Setelah di usir paksa sama Topan, Mentari hanya tersenyum kecut entah apa yang dipkirkan gadis cantik itu. Tetapi yang pasti sikap murahan yang diperlihatkan pada Topan bagian dari rencana balas dendamnya. Gadis berkulit putih itu berakting totalitas, walau hatinya sangat membenci Topan dan keluarganya tetapi ia rela merayu agar Topan setuju menikah dengannya. Mentari pulang ke rumah, saat ia tiba ternyata mendengar ayahnya membahas tentang lamaran keluarga Topan.
“Jangan khawatir Yah, aku akan setuju,” sahut Mentari mencium pipi ibunya yang sedang duduk di kursi Roda.
“Mentari apapun yang terjadi, dalam keluarga kita itu bukan tanggung jawabmu, itu tugas ayah Nak,” ujar sang ayah.
“Aku akan melakukannya Yah. Aku berjanji pada Ayah dan Ibu untuk mendapatkan apa yang jadi milik kita,” ujar Mentari.
“Kamu masih duduk di bangku SMA mana mungkin menikah,” tolak Bulan.
“Tidak apa-apa Kak. Tapi umurku sudah cukup untuk menikah hanya saja aku sempat berhenti sekolah.”
“Tetap saja, apa kata para dewan guru jika tahu kamu akan menikah,” tolak Bulan.
“Mentari janganlah Nak, Ibumu sudah sakit, ayah tidak ingin anak-anakku terluka lagi,” bujuk sang Ayah.
“Jangan biarkan keluarga itu menindas kita. Ayah harus setuju dengan lamaran keluarga Topan. Dengan adanya pernikahan antara aku dan Topan, aku berjanji akan membalas perbuatan mereka semua.” Mentari menghela napas berat.
Luka yang pernah ditorehkan keluarga Topan pada mereka telah membekas di hati mentari. Gadis cantik yang masih siswa pelajar itu rela menikah walau statusnya masih pelajar semua ia lakukan demi membalaskan dendam sang kakak yang tinggalkan Topan. Kini keluarga itu kembali melamar Mentari untuk istri Topan, tentu saja hal itu tidak disia-siakan Mentari, walau keluarga menolak tetapi Mentari setuju.
“Lalu bagaimana dengan sekolahmu, Nak?” Ayah mengusap dadanya dengan wajah sedih
“Aku akan tetap melanjutkan sekolah setelah pernikahan.”
“Mentari, aku tidak apa-apa, kalau mereka ingin menguasai semuanya,” tolak ayah Mentari.
“Ayah, semua itu milikmu warisan Kakek bukan hanya milik mereka. Jangan biarkan orang lain merebut apa yang jadi milik keluarga kita,” tegas Mentari.
“Tapi Ayah tidak ingin keluargaku terluka lagi,” ujar lelaki itu lagi.
“Dengan adanya pernikahan ini, aku akan membalas keluarga itu Yah,” ucap Mentari memegang punggung tangan ayahnya.
Kedua orang tua Mentari dan kakak perempuanya tidak setuju dengan permintaan ayah Topan. Sebenarnya mereka sudah berusaha melupakan masa lalu. Namun tiba-tiba ayah Topan datang ke rumah mereka menyampaikan niatnya untuk melajutkan perjodohan anak-anak mereka seperti yang diwasiatkan kakek Topan dan kakek Mentari. Keluarga Mentari sudah menjalami hidup dengan baik. Tetapi tidak untuk sibungsu Mentari, dendam gadis cantik itu semakin membara saat tahu kalau Topan sudah kembali ke Indonesia dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa . Padahal Topan dan keluarganya sudah menyebabkan kehancuran besar pada keluarganya terlebih pada Mentari.
Di sisi Lain Angkasa membicarakan rencana perjodohan itu dengan Topan.
Saat ia pulang dari kantor.
Angkasa, menghela napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya, Topan sudah bisa menebak ada kejutan untuknya malam ini.
“Ke sinilah mendekat,” ujar ayah memaksa untuk duduk, ia sudah mulai menebak-nebak ada hal tidak beres apalagi Bundanya terlihat gelisah.
“Ada apa?” tanya Topan
ini.
“Ayah dan Bunda sepakat ingin menjodohkan kamu lagi dengan putri keluarga, Gumala.”
“Ha? Lagi? aku, kan, sudah pernah gagal menikah. Kenapa harus melakukannya lagi?’ protes Topan
“Kamu pilih, kamu saya coret dari daftar keluarga dan semua bisnis kamu, saya hancurkan juga,” ancam Angkasa dengan tegas.
“Baiklah, putrinya yang mana? Bulan, kan, sudah menikah.”
“Mentari, putri bungsu bapak Samudra Gumala”
“Bu-bukan, kah, dia masih sekolah?” tanya Topan kaget.
“Iya kalian menikah saja dulu, ini demi keselamatan keluarga kita. Tahun depan Ayah ingin mencalonkan diri lagi, Ayah tidak ingin gagal karena kutukan itu, kamu sudah mengenalnya, kan, dia sudah beberapa kali datang ke sini.”
Menjadi anak-anak tunggal tidaklah di sukai ama Topam. Karena semua beban dan tanggung jawab dipikul sendiri olehnya. Topan sangat membanci sikap ayahnya yang bersikap otoriter, ia selalu melakukan apapun yang ia pikirkan tanpa memperdulikan pendapat dan perasaan orang lain. Baik kali ini ia meminta Mutiara membujuk Topan pulang ke Indonesia ternyata untuk dijodohkan kembali dengan anak sahabat ayahnya. Ia bahkan belum meminta pendapat Topan sebelum melamar Mentari.
“Apa aku harus menikahi anak yang umurnya jauh di bawahku.” Topan mengurutuk kesal, “Bagaimana mungkin, lelaki dewasa sepertiku menikah dengan seorang pelajar SMA.”
“Dis sudah cukup umur untuk menikah Topan, hanya saja dia sempat berhenti beberapa tahu karena ada masalah dikeluarganya, dia bukan anak kecil seperti yang kamu pikirkan,” ujar sang ayah lagi.
“Tapi tetap saja dia masih pelajar,” tolak Topan.
“Kamu harus menuruti semua permintaan Ayah Topan jangan pernah membantah.”
“Ini hidupku dan aku sudah dewasa. Kenapa harus menuruti permintaan Ayah. Aku bisa memilih apa yang terbaik untukku.”
“Aku akan menghancurkan perusahaan barumu jika kamu menolak,” ancam lelaki itu pada putra semata wayangnya.
“Silahkan! Aku akan kembali ke London lagi dan tinggal di sana selamanya jika ayah melakukan itu,” balas Topan.
“Lihat anakmu, itulah hasil didikanmu,” ujar lelaki itu menekan istrinya. Itulah kelemahan Topan selama ini, jika ia menolak permintaan ayahnya maka ibunya yang akan jadi pelampiasan.
Sekeras apapun Topan menolak, lelaki bertambang sangar itu tidak akan menghiraukan putranya, ia akan menjadikan ibunya pelampiasan kemarahannya, untuk menekan Topan agar menuruti kemauannya. Lelaki berkepala botak itu, terkenal sadis pada siapapun termasuk pada Topan dan Bundanya, tetapi Mutiara ibunda Topan bisa bertahan dengan sikap buruk itu.
Sebenarnya Topan bukan tipe lelaki yang gampang ditekan ataupun dipaksa. Tetapi demi ibundanya wanita yang melahirkanya ke dunia ini, terpaksa ia menurut.
“Baiklah, jangan pernah menyakiti Bunda.”
“Topan, kamu hanya perlu menikahinya, kamu bisa tetap bersama kekasihmu, tidak mengapa, Ayah hanya tidak ingin ada kutukan itu lagi dalam keluarga kita,” ujar Angkasa mencari alasan, sebenarnya ia hanya ingin menambah dukungan dari banyak orang, karena Angkasa ingin mencalonkan diri sebagai calon, lelaki itu rela mengorbankan kebahagian putranya demi ambisinya.
Kata-kata yang tidak mendidik sebenarnya dari seorang orang tua, lelaki tua yang punya sifat jelek. Tapi sayang lelaki berperangai buruk itu, adalah ayahnya sendiri, makanya Topan bersikap hormat
Mana ada orang tua mendukung anaknya melakukan dosa dan hal yang salah, tetapi Topan tidak kaget mendengarnya, memang begitulah sikap ayahnya selama ini .
“Sebenarnya apa tujuan Ayah menikahkanku?”
Lelaki paruh baya itu, menyerumput kopi yang ada di depanya, menatap dengan tatapan santai, seakan-akan Topan orang yang bisa diperintahkan dengan seenaknya, tidak perduli bagaimana reaksi putranya ia akan tetap menekanya.
“Ayah, ingin mendapatkan banyak dukungan, untuk pemilihan kali ini, tidak ingin gagal lagi.”
“Ayah hanya ingin dukungan, kenapa malah memintaku menkahi wanita itu?”
“Ayah Mentari bekerja di sekolah milik kita, aku ingin kamu terlibat untuk mengurus sekolah juga.”
“Ayah memintaku menikah dan menjadi guru di sana?”
“Tidak perlu jadi guru, aku ingin kamu menjadi salah satu pengurus di sekolah itu dan minta dukungan dari guru-guru dan orang tua di sana, bila perlu beli suara dan dukungan mereka, sekarang ini semua bisa terjadi kalau banyak uang, uang yang mengatur semuanya,” ujarnya dengan nada sombong.
“Aku harus melakukan semua itu?
“ Ya, Maka itu Ayah bilang, nikahi wanita itu agar semuanya selesai, Ayah tidak mau pencalonanku gagal lagi, jagan membantah lagi kali ini, kamu sudah terlalu banyak membantah, kalau kamu menolak, akan saya non aktifkan kartu kreditmu.” Ayahnya kembali mengancamnya untuk kesekian kalinya.
Topan sudah sangat kenyang dengan ancaman seperti itu, tetapi ia merasa kasihan pada bundanya, ujung-ujungnya ia yang akan ditekan nantinya.
Dengan berat hati ia hanya bisa menurut.
*
“Jangan khawatir Pan, Bunda akan mengajak Mentari datang ke sini, supaya kalian berdua bisa lebih dekat sebelum pernikahan,” ujar Bunda Topan.
“Bun, dia anak yang nakal, apa Bunda tau beberapa hari yang lalu dia mengodaku di kantor. Aku tidak suka sama sekali dengan sikapnya Bun, dia bukan tipeku,” ujar Topan, ia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang.
Mutiara menutup pintu kamar Topan, supaya Ayahnya tidak mendengar pembahasan mereka. Jika ia mendengar akan menekan dan mendesak Topanda lalu mereka akan bertengkar lagi. Mutiata terjepit diantara suami dan anaknya. Sebenarnya wanita itu juga tidak ingin Topan menikah dengan mentari. Tetapi ia tidak akan pernah mampu menolak perintah sang suami.
“Lakukan saja Nak permintaan Ayahmu, kalau penampilan biar Bunda nanti yang mengurusnya,” bujuk Mutiara.
“Masalahnya, aku sudah punya kekasih Bun, putuskan saja kekasihmu dan menikah dengan Mentari,” ujar sang Ibunda.
Bersambung
Mutiara menepati janjinya pada Topan ia membawa Mentari ke rumah, ia ingin putranya dan Mentari se kamar Topan. Mentari meletakkan nampan di sebelah pahanya yang terakat untuk menjaga kesetabilan tubuhnya. Lalu sebelah tangannya membuka handel pintu . Kreaak!Pintu berdenyit halus, sosok lelaki tertidur pulas dengan posisi tubuh tidur telungkup, memperlihatkan otot tangan yang keras.Mutiara menepati janjinya pada Topan wanita yang selalu berpenampilan elegan itu akan membawa Mentari ke rumah. Ia ingin putranya dan Mentari semakin dekat dan saling mengenal satu sama lain sebelum perniakahan. Orang kaya akan selalu merasa paling benar dan orang miskin akan selalu mengalah. Hal itu benar terjadi pada keluarga Mentari. Seharusnya lelaki yang datang berkunjung ke rumah perempuan, tetapi di sini Mentari yang justru diminta datang ke rumah Topan.“Maaf Pak, saya diminta Nyonya Mutiara untuk menjemput Mentari,” ucap supir pagi itu.“Loh, kami tidak diberitahu sebelumnya akan membawa Mentar
Masih SekolahBel berdering nyaring, di sekolah favorit Trida School, Sekolah Internasional bergengsi di kota itu, tempat anak-anak orang yang kaya menimbah ilmu.Sekolah berlantai tiga yang di lengkapi segala fasilitas yang tidak semua sekolah memilikinya. Saat masuk pelajaran pertama Mentari, menguap dengan malas di kelas.“Lo, tu iya asal pelajaran mate-matika selalu saja menguap, Lo gak mau mempertahankan frestasi Lo, apa?” ujar Melie menoyor kepala sahabatnya.“Malas gue mati-matika. Lagian pelajaran mate-matika itu mudah, asal tahu saja kuncinya. Perkalian, penambahan, pembagian, pengurangan, itu saja intinya, kalau sudah hapal ke empat itu, artinya sudah pintar,” ujar Mentari mengambar sesuatu dalam sampul buku tulisnya.Ia akan melakukan itu, kalau sedang bosan.“Eh, tapi Lo ngak takut, kalau misalkan Alice menyalip Lu dan dia juara kelas, lagi?”“Biarkan saja, justru gue inginya seperti itu, gue bosan juara kelas mulu, sesekali gue pengan yang nilai paling terah
Berusaha Menggalkan Perniikahan.Di satu sisi Topan tidak suka dengan rencana perjodohan yang dilakukan orang tuanya. Tetapi di sisi lain Mentari sudah bertekad akan melakukan apapun agar bisa menikah dengan Topan. Ia melakukan itu demi keluarganya. Hari ituSaat Mentari sedang berkutat di depan computernya, ponselnya berdering ada panggilan dari Ibu Topan.“Ah, apa lagi yang diinginkan keluarga ini,” rutuk Mentari dengan kesal.“Halo Tante.”“Mentari Bunda meminta kamu datang ke sini.”“Tapi ini sudah malam Tante.”“Justru sudah malam. Kamu mau menikah gak tidak dengan Topan?”“Iya Mau Tante,” sahut Mentari bigung.“Datanglah sekarang, saya akan meminta supir menjemput kamu.”“Ah … ini sudah-”“Sudah jangan membantah ikuti saja,” ucap Wanita itu dengan sikap memaksa. Ia bahkan tidak memperdulikan perasaan keluarga Mentari.Mentari terpaksa pergi diam-diam, kalau ia minta ijin sama ayah dan kakaknya sudah pasti dilarang .Tiba di rumah Topan Mutiara meminta Mentari masuk ke kamar Top
Pembicaraan Bulan dengan Topan ternyata di dengar Mentari, akhirnya ia tahu kalau Topan masih memiliki rasa pada Kakanya Bulan. Mentari juga bisa melihat dari tatapan wanita cantik itu kalau ada sisa cinta masa lalu. Mentari masih berdiri tidak jauh dari Topan dan Bulan.“Aku tidak akan melakukan itu, antara kamu dan aku sudah tidak ada hubungan apa-apa,” ujar Bulan.“Lalu kenapa kamu memintaku menikah dengan adik kecilmu.”“Itu atas permintaan keluargamu bukan keinginan kami,” balas Bulan.“Apa kamu bisa menjamin hatimu tidak tertarik lagi padaku jika aku menikah dengan adikmu.” Topan menatap wajah Bulan.“Aku bisa menjamin itu Pak Topan jangan kwatir.” Bulan meninggalkan Topan berdiri di taman sekolah.Bulan masuk ke ruang kelas, ia bersiap akan mengajar. Tetapi kehadiran Topan pagi itu di sekolah mengusik pikirannya ia hanya duduk diam di kursi dan meminta para siswa untuk mencatatat dan merangkum bacaan dalam buku paket. Sementara Bulan masih duduk dikursinya ia memijit jemari
Hari itu Topan baru saja tiba di kantor. Saat menandatangani beberapa berkas sayahnya kembali menelepon. Topan merasa dadanya bergemuruh saat ayahnya selalu menekan hidupnya.“Halo!”“Kamu di mana?” suara Angkasa begitu tegas.“Masih di kantor, Yah.”“Pulang ayah mau bicara.”“Aku baru tiba di kantor, kalau ayah ingin mengatakan sesuatu, katakan saja sekarang Yah,” ujar Topan.“Kamu pulang sekarang atau saya menghancurkan kantormu.”Dengan tangan terkepal kut Topan menutup telepon dan menyimpan berkas di tangannya. Wajahnya mengeras menahan amarah, kalau saja pria berkepala botak itu bukan ayahnya ia sudah dari dulu ingin menghabisinya. Tapi Topan tidak ingin menjadi anak durhaka ia selalu menahan emosi menghadapi sikap keras ayahnya.Topan baru saja membangun perusahaan sendiri walau harus mengunakan embel-embel nama belakang keluarganya di belakan bisnis tetapi ia hanya memakai nama kelurganya semua modal dari Topan sendiri. Ia ngin lepas dari ayahnya. Tapi kerja kerasnya memb
Hari itu Topan baru saja tiba di kantor. Saat menandatangani beberapa berkas ayahnya kembali menelepon. Topan merasa emosinya memuncak saat ayahnya selalu menganggunya saat bekerja. Kalau saja ayahnya tidak menjadikan ibunda tercintanya sebagai pelampiasan ia tidak akan mau menuruti semua kemauan Ayahnya.Topan memejamkan mata lalu menghela napas panjang, mengusap panel berwarna hijau di ponsel miliknya“Halo!”“Kamu di mana?” suara Angkasa begitu tegas.“Masih di kantor, Yah.”“Pulang ayah mau bicara.”“Aku baru tiba di kantor, kalau ayah ingin mengatakan sesuatu, katakan saja sekarang,” ujar Topan.“Kamu pulang sekarang atau saya menghancurkan kantormu.”Dengan tangan terkepal kuat Topan menutup telepon dan menyimpan berkas di tangannya. Wajahnya mengeras menahan amarah, kalau saja pria berkepala botak itu bukan ayahnya ia sudah dari dulu ingin menghabisinya. Tapi Topan tidak ingin menjadi anak durhaka ia selalu menahan emosi menghadapi sikap keras ayahnya.Topan membangun perusa
Saat Mentari ingin bejuang agar pernikahan mereka berlanjut, Topan malah sebaliknya, ia ingin rencana pernikan mereka batal. Bagi Topan , pernikahan mereka tidak masuk akal, salah satunya perbedaan umur yang sangat jauh.Ia juga tidak ingin berhubungan lagi dengan keluarga mantan kekasihnya. Saat ia berusaha keras untuk menolak , rupanya Mentari berjuang untuk tetap bisa menikah dengan Topan. Mendengar hal tersebut Topan mencoba mencari titik kelemahan Mentari.“Baiklah, aku akan menikah denganmu, tapi aku ingin melihat kamu apa kamu masih perawan atau tidak. Aku akan mempercepat pernikahan kalau kamu masih perawan.”‘Apa jaman sekarang hal itu masih penting?’ tanya Mentari tapi ia tidak mau terlihat lemah.“Baik,” sahut Mentari santai.“Mari kita ke hotel, aku akan pastikan dulu baru kita menikah.” Mentari setuju, Topan tersenyum kecut melihat keberania gadis muda tersebut, ia juga semakin tidak suka melihat Mentari.Sepanjang jalan ada banya hotel berderet, mulai yang murah
Selesai acara pernikahan Topan sengaja membawa mentari ke hotel,l tujuannya agar ia bisa mendapat ketenangan agar bundanya tidak ikut campur dalam hal urusan ranjangnya, sebab Topan belum berniat melakukan malam pertama dengan Mentari.Tetapi setelah pernikahan dan mereka berada di hotel, ada sesuatu yang berubah dari Mentari . Wajahnya tidak lagi ceria seperti sebelum pernikahan. Seakan-akan ia sudah menyelesaikan tugas penting.“Aku ingin membuat kesepakatan,” ucap Topan, ia mengeluarkan kertas dari dalam tasnya.“Iya, katakan saja.” Mentari duduk tenang.“Setelah pernikahan tidak ada yang akan berubah. Kamu akan tetap sekolah dan jangan pernah mengatakan pada orang tentang pernikahan kita. Aku juga tidak akan menyentuh kamu, jangan mengharapkan itu dariku lagi,” ucap Topan.“Baiklah,” sahut Mentari menatap layar ponselnya dengan serius.“Kamu tidak akan mengurusi pribadiku dan aku juga demikian,” ucapnya lagi.“Baiklah.” Mentari tidak menghiraukan Topan, layar ponselnya jauh
Mentari sangat bahagia saat sahabatnya datang berkunjung ke rumah mereka. Topan yang membawa Melie ke sana, ingin Mentari bahagia. Topan tahu hanya Melie sahabat satu-satunya yang dimiliki Mentari. Sebelum mengajaknya ke rumah Topan terlebih dahulu meminta Melie bertemu, ia menjelaskan kenapa Mentari tidak berterus terang padanya tentang Dilan. Topan meluruskan kesalahpahaman antara keduanya.Melie setuju memaafkan sahabatnya dan setuju bertemu juga. Mentari sangat berterimakasih pada Topan karena bisa memperbaiki hubungan persahabatan mereka.“Aku sangat senang Kak Topan membawa Meli kesini,” ucap Mentari saat mereka bertiga duduk di ruang tamu.“Aku tidak ingin melihatmu sedih, itu sebabnya aku meminta Meli bertemu.”Kedua sahabat itu saling menatap dan sama-sama tertawa.“Aku minta maaf atas perkataanku hari itu, Tari,” ujar Melie dengan raut wajah menyesal.“Tidak apa-apa, kamu pantas marah padaku.”Topan berdiri, “Aku ingin memberikan waktu pada kalian berdua, aku ada pertemu
Hubungan pasangan suami istri itu kian membaik, setelah Topan memberi Mentari suntikan ala suami perkasa. Saat bumil cantik itu bangun Topan sudah membawakannya susu hangat dan roti bakar hangat.“Selamat pagi Sayang,” sapa Topan saat Mentari duduk. Kesadarannya belum terkumpul otaknya belum konek ke saraf-saraf otak, hanya diam dengan kedua bola mata memutar kekanan dan ke kiri, mencoba mengingat-ingat semua yang terjadi.‘Kenapa Topan datang ke kamarku?’ tanya Mentari dalam hati.Melihat Mentari seperti orang bingung Topan duduk di sisi ranjang, ia menyisihkan anak rambut yang menutupi kening sang istri.“Kenapa terlihat bingung. Kamu hanya menjawab selamat pagi juga,” ujar Topan mencubit hidung mancung istri kecilnya.“Kenapa kamu ada disini.”Mendengar pertanyaan konyol Mentari, Topan tertawa kecil, “apa kamu lupa?”“Lupa …? Apa yang aku lupakan?” tanya Mentari bigung.Topan menarik selimut yang menutupi bagian tubuh Mentari, lalu ia mengedipkan sebelah mata memberi kode ka
Topan tersenyum kecil saat Mentari meninggalkannya di dapur, dalam otak Topan sudah menyusun rencana yang pakai untuk meluluhkan hati Mentari. Ia menoleh meja jus alpukat pesanan Mentari belum di minum sama sekali. Laki-laki tampan itu tersenyum, lalu berdiri membawa jus . Tiba di depan kamar Mentari ia mengetuk.“Siapa?”“Ini Aku, jus yang kamu pesan tadi belum di minum.”Mentari berdiri sebentar memikirkan alasan menolak membuka pintu.“Aku sudah mengantuk, besok saja.”“Besok tidak bisa diminum lagi, kamu yang mengatakan tadi tidak baik buang-buang makanan.”Mentari akhirnya membuka pintu, membiarkan Topan masuk ke dalam kamar yang ditempati. Sudah hampir tiga bulan sejak mereka tinggal bersama di rumah baru yang dibeli Topan. Keduanya menempati kamar terpisah sesuai permintaan Mentari. Selama mereka tinggal Mentari bahkan tidak memperbolehkan siapapun masuk ke dalam kamarnya. Pertama kalinya Topan masuk ke kamar tersebut. Di Atas meja ada banyak buku tebal yang dibaca Mentari
“Kamu tidak perlu melakukannya Untukku, lakukan saja itu untuk Kak Bulan.”Mendengar itu, wajah Topan berubah muram, “kamu istriku Mentari, aku tidak perlu menyuruhku memberi perhatian pada orang lain.”“Dia kakakku Topan.”“Aku tidak ingin Bulan, aku hanya butuh kamu dalam hidupku. Kamu dan anakku itu yang aku inginkan.”“Tapi dia menginginkan dirimu, dia sangat mencintaimu. Kalian berdua saling mencintai.”Topan tidak ingin berdebat di sana, ada banyak orang di restoran, kalau Mentari terus menerus membawa-bawa Bulan, ia bisa meledak.“Kita sudahi pembicaraan kita sampai di sini, stop membahas Bulan lagi,” potong Topan.Topan mengajaknya pulang, bahkan lupa membeli kebutuhan Mentari. Dalam mobil keduanya sama-sama diam. Topan fokus dengan kemudi sementara Bumil cantik itu sibuk dengan pikirannya sendiri. Saat tiba di rumah, Topan keluar dari mobil meminta Mentari untuk duduk.“Mari kita bicara dan luruskan semuanya,” ucapnya sambil duduk di sofa di depan rumah mereka.“Baiklah.” M
Hubungan Topan dan Mentari sedikit membaik berkat kesabaran Topan. Laki-laki tampan itu memilih mengalah dan sabar untuk menghadapi sikap istri kecilnya. Mentari sudah mau bicara padanya , bahkan sudah mau duduk semeja dengan Topan, walau tidak tidur dengan satu kamar tapi ia akan tetap bertahan.“Apa kamu mau jalan-jalan bersamaku?” tanya Topan saat Mentari berdiri di tepi kolam renang.“Tidak usah, aku malas.”Topan tidak ingin memaksa, tetapi ia menawarkan hal yang lain.“Bagaimana dengan perlengkapanmu,apa masih ada? Kebetulan aku kehabisan parfum kalau kamu mau kita pergi bersama-sama.”Mentari memikirkan tawaran sang suami, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk memeriksa apa saja barang yang ia perlukan.“Baiklah, aku ikut,” ucap Mentari.Mendengar hal itu Topan merasa sangat bahagia, selama ini Mentari masih memasang tembok penghalang diantara mereka. Topan sudah bertekad akan penghalang asal ia sabar menghadapi sikap keras kepala Mentari.“Apa perlu kita meminta Melie menem
Mentari bersedia dibawa ke Jakarta dengan berbagai persyaratan yang harus dituruti Topan. Salah satunya tidak ingin tinggal di rumah ibu mertuanya. Mentari juga harus diperbolehkan mengikuti ujian susulan. Agar bayi dalam kandungan Mentari Topan melakukan semuanya, ia mengijinkan Mentari mengikuti ujian kelulusan. Selama masa ujian Topan tidak diperbolehkan bicara padanya, bahkan Mentari tidak pernah menemuinya selama berhari-hari. Mereka hidup satu atap, tapi bisa bertemu satu sama lain.Mentari sudah berbulan-bulan tidak bertemu sahabatnya Melie. Mentari meminta izin ingin bertemu Melie.“Kamu hamil anak siapa?” tanya Melie sahabatnya.“Hamil anak Topanlah Melie,” ujar Mentari mencubit lengan Melie.Kedua sahabat itu bertemu di sebuah café setelah menyelesaikan ujian kelulusan. Melie belum tahu kalau Dilan seorang perempuan. Mentari tidak ingin menutupinya lagi dari Melie.“Mel, aku ingin jujur sama kamu,” ucap Mentari dengan raut wajah serius.“Tentang apa?”“Dilan.”Mendenga
Setelah bertengkar hebat dengan istrinya Samudra merasa kepalanya ingin meledak. Ia tidak ingin pertengkaran mereka semakin melebar , ia berhenti menyudahi semua pertengkaran merekam keluar dari rumah. Saat ia keluar ternyata Mentari juga berdiri di sana. Hati Mentari begitu hancur, selama ini ia berpikir kalau Ibu yang ia sayangi menyayanginya juga, ternyata ia salah wanita itu membencinya. “Apa kamu mendengar pertengkaran kami?” tanya pria itu dengan khawatir.“Iya,” sahut Mentari dengan kepala menunduk.“Maafkan Ayah Nak.”Pria itu berjalan menuju bangku taman. Duduk sambil menatap hamparan laut luas. Suara deburan ombak menambah rasa pilu dalam hatinya.Setiap malam ia selalu duduk di sana mendengar deburan ombak yang indah. Semenjak pindah ke Bali Samudra merasakan ketenangan. Jauh dari hiruk pikuk ibu kota. Namun, kali ini ada perasaan yang berbeda saat duduk di sana. Ada perasaan yang sangat terluka akan sulit menyembuhkannya.Mentari juga duduk di samping ayahnya, pria it
Samudra tidak percaya dengan apa yang dilihat di depan matanya. Anak perempuan yang selama ini ia bangakan ternyata melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan.“Bulan! Apa yang kamu lakukan? Dia suami adikmu, bahkan adikmu sedang hamil. Kenapa kamu tega melakukannya?”“Ayah … dengar dulu, ini tidak seperti yang ayah lihat,” bantah Bulan.“Stop! Kalian berdua tidak bisa mengelak. Saya sudah melihat dengan mata kepala saya sendiri,” bentak Samudra.Pundaknya naik turun, wajahnya menghitam menahan luapan emosi yang ingin meledak. Tatapan mata tajam dia tujukan pada menantunya.“Kamu laki-laki bajingan, pergilah dari sini,” usirnya lagi.“Yah, maafkan saya, saya khilaf.” Topan bersimpuh di tanah.Saat ayahnya marah besar, tapi tidak untuk Mentari. Ia begitu tenang seolah-olah tahu kalau hal itu akan terjadi.“Apa karena itu kamu meminta menikah dengan Bulan? Dengar aku tidak akan memberikan kedua putriku pada bajingan seperti kamu. Ayo Nak kita pergi dari sini.” Samudra menggenggam ta
Setelah permintaan sang Ibu, sikap Mentari jadi berubah, wanita cantik itu lebih irit bicara, bahkan menghindar bertemu dengan keluarganya.“Apa kamu sakit Nak?” tanya Angkasa, saat melihat Mentari duduk di taman.“Tidak, aku hanya menikmati angin yang sejuk ini Yah.”“Masuklah ke dalam rumah, angin malam tidak baik untukmu dan bayimu,” ujar Ayahnya perhatian.Mentari masuk ke kamarnya hanya duduk diam dalam kamar. Kalau biasanya dia menyempatkan waktunya untuk mengobrol dan cerita-cerita berbagai hal dengan kakak dan Ibunya. Namun kali ini, ia berubah memilih masuk kamarnya. Ia lebih senang sendiri. Untuk hanya sekedar makan saja ia enggan untuk turun. *Samudra berpikir putrinya sedang mengidam, ia membawa makanan ke dalam kamar Mentari.“Ayah, membawa makanan yang kamu suka.” Pria yang sudah beruban itu meletakkan nampan diatas meja.“Terimakasih Yah, aku tidak apa-apa hanya lagi sibuk belajar untuk ujian nanti.”Samudra mengalihkan tatapannya ke buku-buku diatas meja,