Hubungan Topan dan Mentari sedikit membaik berkat kesabaran Topan. Laki-laki tampan itu memilih mengalah dan sabar untuk menghadapi sikap istri kecilnya. Mentari sudah mau bicara padanya , bahkan sudah mau duduk semeja dengan Topan, walau tidak tidur dengan satu kamar tapi ia akan tetap bertahan.âApa kamu mau jalan-jalan bersamaku?â tanya Topan saat Mentari berdiri di tepi kolam renang.âTidak usah, aku malas.âTopan tidak ingin memaksa, tetapi ia menawarkan hal yang lain.âBagaimana dengan perlengkapanmu,apa masih ada? Kebetulan aku kehabisan parfum kalau kamu mau kita pergi bersama-sama.âMentari memikirkan tawaran sang suami, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa apa saja barang yang ia perlukan.âBaiklah, aku ikut,â ucap Mentari.Mendengar hal itu Topan merasa sangat bahagia, selama ini Mentari masih memasang tembok penghalang diantara mereka. Topan sudah bertekad akan penghalang asal ia sabar menghadapi sikap keras kepala Mentari.âApa perlu kita meminta Melie menem
âKamu tidak perlu melakukannya Untukku, lakukan saja itu untuk Kak Bulan.âMendengar itu, wajah Topan berubah muram, âkamu istriku Mentari, aku tidak perlu menyuruhku memberi perhatian pada orang lain.ââDia kakakku Topan.ââAku tidak ingin Bulan, aku hanya butuh kamu dalam hidupku. Kamu dan anakku itu yang aku inginkan.ââTapi dia menginginkan dirimu, dia sangat mencintaimu. Kalian berdua saling mencintai.âTopan tidak ingin berdebat di sana, ada banyak orang di restoran, kalau Mentari terus menerus membawa-bawa Bulan, ia bisa meledak.âKita sudahi pembicaraan kita sampai di sini, stop membahas Bulan lagi,â potong Topan.Topan mengajaknya pulang, bahkan lupa membeli kebutuhan Mentari. Dalam mobil keduanya sama-sama diam. Topan fokus dengan kemudi sementara Bumil cantik itu sibuk dengan pikirannya sendiri. Saat tiba di rumah, Topan keluar dari mobil meminta Mentari untuk duduk.âMari kita bicara dan luruskan semuanya,â ucapnya sambil duduk di sofa di depan rumah mereka.âBaiklah.â M
Topan tersenyum kecil saat Mentari meninggalkannya di dapur, dalam otak Topan sudah menyusun rencana yang pakai untuk meluluhkan hati Mentari. Ia menoleh meja jus alpukat pesanan Mentari belum di minum sama sekali. Laki-laki tampan itu tersenyum, lalu berdiri membawa jus . Tiba di depan kamar Mentari ia mengetuk.âSiapa?ââIni Aku, jus yang kamu pesan tadi belum di minum.âMentari berdiri sebentar memikirkan alasan menolak membuka pintu.âAku sudah mengantuk, besok saja.ââBesok tidak bisa diminum lagi, kamu yang mengatakan tadi tidak baik buang-buang makanan.âMentari akhirnya membuka pintu, membiarkan Topan masuk ke dalam kamar yang ditempati. Sudah hampir tiga bulan sejak mereka tinggal bersama di rumah baru yang dibeli Topan. Keduanya menempati kamar terpisah sesuai permintaan Mentari. Selama mereka tinggal Mentari bahkan tidak memperbolehkan siapapun masuk ke dalam kamarnya. Pertama kalinya Topan masuk ke kamar tersebut. Di Atas meja ada banyak buku tebal yang dibaca Mentari
Hubungan pasangan suami istri itu kian membaik, setelah Topan memberi Mentari suntikan ala suami perkasa. Saat bumil cantik itu bangun Topan sudah membawakannya susu hangat dan roti bakar hangat.âSelamat pagi Sayang,â sapa Topan saat Mentari duduk. Kesadarannya belum terkumpul otaknya belum konek ke saraf-saraf otak, hanya diam dengan kedua bola mata memutar kekanan dan ke kiri, mencoba mengingat-ingat semua yang terjadi.âKenapa Topan datang ke kamarku?â tanya Mentari dalam hati.Melihat Mentari seperti orang bingung Topan duduk di sisi ranjang, ia menyisihkan anak rambut yang menutupi kening sang istri.âKenapa terlihat bingung. Kamu hanya menjawab selamat pagi juga,â ujar Topan mencubit hidung mancung istri kecilnya.âKenapa kamu ada disini.âMendengar pertanyaan konyol Mentari, Topan tertawa kecil, âapa kamu lupa?ââLupa âŠ? Apa yang aku lupakan?â tanya Mentari bigung.Topan menarik selimut yang menutupi bagian tubuh Mentari, lalu ia mengedipkan sebelah mata memberi kode ka
Mentari sangat bahagia saat sahabatnya datang berkunjung ke rumah mereka. Topan yang membawa Melie ke sana, ingin Mentari bahagia. Topan tahu hanya Melie sahabat satu-satunya yang dimiliki Mentari. Sebelum mengajaknya ke rumah Topan terlebih dahulu meminta Melie bertemu, ia menjelaskan kenapa Mentari tidak berterus terang padanya tentang Dilan. Topan meluruskan kesalahpahaman antara keduanya.Melie setuju memaafkan sahabatnya dan setuju bertemu juga. Mentari sangat berterimakasih pada Topan karena bisa memperbaiki hubungan persahabatan mereka.âAku sangat senang Kak Topan membawa Meli kesini,â ucap Mentari saat mereka bertiga duduk di ruang tamu.âAku tidak ingin melihatmu sedih, itu sebabnya aku meminta Meli bertemu.âKedua sahabat itu saling menatap dan sama-sama tertawa.âAku minta maaf atas perkataanku hari itu, Tari,â ujar Melie dengan raut wajah menyesal.âTidak apa-apa, kamu pantas marah padaku.âTopan berdiri, âAku ingin memberikan waktu pada kalian berdua, aku ada pertemu
âKalian akan mendapatka karma dari penghinaan ini,â isak seorang wanita menangis sedih, ia tidak akan tahan menanggung malu melihat orang-orang sebab pesta pernikahan putrinya dibatalkan sepihak oleh pihak laki-laki tanpa alasan yang jelas, padahal persiapan pesta sudah sembilan puluh persen, tinggal menunggu satu hari lagi.âKarma takut padaku dan keluargaku , saya yang mengatur hidupku dan menentukan jalam hidupku keluarga kami,â ujar lelaki angkuh itu.âBagaimana dengan Bulan putriku dia butuh penjelasan,â tuntut Samudra Gumala.âTidak ada penjelasan, katakan padanya kalau putraku tidak ingin menikah dengannya dia ingin wanita yang berkelas dan sepadan dengan kami. Ini uang sebagai ganti biaya tenda yang sudah kalian pasang,â ujar pria sombong itu menyodorkan sejumlah uang.âIni bukan tentang uang. Ini tentang harga diri yang kamu injak-injak!â teriak Gumala dengan marah.âOrang miskin seperti kalian tidak punya harga diri. Kalian terlalu bermimpi untuk jadi bagian keluarga kami,
Setelah di usir paksa sama Topan, Mentari hanya tersenyum kecut entah apa yang dipkirkan gadis cantik itu. Tetapi yang pasti sikap murahan yang diperlihatkan pada Topan bagian dari rencana balas dendamnya. Gadis berkulit putih itu berakting totalitas, walau hatinya sangat membenci Topan dan keluarganya tetapi ia rela merayu agar Topan setuju menikah dengannya. Mentari pulang ke rumah, saat ia tiba ternyata mendengar ayahnya membahas tentang lamaran keluarga Topan.âJangan khawatir Yah, aku akan setuju,â sahut Mentari mencium pipi ibunya yang sedang duduk di kursi Roda.âMentari apapun yang terjadi, dalam keluarga kita itu bukan tanggung jawabmu, itu tugas ayah Nak,â ujar sang ayah.âAku akan melakukannya Yah. Aku berjanji pada Ayah dan Ibu untuk mendapatkan apa yang jadi milik kita,â ujar Mentari.âKamu masih duduk di bangku SMA mana mungkin menikah,â tolak Bulan.âTidak apa-apa Kak. Tapi umurku sudah cukup untuk menikah hanya saja aku sempat berhenti sekolah.ââTetap saja, apa k
Mutiara menepati janjinya pada Topan ia membawa Mentari ke rumah, ia ingin putranya dan Mentari se kamar Topan. Mentari meletakkan nampan di sebelah pahanya yang terakat untuk menjaga kesetabilan tubuhnya. Lalu sebelah tangannya membuka handel pintu . Kreaak!Pintu berdenyit halus, sosok lelaki tertidur pulas dengan posisi tubuh tidur telungkup, memperlihatkan otot tangan yang keras.Mutiara menepati janjinya pada Topan wanita yang selalu berpenampilan elegan itu akan membawa Mentari ke rumah. Ia ingin putranya dan Mentari semakin dekat dan saling mengenal satu sama lain sebelum perniakahan. Orang kaya akan selalu merasa paling benar dan orang miskin akan selalu mengalah. Hal itu benar terjadi pada keluarga Mentari. Seharusnya lelaki yang datang berkunjung ke rumah perempuan, tetapi di sini Mentari yang justru diminta datang ke rumah Topan.âMaaf Pak, saya diminta Nyonya Mutiara untuk menjemput Mentari,â ucap supir pagi itu.âLoh, kami tidak diberitahu sebelumnya akan membawa Mentar
Mentari sangat bahagia saat sahabatnya datang berkunjung ke rumah mereka. Topan yang membawa Melie ke sana, ingin Mentari bahagia. Topan tahu hanya Melie sahabat satu-satunya yang dimiliki Mentari. Sebelum mengajaknya ke rumah Topan terlebih dahulu meminta Melie bertemu, ia menjelaskan kenapa Mentari tidak berterus terang padanya tentang Dilan. Topan meluruskan kesalahpahaman antara keduanya.Melie setuju memaafkan sahabatnya dan setuju bertemu juga. Mentari sangat berterimakasih pada Topan karena bisa memperbaiki hubungan persahabatan mereka.âAku sangat senang Kak Topan membawa Meli kesini,â ucap Mentari saat mereka bertiga duduk di ruang tamu.âAku tidak ingin melihatmu sedih, itu sebabnya aku meminta Meli bertemu.âKedua sahabat itu saling menatap dan sama-sama tertawa.âAku minta maaf atas perkataanku hari itu, Tari,â ujar Melie dengan raut wajah menyesal.âTidak apa-apa, kamu pantas marah padaku.âTopan berdiri, âAku ingin memberikan waktu pada kalian berdua, aku ada pertemu
Hubungan pasangan suami istri itu kian membaik, setelah Topan memberi Mentari suntikan ala suami perkasa. Saat bumil cantik itu bangun Topan sudah membawakannya susu hangat dan roti bakar hangat.âSelamat pagi Sayang,â sapa Topan saat Mentari duduk. Kesadarannya belum terkumpul otaknya belum konek ke saraf-saraf otak, hanya diam dengan kedua bola mata memutar kekanan dan ke kiri, mencoba mengingat-ingat semua yang terjadi.âKenapa Topan datang ke kamarku?â tanya Mentari dalam hati.Melihat Mentari seperti orang bingung Topan duduk di sisi ranjang, ia menyisihkan anak rambut yang menutupi kening sang istri.âKenapa terlihat bingung. Kamu hanya menjawab selamat pagi juga,â ujar Topan mencubit hidung mancung istri kecilnya.âKenapa kamu ada disini.âMendengar pertanyaan konyol Mentari, Topan tertawa kecil, âapa kamu lupa?ââLupa âŠ? Apa yang aku lupakan?â tanya Mentari bigung.Topan menarik selimut yang menutupi bagian tubuh Mentari, lalu ia mengedipkan sebelah mata memberi kode ka
Topan tersenyum kecil saat Mentari meninggalkannya di dapur, dalam otak Topan sudah menyusun rencana yang pakai untuk meluluhkan hati Mentari. Ia menoleh meja jus alpukat pesanan Mentari belum di minum sama sekali. Laki-laki tampan itu tersenyum, lalu berdiri membawa jus . Tiba di depan kamar Mentari ia mengetuk.âSiapa?ââIni Aku, jus yang kamu pesan tadi belum di minum.âMentari berdiri sebentar memikirkan alasan menolak membuka pintu.âAku sudah mengantuk, besok saja.ââBesok tidak bisa diminum lagi, kamu yang mengatakan tadi tidak baik buang-buang makanan.âMentari akhirnya membuka pintu, membiarkan Topan masuk ke dalam kamar yang ditempati. Sudah hampir tiga bulan sejak mereka tinggal bersama di rumah baru yang dibeli Topan. Keduanya menempati kamar terpisah sesuai permintaan Mentari. Selama mereka tinggal Mentari bahkan tidak memperbolehkan siapapun masuk ke dalam kamarnya. Pertama kalinya Topan masuk ke kamar tersebut. Di Atas meja ada banyak buku tebal yang dibaca Mentari
âKamu tidak perlu melakukannya Untukku, lakukan saja itu untuk Kak Bulan.âMendengar itu, wajah Topan berubah muram, âkamu istriku Mentari, aku tidak perlu menyuruhku memberi perhatian pada orang lain.ââDia kakakku Topan.ââAku tidak ingin Bulan, aku hanya butuh kamu dalam hidupku. Kamu dan anakku itu yang aku inginkan.ââTapi dia menginginkan dirimu, dia sangat mencintaimu. Kalian berdua saling mencintai.âTopan tidak ingin berdebat di sana, ada banyak orang di restoran, kalau Mentari terus menerus membawa-bawa Bulan, ia bisa meledak.âKita sudahi pembicaraan kita sampai di sini, stop membahas Bulan lagi,â potong Topan.Topan mengajaknya pulang, bahkan lupa membeli kebutuhan Mentari. Dalam mobil keduanya sama-sama diam. Topan fokus dengan kemudi sementara Bumil cantik itu sibuk dengan pikirannya sendiri. Saat tiba di rumah, Topan keluar dari mobil meminta Mentari untuk duduk.âMari kita bicara dan luruskan semuanya,â ucapnya sambil duduk di sofa di depan rumah mereka.âBaiklah.â M
Hubungan Topan dan Mentari sedikit membaik berkat kesabaran Topan. Laki-laki tampan itu memilih mengalah dan sabar untuk menghadapi sikap istri kecilnya. Mentari sudah mau bicara padanya , bahkan sudah mau duduk semeja dengan Topan, walau tidak tidur dengan satu kamar tapi ia akan tetap bertahan.âApa kamu mau jalan-jalan bersamaku?â tanya Topan saat Mentari berdiri di tepi kolam renang.âTidak usah, aku malas.âTopan tidak ingin memaksa, tetapi ia menawarkan hal yang lain.âBagaimana dengan perlengkapanmu,apa masih ada? Kebetulan aku kehabisan parfum kalau kamu mau kita pergi bersama-sama.âMentari memikirkan tawaran sang suami, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa apa saja barang yang ia perlukan.âBaiklah, aku ikut,â ucap Mentari.Mendengar hal itu Topan merasa sangat bahagia, selama ini Mentari masih memasang tembok penghalang diantara mereka. Topan sudah bertekad akan penghalang asal ia sabar menghadapi sikap keras kepala Mentari.âApa perlu kita meminta Melie menem
Mentari bersedia dibawa ke Jakarta dengan berbagai persyaratan yang harus dituruti Topan. Salah satunya tidak ingin tinggal di rumah ibu mertuanya. Mentari juga harus diperbolehkan mengikuti ujian susulan. Agar bayi dalam kandungan Mentari Topan melakukan semuanya, ia mengijinkan Mentari mengikuti ujian kelulusan. Selama masa ujian Topan tidak diperbolehkan bicara padanya, bahkan Mentari tidak pernah menemuinya selama berhari-hari. Mereka hidup satu atap, tapi bisa bertemu satu sama lain.Mentari sudah berbulan-bulan tidak bertemu sahabatnya Melie. Mentari meminta izin ingin bertemu Melie.âKamu hamil anak siapa?â tanya Melie sahabatnya.âHamil anak Topanlah Melie,â ujar Mentari mencubit lengan Melie.Kedua sahabat itu bertemu di sebuah cafĂ© setelah menyelesaikan ujian kelulusan. Melie belum tahu kalau Dilan seorang perempuan. Mentari tidak ingin menutupinya lagi dari Melie.âMel, aku ingin jujur sama kamu,â ucap Mentari dengan raut wajah serius.âTentang apa?ââDilan.âMendenga
Setelah bertengkar hebat dengan istrinya Samudra merasa kepalanya ingin meledak. Ia tidak ingin pertengkaran mereka semakin melebar , ia berhenti menyudahi semua pertengkaran merekam keluar dari rumah. Saat ia keluar ternyata Mentari juga berdiri di sana. Hati Mentari begitu hancur, selama ini ia berpikir kalau Ibu yang ia sayangi menyayanginya juga, ternyata ia salah wanita itu membencinya. âApa kamu mendengar pertengkaran kami?â tanya pria itu dengan khawatir.âIya,â sahut Mentari dengan kepala menunduk.âMaafkan Ayah Nak.âPria itu berjalan menuju bangku taman. Duduk sambil menatap hamparan laut luas. Suara deburan ombak menambah rasa pilu dalam hatinya.Setiap malam ia selalu duduk di sana mendengar deburan ombak yang indah. Semenjak pindah ke Bali Samudra merasakan ketenangan. Jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Namun, kali ini ada perasaan yang berbeda saat duduk di sana. Ada perasaan yang sangat terluka akan sulit menyembuhkannya.Mentari juga duduk di samping ayahnya, pria it
Samudra tidak percaya dengan apa yang dilihat di depan matanya. Anak perempuan yang selama ini ia bangakan ternyata melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.âBulan! Apa yang kamu lakukan? Dia suami adikmu, bahkan adikmu sedang hamil. Kenapa kamu tega melakukannya?ââAyah ⊠dengar dulu, ini tidak seperti yang ayah lihat,â bantah Bulan.âStop! Kalian berdua tidak bisa mengelak. Saya sudah melihat dengan mata kepala saya sendiri,â bentak Samudra.Pundaknya naik turun, wajahnya menghitam menahan luapan emosi yang ingin meledak. Tatapan mata tajam dia tujukan pada menantunya.âKamu laki-laki bajingan, pergilah dari sini,â usirnya lagi.âYah, maafkan saya, saya khilaf.â Topan bersimpuh di tanah.Saat ayahnya marah besar, tapi tidak untuk Mentari. Ia begitu tenang seolah-olah tahu kalau hal itu akan terjadi.âApa karena itu kamu meminta menikah dengan Bulan? Dengar aku tidak akan memberikan kedua putriku pada bajingan seperti kamu. Ayo Nak kita pergi dari sini.â Samudra menggenggam ta
Setelah permintaan sang Ibu, sikap Mentari jadi berubah, wanita cantik itu lebih irit bicara, bahkan menghindar bertemu dengan keluarganya.âApa kamu sakit Nak?â tanya Angkasa, saat melihat Mentari duduk di taman.âTidak, aku hanya menikmati angin yang sejuk ini Yah.ââMasuklah ke dalam rumah, angin malam tidak baik untukmu dan bayimu,â ujar Ayahnya perhatian.Mentari masuk ke kamarnya hanya duduk diam dalam kamar. Kalau biasanya dia menyempatkan waktunya untuk mengobrol dan cerita-cerita berbagai hal dengan kakak dan Ibunya. Namun kali ini, ia berubah memilih masuk kamarnya. Ia lebih senang sendiri. Untuk hanya sekedar makan saja ia enggan untuk turun. *Samudra berpikir putrinya sedang mengidam, ia membawa makanan ke dalam kamar Mentari.âAyah, membawa makanan yang kamu suka.â Pria yang sudah beruban itu meletakkan nampan diatas meja.âTerimakasih Yah, aku tidak apa-apa hanya lagi sibuk belajar untuk ujian nanti.âSamudra mengalihkan tatapannya ke buku-buku diatas meja,