiara lulus sekolah, karena mereka tidak ingin membebani Kiara. Apalagi Kiara yang masih menjadi seorang pelajar, itu tidak akan mudah baginya. Pagi ini, sarapan dilewati Kiara dengan tenang dan hening. Jika biasanya ia akan berbincang dengan kedua orang tuanya, tidak untuk pagi. Kiara masih memikirkan tentang pernikahannya dengan Nelson yang mendadak itu. "Sayang, jika kamu terus melamun maka kamu akan telat, lho," ucap Jenita yang sedari tadi memperhatikan Kiara. "I-iya, Ma," balas Kiara. Lalu ia menyendok kembali
Saat ini Nelson sudah berada di depan gerbang sekolah Kiara. Ia melirik ke arah jam tangannya lalu mengamati keadaan sekitarnya. Sebentar lagi Kiara keluar dari kelasnya. Ia ingin memberi kejutan pada Kiara. Secara pribadi menjemput gadis itu. Nelson juga sudah memberitahu sopir Kiara agar tidak menjemputnya. "Tuan muda, apa perlu saya standby di depan gerbang?" tanya Robby. Mungkin saja Kiara tidak mengetahui kedatangan mereka nanti. "Tidak perlu, Robby! Kita tunggu di sini saja," ucap Nelson. Sebenarnya ia juga tidak ingin terlalu menarik perhatian orang di sekitarnya. Nelson tidak ingin Kiara merasa tidak nyaman karena kehadirannya. Meskipun demikian, Nelson sudah mempersiapkan semuanya. Tak lupa ia membawa masker dan topi agar tidak terlalu dikenali orang. Statusnya yang tinggi itu membuatnya selalu dikelilingi oleh gadis-gadis. Siapapun bisa mengenalinya dan siapapun bisa mengetahui identitasnya. Cukup lama Nelson berada di dalam mobi
"Kiara, bukankah aku sudah bilang, jangan bermain-main denganku?" Nelson bertanya pada Kiara. Ia tak menyangka gadis kecil di hadapannya itu berani mengkhianatinya.Kiara menelan salivanya dengan kasar. Ia tahu jika dirinya salah kali ini. Kiara tidak akan menyangkal hal itu. Namun, Kiara tak pernah menduga jika pria di hadapannya ini akan tahu secepat itu."Kenapa diam? Jawab, Kiara? Kenapa kamu melakukan ini, hmm?" ucap Nelson yang berusaha menahan kemarahannya.Kiara masih terdiam. Ia sangat tersiksa dengan statusnya sebagai kekasih Nelson. Nelson sangat posesif padanya, itulah yang membuat gadis ini merasa tertekan. Dua tahun menjalin hubungan membuat Nelson semakin merasa ia punya hak atas diri Kiara.Laki-laki itu terlalu pencemburu. Bahkan dengan teman sekelasnya pun, Nelson tetap mencemburuinya. Terlepas dari hal itu, hati Kiara tetap mencintai pria itu.Saat ini, Nelson menahan gadis itu di dinding ruang kerja
Saat ini Nelson sudah berada di depan gerbang sekolah Kiara. Ia melirik ke arah jam tangannya lalu mengamati keadaan sekitarnya. Sebentar lagi Kiara keluar dari kelasnya. Ia ingin memberi kejutan pada Kiara. Secara pribadi menjemput gadis itu. Nelson juga sudah memberitahu sopir Kiara agar tidak menjemputnya. "Tuan muda, apa perlu saya standby di depan gerbang?" tanya Robby. Mungkin saja Kiara tidak mengetahui kedatangan mereka nanti. "Tidak perlu, Robby! Kita tunggu di sini saja," ucap Nelson. Sebenarnya ia juga tidak ingin terlalu menarik perhatian orang di sekitarnya. Nelson tidak ingin Kiara merasa tidak nyaman karena kehadirannya. Meskipun demikian, Nelson sudah mempersiapkan semuanya. Tak lupa ia membawa masker dan topi agar tidak terlalu dikenali orang. Statusnya yang tinggi itu membuatnya selalu dikelilingi oleh gadis-gadis. Siapapun bisa mengenalinya dan siapapun bisa mengetahui identitasnya. Cukup lama Nelson berada di dalam mobi
Pada akhirnya Kiara tidak dapat menolak lamaran dari Nelson. Kedua orang tuanya benar-benar setuju dan mengharapkan pernikahan tersebut segera terjadi. Meskipun Kiara juga merasa senang, namun ada ketakutan yang menghalangi keyakinannya untuk menyetujui pernikahan tersebut. Pernikahan yang digelar secara tertutup itu nanti hanya dihadiri kedua keluarga besar dan beberapa rekan bisnis mereka. Mereka sepakat untuk mengadakan resepsi setelah Kiara lulus sekolah, karena mereka tidak ingin membebani Kiara. Apalagi Kiara yang masih menjadi seorang pelajar, itu tidak akan mudah baginya. Pagi ini, sarapan dilewati Kiara dengan tenang dan hening. Jika biasanya ia akan berbincang dengan kedua orang tuanya, tidak untuk pagi. Kiara masih memikirkan tentang pernikahannya dengan Nelson yang mendadak itu. "Sayang, jika kamu terus melamun maka kamu akan telat, lho," ucap Jenita yang sedari tadi memperhatikan Kiara. "I-iya, Ma," balas Kiara. Lalu ia menyendok kembali
Hari berhari pun berlalu. Tanpa sadar, Kiara dan Daniel kini semakin dekat. Kiara tak malu lagi jika diantar jemput oleh Daniel saat ke sekolah. Daniel pun merasa sangat senang karena sikap Kiara kini kian hangat kepada dirinya.Kiara merasa selama berhubungan beberapa hari ini, sikap Daniel begitu lembut dan perhatian padanya. Berbeda saat ia bersama dengan Nelson. Kiara merasa Nelson begitu kaku dan membosankan. Kiara seperti mendapatkan hal baru setiap bersama dengan Daniel.Mungkin karena Nelson yang mengabaikan Kiara, sehingga Kiara merasa tidak dibutuhkan lagi. Kiara mulai merespon Daniel dan saat ini dirinya benar-benar merasa nyaman berada di dekat lelaki itu. Kiara seakan lupa jika dirinya masih kekasih Nelson."Sudahlah, setelah Nelson pulang nanti, aku akan mengakhiri hubunganku dengannya saja. Lagipula, Daniel sweet juga. Dia begitu perhatian dan lembut padaku," batin Kiara sambil memperhatikan Daniel yang sedang fokus mengemudikan
Selesai makan, mereka langsung menuju ke tempat pertandingan basket. Daniel melajukan mobilnya sedikit kencang karena waktu pertandingan pun sudah akan dimulai. Ponselnya sedari tadi berdering. Banyak panggilan masuk dari teman-temannya. Mereka khawatir jika Daniel tidak ikut dalam pertandingan tersebut, mereka akan kalah. Daniel begitu mahir dalam bermain basket. Tak heran ia menjadi sangat populer di kalangan sekolahnya. Bahkan juga populer di sekolah lainnya.Para siswi sangat mengagumi Daniel yang selalu terlihat keren dalam bertanding basket. Tak hanya itu, wajahnya yang tampan juga sangat menarik perhatian siswi lainnya. Banyak yang mengidolakan dirinya dan mendambakan untuk menjadi pacarnya.Namun semua itu tak berlaku bagi Kiara. Baginya, Daniel sama seperti teman laki-laki yang lainnya. Kiara tak pernah tertarik dengan ketampanan dan kharisma dari seorang Daniel Abimana. Mungkin karena hatinya sudah tertaut pada Nelson, membuatnya tak menyadari jik
Kini Kiara dan sahabatnya sedang menikmati makanannya. Mereka sedikit tergesa-gesa, karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Selesai makan tak lupa untuk membayar makanan yang telah ia beli sebelumnya."Aku ke kamar mandi sebentar. Kalian duluan ke kelas saja," ucap Kiara. Meisya dan Rena mengangguk. Mereka kembali lebih dulu.Kiara berjalan sambil melamun. Ia memikirkan kejadian tadi saat di lapangan basket. Entah mengapa hatinya merasa resah. Saat Kiara hampir masuk ke dalam kamar mandi, ia dikejutkan oleh Daniel yang juga ingin ke kamar mandi pria. Kiara mematung sejenak menatap Daniel yang terlihat tampan ketika sedang berkeringat seperti itu."Kiara, mau ke kamar mandi?" tanya Daniel yang sengaja menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan Kiara. Daniel masih canggung berhadapan dengan Kiara setelah kejadian tadi."Iya," jawab Kiara dengan singkat."Aku duluan, ya," ujar Kiara lagi. Daniel hanya mengangguk
Satu bulan yang lalu...Sudah hampir dua minggu Nelson tidak menghubungi Kiara. Biasanya, meskipun ia sedang dalam perjalanan bisnis, ia selalu menyempatkan untuk menghubungi Kiara. Pesan dan telepon dari Kiara pun tak pernah ia baca.Pagi ini, Kiara pergi ke sekolah seperti biasanya. Setiap hari ia diantar oleh sopir pribadinya. Kiara berdecak kesal, lagi-lagi pria itu tak membalas pesannya."Hiihh.. Menyebalkan!" gumam Kiara sambil terus melihat ke arah ponselnya."Nona, kita sudah sampai di sekolah," ucap Pak Arman, sopir yang ditugaskan untuk mengantar dan menjemput Kiara."Oh," sahut Kiara. Lalu ia keluar dari mobilnya dan pergi begitu saja. Ia segera masuk ke dalam kelasnya. Tak lupa sebelum memasuki area sekolahnya, Kiara mematikan ponselnya. Ia takut nanti akan menggangu konsentrasi belajarnya."Ki, tumben nggak semangat gitu," ucap Rena yang baru saja datang dan duduk di bangku sebelah Kiara. 
"Tunggu sebentar! Maksudnya apa, ya? Kiara tidak mengerti," ujar Kiara. Ia berharap apa yang sedang ia pikirkan bukanlah jawabannya."Astaga, sampai lupa. Jagi begini, sayang." Jenita menyentuh tangan Kiara sebelum melanjutkan perkataannya."Karena Nelson dan keluarganya ingin segera memiliki menantu, kami sepakat ingin menikahkan kamu dengan Nelson," ucap Jenita sambil melirik ke arah Nelson. Tentu saja itu bukan hanya keinginan dari keluarga Kalandra, namun keluarga Aditama pun sama. Ia sangat senang karena tidak perlu menjodohkan mereka.DegJantung Kiara langsung berdegub kencang. Ia bahkan menelan salivanya dengan susah. Sebenarnya ia juga mencintai Nelson, namun tidak menikah secepat itu juga."Tapi, Ma! Kiara masih kecil dan SMA saja belum lulus," ujar Kiara tidak terima. Kiara gusar jika teman-temannya mengetahui dirinya menikah dengan Nelson, mungkin saja ia akan dicemooh. Apalagi dirinya saat ini masih berstatus se
Nelson tersenyum kala kedua orang tuanya tiba di kediamannya. Ia tak menyangka, orang tuanya tersebut akan langsung pulang setelah mendengar dirinya akan melamar seorang gadis.Nelson menyambut kedatangan orang tuanya dan tak lupa memberikan pelukan hangat kepada mereka. Orang tuanya selalu sibuk dengan urusan bisnis. Bahkan hampir tidak pernah pulang karena selalu melakukan perjalanan bisnis.Nelson pun tak memusingkan hal itu. Ia sudah dewasa dan akan menemui kedua orang tuanya jika ia merindukannya. Menjadi seorang direktur di perusahaan besar membuat Nelson sangat sibuk. Bahkan, sebelum Nelson mengenal Kiara, ia termasuk orang yang gila dengan pekerjaannya."Ma, Pa, ayo kita berangkat. Aku takut kita terlambat," ucap Nelson penuh semangat. Ia bahkan tak memberi waktu sejenak untuk kedua orang tuanya beristirahat. Pikirannya dipenuhi oleh gadis itu."Astaga, lihatlah anak kita, Pa. Bahkan dia tidak membiarkan kita beristirahat s
Selesai mandi, Kiara segera keluar dari kamarnya. Ia sejenak mematung di ambang pintu kamar mandinya. Jenita masih berada di kamarnya. Hal ini tak pernah ia lihat sebelumnya. Mamanya itu selalu disibukkan dengan pekerjaannya, tetapi sore itu Jenita menunggu Kiara dengan sabar hingga Kiara selesai mandi."Sudah selesai mandi, sayang?" tanya Jenita basa-basi. Ia tahu jika belum selesai mandi, mungkinkah putrinya itu akan keluar dari kamar mandi? Kiara mengangguk. Ia masih menatap ke arah Jenita."Sini, hari ini Mama membelikan Kia baju baru. Cobalah, Mama yakin kamu akan menyukainya," ucap Jenita dengan antusias. Kia masih dibuat bingung oleh sikap Jenita yang tak biasa.Biasanya, Jenita tak pernah turun tangan perihal baju yang ia kenakan. Selama ini Jenita membebaskan Kiara memilih sendiri pakaian seperti apa yang ia kenakan, asal pakaian itu masih terlihat sopan."Kenapa, Ma? Mama ada pesta ya malam ini?" tanya Kiara sambil menata