Share

5. Siapa dia?

Author: Black Rose ink
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Di sebuah mansion milik keluarga Bagaskara disinilah gadis malang itu berada. Tempat yang baru beberapa jam dia singgahi.

"Assalamu'alaikum?" ucap Berli sambil menundukkan kepalanya saat memasuki rumah bak istana itu.

"Wa'alaikumsalam. Wah, akhirnya kamu berhasil juga membawanya ke sini, Van. Bunda kira kamu tidak akan bisa menemukannya." ujar Fariza.

"Bagaimana mungkin aku tidak bisa menemukannya, Bun? Semalam saja dia seperti malaikat kecil yang menolongku dari mautku." timpal Revan sambil terkekeh.

Sejenak pria itu melupakan masalahnya. Padahal baru beberapa jam sebelum kecelakaan itu terjadi dia sedang tidak baik-baik saja.

Hatinya pun juga masih teramat sangat sakit akibat pengkhianat yang dilakukan oleh kekasihnya itu.

Namun, demi permintaan sang Ibunda tercinta. Revan mengesampingkan rasa sakit hatinya demi mencari malaikat penolongnya.

'Aku harus bisa melupakan wanita pengkhianat itu. Dan aku harus segera bangkit dari rasa sakit yang baru semalam dia torehkan. Demi Bunda dan Ayah aku akan menepati janjiku untuk bangkit kembali setelah aku selamat dari maut itu.' gumam Revan dalam hati.

Revan memang bukan tipe orang yang suka membangkang dan menentang kedua orangtuanya.

Meskipun dia hidup bergelimang harta, tetapi orangtuanya selalu mendidiknya menjadi orang yang rendah hati dan tidak sombong.

"Nak, kemarilah!" pinta Feriza dengan suara lembut.

Perlahan gadis itu mengayunkan kakinya, meskipun sebenarnya dia sangat ragu untuk mendekati wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik.

"Jangan takut, Nak! Maaf jika tadi Revan memaksamu! Ini semua memang permintaan Bunda. Dan Bunda juga tidak bermaksud untuk membawa paksa kamu." ujar Fariza.

Saat ini jarak diantara kedua wanita beda usia itu tidak terlalu jauh, bahkan hanya beberapa langkah saja.

"Tidak apa-apa, Nyonya. Saya yang seharusnya berterimakasih kepada kalian. Ternyata tidak semua orang kaya itu memandang rendah kasta dibawahnya." ucap Berli.

Gadis lusuh itu bisa mengatakan hal itu karena di saat dia memulung, hanya cacian dan hinaan yang dia dapatkan.

Bahkan beberapa orang juga mencemooh pekerjaannya sebagai pemulung. Apalagi para remaja yang melihatnya, pasti selalu merendahkan dan memandang jijik kepadanya.

"Tidak semua orang kaya itu seperti itu, Nak." timpal seseorang dari arah belakang.

"Ma-maaf, Tuan! Saya tidak bermaksud lancang." ucap Berli sambil terbata.

Kini pandangan gadis itu semakin menunduk hingga wajahnya hampir tidak terlihat. Merasa tidak enak hati dan bersalah itulah yang dia rasakan saat ini.

Bukan karena apa? Tetapi karena mulut lancangnya itulah yang membuat gadis itu menjadi sedikit gemetar.

"Sudah. Jangan takut! Kami tidak akan pernah menyakitimu, Nak." ujar Rendra sambil terkekeh.

Revan yang melihat pancaran kebahagiaan dari kedua orangtuanya, kini seakan terhipnotis oleh gadis yang berpenampilan lusuh itu.

'Mengapa gadis itu bisa membuat kedua orangtuaku sebahagia itu? Padahal mereka juga baru semalam bertemu. Tetapi mengapa aku seperti pernah melihatnya sebelum kecelakaan itu terjadi?'

Kini pikiran Revan kembali berkelana sembari mengingat tentang gadis yang saat ini sedang bersama orangtuanya.

"Oh... Iya, Nak. Apakah hari ini kamu akan memulung lagi?" tanya Rendra.

"I-iya, Tuan." sahut Berli lirih.

"Jangan memanggil kami dengan sebutan Tuan dan Nyonya, Nak! Panggil saja Ayah dan Bunda, agar kamu lebih nyaman." ujar Rendra.

Dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya. Baru dua kali mereka bertemu, Berli tidak ingin dianggap tidak tau diri karena memanggil mereka dengan panggilan yang tidak seharusnya.

"Maaf, Tuan! Saya belum terbiasa." ucap Berli.

"Baiklah. Tidak apa-apa. Senyaman kamu saja." timpal Feriza.

Seketika suasana rumah menjadi lebih hangat. Bahkan Revan yang baru saja merasa lebih baik, kini seperti sedang mendapatkan obat penyembuhnya.

"Siapa sebenarnya gadis itu? Mengapa dia terlihat sangat familiar?" gumam Revan.

Pria itu masih saja memikirkan tentang asal-usul gadis lusuh itu. Bahkan dia juga tidak memikirkan wanita yang beberapa tahun mengisi hatinya.

Dalam sekejap semuanya bisa disulap menjadi momen istimewa untuk keluarga Bagaskara. Bahkan mereka seperti terbiasa saat berbincang-bincang dengan Berli.

"Aku harus segera mencari tau, siapa dia sebenarnya? Daripada aku nanti mati penasaran." kekeuh Revan yang terus saja memandangi sosok gadis itu.

"Van, sini! Kok bengong gitu sih!" tegur Feriza.

Revan yang tertangkap basah sendang melamun kini langsung gelagapan. Tetapi dengan cepat dia kembali menetralkan dirinya kembali.

"Eh? Iya, Bun." sahut Revan.

Setelah tiba di samping Ayahnya, Revan langsung menghempaskan bokongnya. Kemudian pria tampan itu langsung tersenyum ke arah ketiga orang itu.

"Kamu hari ini tidak sibuk 'kan, Van?" tanya Feriza.

Dengan cepat pria itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis. "Tidak, Bun. Kenapa?" tanya Revan.

"Bagus. Kalau begitu, kamu ikut Bunda untuk menyulap penampilan malaikat kecilmu. Oke?" ujar Feriza.

"Hah?!"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Julia Yulia
lanjut bagus veritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Kecil Kesayangan Tuan Presdir    1. Malaikat Kecil

    Dingin, basah, dan gelap...Itulah yang dirasakan oleh seorang gadis yang bernasib malang. Berlari membelah derasnya hujan yang disertai dengan suara petir menggelegar.DUAARR!"Astaghfirullahal'adzim!" pekik gadis yang baru akan menginjak usia tujuh belas tahun.Dengan penuh keberanian, gadis cantik dan anggun itu terus berlari untuk mencari tempat yang teduh sebagai perlindungan dari derasnya hujan malam ini."Ayah, Berli takut! Temenin Berli, Yah!" pinta Berlian sambil memeluk dirinya sendiri yang telah basah kuyup diguyur hujan."Dingin, Ya Allah!" rintih Berlian disertai gigi yang bergemeletuk.Sembari menunggu hujan reda. Berli terus saja berdo'a, berharap jika gelapnya malam ini dia tidak sendirian di sebuah halte bus yang sudah sangat sepi.Tepat pukul sepuluh malam, hujan akhirnya reda. Dengan perlahan gadis berparas cantik itu berjalan sambil memeluk dirinya, dan membawa sebuah karung yang selalu menjadi teman kesehariannya.BRAK!Terdengar suara hantaman yang cukup keras te

  • Istri Kecil Kesayangan Tuan Presdir    2. Kagum

    "REVAN?!""Astaghfirullahal'adzim? Apa yang terjadi kepadanya?" pekik wanita cantik yang sudah memasuki kepala empat.Berli yang masih bergeming di tempat, kini hanya bisa menundukkan kepalanya sambil meremas ujung bajunya."Apa ada yang bisa menjelaskannya?" tanya sosok pria paruh baya yang saat ini sedang menatap penuh tanya kepada beberapa orang disekitarnya.Pria jangkung berkumis tipis kini langsung menyenggol lengan Berli. Seketika gadis cantik itu langsung mendongak dan menatap pria di sampingnya.Pak Ridwan adalah nama penjaga pintu masuk perumahan elit itu. "Bicaralah, Neng! Tolong jelaskan kepada orangtua Pak Revandra!" bisik Pak Ridwan yang meminta agar Berli membuka suaranya.Sebelum membuka suaranya sejenak Berli menghirup udara segar untuk mengurangi rasa gugupnya. 'Bantu aku untuk menjelaskan semuanya kepada mereka, Ya Allah!' batin Berli."Ma-maaf, Tu-tuan! Saya yang menemukan Tuan ini saat kecelakaan terjadi...." ucap Berli lirih dan terbata.Sosok pria berpawakan tin

  • Istri Kecil Kesayangan Tuan Presdir    3. Hukuman

    "Bagus ya? Sekarang kamu mulai berani pulang malam, hah?! Apakah kamu menjajakan diri te rlebih dahulu sebelum pulang? Dasar, jalaang kecil!" hardik wanita paruh baya disertai dengan tatapan mata tajam. DEGH! Seketika tubuh gadis itu membeku di tempat dengan mata yang membola sempurna, saat melihat siapa sosok yang selalu membuatnya ketakutan. "A-ampun, Bu! Ma-maafkan, Berli!" pinta Berli lirih. Kini tubuh gadis itu bergetar karena tatapan mematikan dari Ibunya. Melalui sorot matanya yang tajam sosok wanita paruh baya yang bernama Lusiana, selalu menjadi sosok yang sangat menakutkan untuk gadis cantik itu. Bagaimana tidak? Setiap kali Berli pulang terlambat atau tidak memberikan dia uang. Pasti gadis malang itu akan mendapatkan hukuman yang tidak manusiawi. Seperti halnya yang sudah terjadi saat Berli pulang tidak membawa hasil apapun. Tepat di saat itu juga Berli mendapatkan pukulan dari rotan, bahkan terkadang dia sama sekali tidak diberikan makan.Dan lebih parahnya lagi, s

  • Istri Kecil Kesayangan Tuan Presdir    4. Pertemuan Tak Terduga

    Tak terasa sang mentari kini mulai menyembul dari tempat persembunyiannya. Semburat warna kuning yang selalu dinantikan oleh semua insan manusia untuk melanjutkan perjalanan hidupnya.Pagi ini seperti biasa Berli yang selalu bangun lebih awal, memilih untuk menunggu Ibu atau Kakaknya bangun tidur untuk membersihkan dirinya."Mengapa Ibu tak kunjung bangun ya? Apakah aku harus mengetuk pintunya? Tetapi bagaimana kalau mereka akan marah?"Kini kegelisahan menyelimuti hati gadis malang itu. Niat ingin berangkat bekerja pagi, tetapi pintunya belum kunjung terbuka dan masih terkunci."Ya Allah, mengapa mereka tidak bangun-bangun? Bagaimana kalau aku berangkat kesiangan? Pasti nanti sudah banyak pemulung yang sudah lebih dulu mengambil alih tempatku." keluh Berli.CEKLEK!Tepat saat dia mengeluh pintu pun terbuka lebar, sehingga membuat gadis itu langsung mengembangkan senyumannya."Alhamdulillah. Akhirnya Ibu bangun juga. Maafkan Berli, Bu! Berli mohon izin untuk membersihkan diri terlebih

Latest chapter

  • Istri Kecil Kesayangan Tuan Presdir    5. Siapa dia?

    Di sebuah mansion milik keluarga Bagaskara disinilah gadis malang itu berada. Tempat yang baru beberapa jam dia singgahi."Assalamu'alaikum?" ucap Berli sambil menundukkan kepalanya saat memasuki rumah bak istana itu."Wa'alaikumsalam. Wah, akhirnya kamu berhasil juga membawanya ke sini, Van. Bunda kira kamu tidak akan bisa menemukannya." ujar Fariza."Bagaimana mungkin aku tidak bisa menemukannya, Bun? Semalam saja dia seperti malaikat kecil yang menolongku dari mautku." timpal Revan sambil terkekeh.Sejenak pria itu melupakan masalahnya. Padahal baru beberapa jam sebelum kecelakaan itu terjadi dia sedang tidak baik-baik saja.Hatinya pun juga masih teramat sangat sakit akibat pengkhianat yang dilakukan oleh kekasihnya itu.Namun, demi permintaan sang Ibunda tercinta. Revan mengesampingkan rasa sakit hatinya demi mencari malaikat penolongnya.'Aku harus bisa melupakan wanita pengkhianat itu. Dan aku harus segera bangkit dari rasa sakit yang baru semalam dia torehkan. Demi Bunda dan A

  • Istri Kecil Kesayangan Tuan Presdir    4. Pertemuan Tak Terduga

    Tak terasa sang mentari kini mulai menyembul dari tempat persembunyiannya. Semburat warna kuning yang selalu dinantikan oleh semua insan manusia untuk melanjutkan perjalanan hidupnya.Pagi ini seperti biasa Berli yang selalu bangun lebih awal, memilih untuk menunggu Ibu atau Kakaknya bangun tidur untuk membersihkan dirinya."Mengapa Ibu tak kunjung bangun ya? Apakah aku harus mengetuk pintunya? Tetapi bagaimana kalau mereka akan marah?"Kini kegelisahan menyelimuti hati gadis malang itu. Niat ingin berangkat bekerja pagi, tetapi pintunya belum kunjung terbuka dan masih terkunci."Ya Allah, mengapa mereka tidak bangun-bangun? Bagaimana kalau aku berangkat kesiangan? Pasti nanti sudah banyak pemulung yang sudah lebih dulu mengambil alih tempatku." keluh Berli.CEKLEK!Tepat saat dia mengeluh pintu pun terbuka lebar, sehingga membuat gadis itu langsung mengembangkan senyumannya."Alhamdulillah. Akhirnya Ibu bangun juga. Maafkan Berli, Bu! Berli mohon izin untuk membersihkan diri terlebih

  • Istri Kecil Kesayangan Tuan Presdir    3. Hukuman

    "Bagus ya? Sekarang kamu mulai berani pulang malam, hah?! Apakah kamu menjajakan diri te rlebih dahulu sebelum pulang? Dasar, jalaang kecil!" hardik wanita paruh baya disertai dengan tatapan mata tajam. DEGH! Seketika tubuh gadis itu membeku di tempat dengan mata yang membola sempurna, saat melihat siapa sosok yang selalu membuatnya ketakutan. "A-ampun, Bu! Ma-maafkan, Berli!" pinta Berli lirih. Kini tubuh gadis itu bergetar karena tatapan mematikan dari Ibunya. Melalui sorot matanya yang tajam sosok wanita paruh baya yang bernama Lusiana, selalu menjadi sosok yang sangat menakutkan untuk gadis cantik itu. Bagaimana tidak? Setiap kali Berli pulang terlambat atau tidak memberikan dia uang. Pasti gadis malang itu akan mendapatkan hukuman yang tidak manusiawi. Seperti halnya yang sudah terjadi saat Berli pulang tidak membawa hasil apapun. Tepat di saat itu juga Berli mendapatkan pukulan dari rotan, bahkan terkadang dia sama sekali tidak diberikan makan.Dan lebih parahnya lagi, s

  • Istri Kecil Kesayangan Tuan Presdir    2. Kagum

    "REVAN?!""Astaghfirullahal'adzim? Apa yang terjadi kepadanya?" pekik wanita cantik yang sudah memasuki kepala empat.Berli yang masih bergeming di tempat, kini hanya bisa menundukkan kepalanya sambil meremas ujung bajunya."Apa ada yang bisa menjelaskannya?" tanya sosok pria paruh baya yang saat ini sedang menatap penuh tanya kepada beberapa orang disekitarnya.Pria jangkung berkumis tipis kini langsung menyenggol lengan Berli. Seketika gadis cantik itu langsung mendongak dan menatap pria di sampingnya.Pak Ridwan adalah nama penjaga pintu masuk perumahan elit itu. "Bicaralah, Neng! Tolong jelaskan kepada orangtua Pak Revandra!" bisik Pak Ridwan yang meminta agar Berli membuka suaranya.Sebelum membuka suaranya sejenak Berli menghirup udara segar untuk mengurangi rasa gugupnya. 'Bantu aku untuk menjelaskan semuanya kepada mereka, Ya Allah!' batin Berli."Ma-maaf, Tu-tuan! Saya yang menemukan Tuan ini saat kecelakaan terjadi...." ucap Berli lirih dan terbata.Sosok pria berpawakan tin

  • Istri Kecil Kesayangan Tuan Presdir    1. Malaikat Kecil

    Dingin, basah, dan gelap...Itulah yang dirasakan oleh seorang gadis yang bernasib malang. Berlari membelah derasnya hujan yang disertai dengan suara petir menggelegar.DUAARR!"Astaghfirullahal'adzim!" pekik gadis yang baru akan menginjak usia tujuh belas tahun.Dengan penuh keberanian, gadis cantik dan anggun itu terus berlari untuk mencari tempat yang teduh sebagai perlindungan dari derasnya hujan malam ini."Ayah, Berli takut! Temenin Berli, Yah!" pinta Berlian sambil memeluk dirinya sendiri yang telah basah kuyup diguyur hujan."Dingin, Ya Allah!" rintih Berlian disertai gigi yang bergemeletuk.Sembari menunggu hujan reda. Berli terus saja berdo'a, berharap jika gelapnya malam ini dia tidak sendirian di sebuah halte bus yang sudah sangat sepi.Tepat pukul sepuluh malam, hujan akhirnya reda. Dengan perlahan gadis berparas cantik itu berjalan sambil memeluk dirinya, dan membawa sebuah karung yang selalu menjadi teman kesehariannya.BRAK!Terdengar suara hantaman yang cukup keras te

DMCA.com Protection Status