Tidak mudah bagi seorang Mentari Gumala melakukan balas dendam pada keluarga suaminya. Ia harus melewati banyak rintangan, bahkan wanita mudah berwajah cantik itu melakukan banyak hal untuk membuktikan kalau Angkasa Atmaja lelaki yang jahat. Mentari ingin membuktikan pada semua orang ayahnya tidak salah.Tapi untuk menlancarkan aksi balas dendamnya Mantari harus berhadapan dengan sang suami. Topan tidak rela Mentari mengusik keluarganya, ia ingin menghantikan Mentari.“Aku akan menjiknakkanmu, istri kecilku.”Topan tersenyum puas melihat Mentari terikat di atas ranjang.“Mentari hanya membalas dengan tatapan sinis.”“Tubuhmu membuatku candu Mentari, kita akan sering-sering melakukannya nanti ke depannya.”Mendengar hal itu Mentari semakin kesal,” omong kosong, lepaskan aku!”Sulit membedakan wajah Topan malam itu. Apakah itu wajah kemarahan atau karena keinginan tubuhnya yang memintah aktivitas lebih banyak darinya.Topan sudah melakukannya satu kali bahkan Mentari merasa lelah. Top
Topan berpikir Mentari akan berhenti setelah memberinya hukuman. Namun, lelaki tampan itu salah, bukannya bertambah jinak Mentari semakin tidak terjangkau. Gadis cantik itu seakan-akan ingin menghilang dari pandangannya.Setelah apa yang dilakukan Topan malam itu, Mentari justru jarang pulang ke rumah Topan, ia lebih banyak menghabiskan waktu tinggal di apartemennya, ia fokus belajar untuk menyeselesaikan sekolah SMA-nya.Awalnya Topan masih sabar saat Mentari tidak pulang selama berhari-hari, lama kelamaan ia kesal juga. Sebelum berangkat kekantor ia melihat kamar Mentari kosong lagi. Ia membuang napas kasar sembari duduk di meja makan.“Apa Mentari pulang lagi ke rumah orang tuanya?” tanya Bunda Topan saat mereka berdua serapan.“Aku tidak tahu Bun, aku tidak mengurusinya.”“Bunda berharap masalah lalu, biarlah masa lalu kehidupan kamu dan Mentari jangan ikut bermasalah.”“Bun, aku dan Mentari itu sejak dari awal pernikahan memang tidak ada harapan, awal kami menikah karena
Mentari dan Topan masih berdebat, memperjuangkan pendapat masing-masing. Topan masih membela keluarganya. Topan menyebut Bulanlah yang berhianat terlebih dulu, itu sebabnya pernikahan mereka dibatalkan.“Kak Bulan tidak pernah selingkus, dia sangat mencintamu,” jelas Mentari.Topan mendengus, “kalau tidak selingku lalu siapa pria yang bersamanya saat itu?”Mentari lelah berdebat dengan Topan, baru tiba dari Bali sebenarnya ia ingin istirahat bukan malah berdebat dengan Topan.“Keluargamu yang membayar orang untuk berpura-pura jadi kekasih Kak Bulan.”Topan marah karena Mentari asal menuduh, “jangan asal menuduh kalau tidak ada bukti.”“Bukti kamu bilang …? Pergi dan tanyakan sama Bunda kamu, saksi dan bukti masih ada.”“Bunda? Kamu jangan menuduh seperti itu, justru dia yang membantu kamu untuk menantunya.”“Aku kasihan pada kamu, sebagai anak kamu tidak tahu penderitaan wanita yang melahirkanmu, aku tidak ingin berdebat lagi, aku ingin pergi ada urusan yang akan aku selesa
Mentari tidak perduli saat Topan memutuskan mengungat cerai dirinya, ditengah kasus perceraiannya dengan Topan, ia lebih memilih fokus belajar, karena sebentar lagi menjelang ujian kelulusan.Di apartemennya Mentari hanya tersenyum kecil melihat sebuah acara gosip memberiktakan tentang dirinya yang selingkuh dan menyebutnya hanya menginginkan harta keluarga Topan Atmaja.Mentari tidak terpengaruh degan gosip yang beredar, ia hanya fokus pada tujuan utamanya. Mentari ingin Angkasa mendapat hukuman atas perbuatannya. Mentari menunjukkan perlawanannnya pada ayah mertua dimulai dari gosip seorang perempuan mengakui pelecahan dari Angkasa kini muncul dua orang lagi mantan sekretaris yang mengaku mengalami pelecahan dari Angkasa juga.Mentari memasukkan bumbu penyedap pada berita itu dengan apa yang ia dapat selama ini, ia di tinggal di rumah keluarga Topan. Dimana ia memasang rekaman dalam kamar kerja Angkasa, dalam kamar itu Mentari menemukan banyak kejutan yang bisa nantinya
Setelah beberapa minggu kabar gembira datang juga menghampiri Mentari.Dendam itu mulai terbalaskan, satu persatu.Angkasa Atmaja akhirnya diperiksa polisi dengan banyak tuntutan, yang paling membahagiakan untuk Mentari akhirnya tuntutannya pembunuhan terhadap abang Mentari diproses,Mentari tidak bisa menahan tangis saat ia bisa memberi keadilan untuk Bintang abangnya. Melihat berita ditelevisi Samudra Gumala menangis terharu.Ia tidak pernah bermimpi kalau putri bungsunya akan memperjuangkan keadilan untuk keluarganya.“Maafkan Ayah Nak, maaf,” ucap lelaki itu menangis.Bulan juga menutup mulut menahan tangis, “ beristirahatlah dengan tenang, Bintang. Polisi sudah menangkap satu pesatu pelakunya,” ucap Bulan.Bintang anak pertama Samudra seorang polisi meninggal saat sedang bertugas menyelidiki sebuah kasus pencucian uang dan pengedar narkoba berkala internasional. Selama bertahun-tahun pelakunya belum tertangkap, tetapi kini pelakunya sudah tertangkap satu persatu. Salah satu
Topan dan dokter masih membahas tentang kondisi Mentari.“Sepertinya istrimu belum menyadari kalau dia hamil, dalam kandungan darah yang aku periksa, dia masih banyak minum beralkohol dan soda, kalau dia masih melakukan itu aku takut janinnya akan hilang, karena masih sangat mudah,” tutur dokter.Mendengar penuturan dokter Topan, bigung harus berbuat apa, sementara nyawa Mentari dalam bahaya, karena ia mengusik kandang macan yang tak lain ayah Topan sendiri.Mentari mengusik hidup Atmaja, hal itu sudah pasti sangat berbahaya untuk Mentari“Aku akan membawanya pulang, Dok, dia berbahaya di sini,” ujar Topan.Dokter muda itu menatap Topan, “apa kamu bisa merawat dia, Pan?”“Aku pasti bisa,” sahut Topan dengan yakin, ia hanya tidak ingin Mentari dalam bahaya.“Baiklah, kalau kamu maunya seperti itu aku akan menulis resep obatnya dan memberi obat penahan rasa sakit, jangan banyak-banyak dan dia tidak bisa mengkonsumsi obat sembarangan berbahaya dengan janinnya.”“Baik.”Topan meng
Topan bangun saat melihat Mentari sibuk mencari kunci kamar.“Apa kamu mencari sesuatu Mentari?”“Aku ingin keluar dari sini.”“Melarikan diri lagi?” tanya Topan.“Bukan melarikan diri hanya ingin keluar saja.”Saat Topan mendekat Mentari menghindari, ia berpikir kalau ia dan Topan sebentar lagi akan jadi mantan suami, Mentari duduk di sofa, kemeja Topan yang ia pakai hanya bisa menutupi bagian panggulnya saja, sepasang kaki jenjang berwarna putih terlihat jelas. Tapi ia tidak terganggu dengan pakaian yang ia pakai.Topan mengenakan celananya kembali, berdiri menguyur rambutnya ke belakang mengunakan jemarinya, “aku pikir luka di lenganmu belum pulih, Nona Mentari. Apa tidak sebaiknya kamu istrirahat agar luka di tanganmu sembuh?,” ucapnya sembari mendekat. Ia berusaha bersikap baik agar Mentari mau diajak bicarasebab Topan memilih menceraikannya, “Terimakasih telah menyelamatkanku tadi malam, aku aku harus pergi aku ingin mengerjakan sesuatu.”“Sesuat apa?”Mentari menatap sang s
Topan memenangkan jantungnya, setelah mendengar penuruturan Mentari Topan masih belum percaya. Bundanya tidak pernah cerita kalau ayahnya memikili kelainan dalam hal ranjang. Kalau lelaki melakukan perselingkuhan itu sudah hal biasa. Sebab sudah tabiat laki-laki jika sudah memiliki tahta dan harta tidak akan lepas dari namanya godaan dari perempuan. Biasanya kalau lelaki sudah memiliki uang banyak ia akan mencoba melakukan banyak hal termasuk dalam hal mencoba banyak wanita. Kalau ayahnya selingkuh Topan tidak akan merasa khawatir dengan keselamatan ibundanya. Namun dalam kasus ayahnya Topan, ditemukan kasus yang tidak biasa. Ayah mertuanya tidak pernah selingkuh , tetapi menjadikan pasangannya sebagai objek mainannya untuk memuaskan keinginan tubuhnya.“Apa yang dilakukan Ayah?”“Aku melihat ada banyak kostum boneka di kamar ayahmu.”Topan menggeleng tidak sabaran, “Lalu apa kamu pikir itu kelainan?”“Aku juga melihat di ruang rahasia alat peyiksaan, cambuk, kursi sengat lis
Mentari sangat bahagia saat sahabatnya datang berkunjung ke rumah mereka. Topan yang membawa Melie ke sana, ingin Mentari bahagia. Topan tahu hanya Melie sahabat satu-satunya yang dimiliki Mentari. Sebelum mengajaknya ke rumah Topan terlebih dahulu meminta Melie bertemu, ia menjelaskan kenapa Mentari tidak berterus terang padanya tentang Dilan. Topan meluruskan kesalahpahaman antara keduanya.Melie setuju memaafkan sahabatnya dan setuju bertemu juga. Mentari sangat berterimakasih pada Topan karena bisa memperbaiki hubungan persahabatan mereka.“Aku sangat senang Kak Topan membawa Meli kesini,” ucap Mentari saat mereka bertiga duduk di ruang tamu.“Aku tidak ingin melihatmu sedih, itu sebabnya aku meminta Meli bertemu.”Kedua sahabat itu saling menatap dan sama-sama tertawa.“Aku minta maaf atas perkataanku hari itu, Tari,” ujar Melie dengan raut wajah menyesal.“Tidak apa-apa, kamu pantas marah padaku.”Topan berdiri, “Aku ingin memberikan waktu pada kalian berdua, aku ada pertemu
Hubungan pasangan suami istri itu kian membaik, setelah Topan memberi Mentari suntikan ala suami perkasa. Saat bumil cantik itu bangun Topan sudah membawakannya susu hangat dan roti bakar hangat.“Selamat pagi Sayang,” sapa Topan saat Mentari duduk. Kesadarannya belum terkumpul otaknya belum konek ke saraf-saraf otak, hanya diam dengan kedua bola mata memutar kekanan dan ke kiri, mencoba mengingat-ingat semua yang terjadi.‘Kenapa Topan datang ke kamarku?’ tanya Mentari dalam hati.Melihat Mentari seperti orang bingung Topan duduk di sisi ranjang, ia menyisihkan anak rambut yang menutupi kening sang istri.“Kenapa terlihat bingung. Kamu hanya menjawab selamat pagi juga,” ujar Topan mencubit hidung mancung istri kecilnya.“Kenapa kamu ada disini.”Mendengar pertanyaan konyol Mentari, Topan tertawa kecil, “apa kamu lupa?”“Lupa …? Apa yang aku lupakan?” tanya Mentari bigung.Topan menarik selimut yang menutupi bagian tubuh Mentari, lalu ia mengedipkan sebelah mata memberi kode ka
Topan tersenyum kecil saat Mentari meninggalkannya di dapur, dalam otak Topan sudah menyusun rencana yang pakai untuk meluluhkan hati Mentari. Ia menoleh meja jus alpukat pesanan Mentari belum di minum sama sekali. Laki-laki tampan itu tersenyum, lalu berdiri membawa jus . Tiba di depan kamar Mentari ia mengetuk.“Siapa?”“Ini Aku, jus yang kamu pesan tadi belum di minum.”Mentari berdiri sebentar memikirkan alasan menolak membuka pintu.“Aku sudah mengantuk, besok saja.”“Besok tidak bisa diminum lagi, kamu yang mengatakan tadi tidak baik buang-buang makanan.”Mentari akhirnya membuka pintu, membiarkan Topan masuk ke dalam kamar yang ditempati. Sudah hampir tiga bulan sejak mereka tinggal bersama di rumah baru yang dibeli Topan. Keduanya menempati kamar terpisah sesuai permintaan Mentari. Selama mereka tinggal Mentari bahkan tidak memperbolehkan siapapun masuk ke dalam kamarnya. Pertama kalinya Topan masuk ke kamar tersebut. Di Atas meja ada banyak buku tebal yang dibaca Mentari
“Kamu tidak perlu melakukannya Untukku, lakukan saja itu untuk Kak Bulan.”Mendengar itu, wajah Topan berubah muram, “kamu istriku Mentari, aku tidak perlu menyuruhku memberi perhatian pada orang lain.”“Dia kakakku Topan.”“Aku tidak ingin Bulan, aku hanya butuh kamu dalam hidupku. Kamu dan anakku itu yang aku inginkan.”“Tapi dia menginginkan dirimu, dia sangat mencintaimu. Kalian berdua saling mencintai.”Topan tidak ingin berdebat di sana, ada banyak orang di restoran, kalau Mentari terus menerus membawa-bawa Bulan, ia bisa meledak.“Kita sudahi pembicaraan kita sampai di sini, stop membahas Bulan lagi,” potong Topan.Topan mengajaknya pulang, bahkan lupa membeli kebutuhan Mentari. Dalam mobil keduanya sama-sama diam. Topan fokus dengan kemudi sementara Bumil cantik itu sibuk dengan pikirannya sendiri. Saat tiba di rumah, Topan keluar dari mobil meminta Mentari untuk duduk.“Mari kita bicara dan luruskan semuanya,” ucapnya sambil duduk di sofa di depan rumah mereka.“Baiklah.” M
Hubungan Topan dan Mentari sedikit membaik berkat kesabaran Topan. Laki-laki tampan itu memilih mengalah dan sabar untuk menghadapi sikap istri kecilnya. Mentari sudah mau bicara padanya , bahkan sudah mau duduk semeja dengan Topan, walau tidak tidur dengan satu kamar tapi ia akan tetap bertahan.“Apa kamu mau jalan-jalan bersamaku?” tanya Topan saat Mentari berdiri di tepi kolam renang.“Tidak usah, aku malas.”Topan tidak ingin memaksa, tetapi ia menawarkan hal yang lain.“Bagaimana dengan perlengkapanmu,apa masih ada? Kebetulan aku kehabisan parfum kalau kamu mau kita pergi bersama-sama.”Mentari memikirkan tawaran sang suami, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa apa saja barang yang ia perlukan.“Baiklah, aku ikut,” ucap Mentari.Mendengar hal itu Topan merasa sangat bahagia, selama ini Mentari masih memasang tembok penghalang diantara mereka. Topan sudah bertekad akan penghalang asal ia sabar menghadapi sikap keras kepala Mentari.“Apa perlu kita meminta Melie menem
Mentari bersedia dibawa ke Jakarta dengan berbagai persyaratan yang harus dituruti Topan. Salah satunya tidak ingin tinggal di rumah ibu mertuanya. Mentari juga harus diperbolehkan mengikuti ujian susulan. Agar bayi dalam kandungan Mentari Topan melakukan semuanya, ia mengijinkan Mentari mengikuti ujian kelulusan. Selama masa ujian Topan tidak diperbolehkan bicara padanya, bahkan Mentari tidak pernah menemuinya selama berhari-hari. Mereka hidup satu atap, tapi bisa bertemu satu sama lain.Mentari sudah berbulan-bulan tidak bertemu sahabatnya Melie. Mentari meminta izin ingin bertemu Melie.“Kamu hamil anak siapa?” tanya Melie sahabatnya.“Hamil anak Topanlah Melie,” ujar Mentari mencubit lengan Melie.Kedua sahabat itu bertemu di sebuah café setelah menyelesaikan ujian kelulusan. Melie belum tahu kalau Dilan seorang perempuan. Mentari tidak ingin menutupinya lagi dari Melie.“Mel, aku ingin jujur sama kamu,” ucap Mentari dengan raut wajah serius.“Tentang apa?”“Dilan.”Mendenga
Setelah bertengkar hebat dengan istrinya Samudra merasa kepalanya ingin meledak. Ia tidak ingin pertengkaran mereka semakin melebar , ia berhenti menyudahi semua pertengkaran merekam keluar dari rumah. Saat ia keluar ternyata Mentari juga berdiri di sana. Hati Mentari begitu hancur, selama ini ia berpikir kalau Ibu yang ia sayangi menyayanginya juga, ternyata ia salah wanita itu membencinya. “Apa kamu mendengar pertengkaran kami?” tanya pria itu dengan khawatir.“Iya,” sahut Mentari dengan kepala menunduk.“Maafkan Ayah Nak.”Pria itu berjalan menuju bangku taman. Duduk sambil menatap hamparan laut luas. Suara deburan ombak menambah rasa pilu dalam hatinya.Setiap malam ia selalu duduk di sana mendengar deburan ombak yang indah. Semenjak pindah ke Bali Samudra merasakan ketenangan. Jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Namun, kali ini ada perasaan yang berbeda saat duduk di sana. Ada perasaan yang sangat terluka akan sulit menyembuhkannya.Mentari juga duduk di samping ayahnya, pria it
Samudra tidak percaya dengan apa yang dilihat di depan matanya. Anak perempuan yang selama ini ia bangakan ternyata melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.“Bulan! Apa yang kamu lakukan? Dia suami adikmu, bahkan adikmu sedang hamil. Kenapa kamu tega melakukannya?”“Ayah … dengar dulu, ini tidak seperti yang ayah lihat,” bantah Bulan.“Stop! Kalian berdua tidak bisa mengelak. Saya sudah melihat dengan mata kepala saya sendiri,” bentak Samudra.Pundaknya naik turun, wajahnya menghitam menahan luapan emosi yang ingin meledak. Tatapan mata tajam dia tujukan pada menantunya.“Kamu laki-laki bajingan, pergilah dari sini,” usirnya lagi.“Yah, maafkan saya, saya khilaf.” Topan bersimpuh di tanah.Saat ayahnya marah besar, tapi tidak untuk Mentari. Ia begitu tenang seolah-olah tahu kalau hal itu akan terjadi.“Apa karena itu kamu meminta menikah dengan Bulan? Dengar aku tidak akan memberikan kedua putriku pada bajingan seperti kamu. Ayo Nak kita pergi dari sini.” Samudra menggenggam ta
Setelah permintaan sang Ibu, sikap Mentari jadi berubah, wanita cantik itu lebih irit bicara, bahkan menghindar bertemu dengan keluarganya.“Apa kamu sakit Nak?” tanya Angkasa, saat melihat Mentari duduk di taman.“Tidak, aku hanya menikmati angin yang sejuk ini Yah.”“Masuklah ke dalam rumah, angin malam tidak baik untukmu dan bayimu,” ujar Ayahnya perhatian.Mentari masuk ke kamarnya hanya duduk diam dalam kamar. Kalau biasanya dia menyempatkan waktunya untuk mengobrol dan cerita-cerita berbagai hal dengan kakak dan Ibunya. Namun kali ini, ia berubah memilih masuk kamarnya. Ia lebih senang sendiri. Untuk hanya sekedar makan saja ia enggan untuk turun. *Samudra berpikir putrinya sedang mengidam, ia membawa makanan ke dalam kamar Mentari.“Ayah, membawa makanan yang kamu suka.” Pria yang sudah beruban itu meletakkan nampan diatas meja.“Terimakasih Yah, aku tidak apa-apa hanya lagi sibuk belajar untuk ujian nanti.”Samudra mengalihkan tatapannya ke buku-buku diatas meja,